Konten dari Pengguna

Antara Nilai Penting dan Realita: Polemik Pelestarian Situs Tebat Sibentur

Jasmine Rofita Siregar
Mahasiswi Arkeologi Universitas Jambi
9 Desember 2024 14:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jasmine Rofita Siregar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bukit Barisan bagian Selatan Sumatra menyimpan kekayaan megalitik yang tidak ditemukan di tempat lain, terutama Lahat yang mendapatkan julukan sebagai “Negeri Seribu Megalitik” memiliki situs-situs yang menyimpan karya spektakuler yang dapat dilihat dari situs Tinggihari, Rindu Hati, Batu Besak, hingga Tebat Sibentur.
ADVERTISEMENT
Survei dan juga studi literatur yang dihasilkan oleh peneliti-peneliti terdahulu membuktikan banyak kebudayaan megalitik yang dituangkan dalam bentuk arca, lukisan, dolmen, tetralith, lumpang batu, hingga batu dengan relief yang menggambarkan masyarakat pendukungnya masih memanfaatkan penggunaan media batu-batu besar dalam aktivitas kehidupannya, khususnya dalam kegiatan spiritual.

Lokasi Situs Tebat Sibentur

Bicara terkait Situs Tebat Sibentur, situs ini memiliki lokasi yang berada di Jl. Letnan Alamsyah, Desa Talang Gardu, Kec. Tanjung Tebat, Kab. Lahat, Provinsi Sumatra Selatan dengan titik koordinat S 03°57’37.00” E 103°29’12.53”.
Untuk dapat ke lokasi dari objek-objek yang ada di situs ini, kalian harus berjalan ke dalam perkebunan warga sekitar 430 meter dari pinggir jalan raya. Sesampainya, kalian akan menemukan lumpang batu, arca memanggul kinjar, arca memegang hewan dan anak, juga batu berelief.
ADVERTISEMENT

Keunikan Situs Tebat Sibentur

Sebagai bagian dari “Negeri Seribu Megalitik”, Situs Tebat Sibentur menyimpan warisan budaya yang unik, yaitu batu berelief yang menampilkan ukiran manusia yang sangat jelas, mulai dari ukiran kaki dengan gelang kaki, menggunakan pakaian bawah, dan di sisi samping batu terdapat relief berbentuk kepala, sebuah karya seni rupa yang tidak ditemukan di tempat lain.
Batu Berelief di Situs Tebat Sibentur. Sumber: Dokumentasi MBK-BPK VI 2024
Meskipun Kebudayaan Megalitik Pasemah memiliki usia yang tergolong muda peninggalannya, kebudayaan ini memiliki seni rupa dengan ciri khas yang sangat menonjol, arca-arca yang dipahat memiliki bentuk yang hidup bahkan hampir menyerupai manusia sesungguhnya.
Menurut Kusumawati dan Haris Sukendar di “Pustaka Wisata Budaya Megalitik Bumi Pasemah”, pahatan-pahatan yang memperlihatkan keindahan duniawi tentunya tidak sesuai dengan kesepakatan masyarakat pendukung saat itu pada umumnya. Karena bentuk yang berbeda itu, arca Pasemah dapat dikatakan sebagai sebuah dobrakan munculnya bentuk seni pahat yang bebas dari bentuk statis ke bentuk yang dinamis, hal ini menunjukkan kreatifitas yang tinggi dari seniman dan pendukung masyarakat megalitik Pasemah.
ADVERTISEMENT
Melalui tulisan Erwan Suryanegara di artikel yang berjudul “Artifak Purba Pasemah: Analisis Ungkap Rupa Patung Megalitik di Pasemah” yang juga memberikan penuturan dari Haris Sukendar menyatakan bahwa patung megalitik di Pasemah memiliki keunikannya yang “tersendiri” dan tidak dimiliki oleh patung megalitik lainnya yang sezaman.
Oleh karena itu, objek batu berelief ini sangat penting untuk dapat memahami masyarakat pendukung masa Kebudayaan Megalitik Pasemah dalam berpikir, hubungan mereka dengan lingkungan sekitar, serta makna yang terkandung dalam liku-liku ukiran yang nyata dan tampak hidup daripada temuan megalitik di situs-situs lain yang ada di Indonesia.

Permasalahan pada Situs Tebat Sibentur

Sayangnya, kondisi dari situs ini sangat mengkhawatirkan. Temuan-temuan yang ada dapat dibilang tidak terurus, rumput-rumput tinggi dan semak belukar mengelilingi sekitar objek serta banyaknya lumut yang menggerogoti objek temuan, juga masih terdapat kendala lain seperti akses yang sulit dijangkau, papan informasi cagar budaya tidak ada, hingga ketiadaan surat keputusan (SK) penetapan membuat objek-objek yang ada di situs tetap kurang dikenal di kalangan masyarakat, juga tanpa adanya surat keputusan (SK) penetapan maka upaya perlindungan terhadap Situs Tebat Sibentur serta kedudukannya di mata hukum akan lemah.
Batu Berelief dari sisi lain. Sumber: Dokumentasi MBK-BPK VI 2024
Arca Memegang Hewan yang ada di Situs Tebat Sibentur. Sumber: Dokumentasi MBK-BPK VI 2024
ADVERTISEMENT

Urgensi dalam Penetapan Situs Tebat Sibentur

Jika Situs Tebat Sibentur tidak ditindaklanjuti terkait surat keputusan (SK) penetapan, maka nilai-nilai seperti budaya dan sejarah akan semakin pudar bahkan hilang dari ingatan masyarakat. Pentingnya penetapan dalam konteks cagar budaya ialah agar dapat melanjutkan pelestarian seperti alokasi anggaran dan pengelolaan yang memungkinkan untuk mengembangkan situs menjadi lebih baik.
Situs cagar budaya yang terjaga dan dikembangkan dengan baik dapat mendatangkan potensi berupa wisatawan maupun peneliti yang tertarik untuk mengunjunginya.

Harapan Untuk Pemangku Kepentingan

Kehadiran pemangku kepentingan yang memiliki tujuan untuk menjaga dan memahami warisan budaya agar tetap bertahan sangat penting bagi keberlangsungan situs-situs yang belum mendapatkan perhatian lebih mendalam, salah satunya adalah Situs Tebat Sibentur.
Pelestarian sebuah cagar budaya maupun objek diduga cagar budaya tidak hanya merupakan tugas satu instansi atau bertumpu kepada satu pihak saja, melainkan sebuah tugas bersama.
ADVERTISEMENT
Adapun dengan dukungan pelestarian yang diberikan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah VI Sumatra Selatan dapat membantu keberlangsungan eksistensi Situs Tebat Sibentur.
Akan tetapi, sebelum sampai di situ, prioritas utama yang perlu dilakukan adalah dilaksanakan percepatan penetapan untuk memberikan status cagar budaya terhadap Situs Tebat Sibentur.
Untuk melakukan hal tersebut, maka diperlukan andil dari pemerintah daerah, yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat serta tim ahli cagar budaya untuk memberikan rekomendasi penetapan.
Dengan adanya status cagar budaya yang sah, Situs Tebat Sibentur dapat memiliki perlindungan yang lebih kokoh. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan kerja sama dan komitmen antara pemangku kepentingan, pemerintah daerah, serta para ahli cagar budaya agar dapat mewariskan ilmu serta pelestarian sejarah untuk generasi mendatang.
ADVERTISEMENT