Konten dari Pengguna

Rumah-rumah Tua Berkaki Kayu di Kampung Bitombang, Pulau Selayar

Jejak Jelata
Travel Blogger - Mendapatkan hal baru saat traveling adalah hal yang seru dan saya akan membagikannya dalam sebuah trip story
14 Agustus 2019 18:05 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jejak Jelata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masih banyak peninggalan sejarah yang bisa ditelusuri di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, ini. Ketika aku menginjakkan kaki di pulau ini, rasanya sayang untuk melewatkan berkunjung ke Kampung Bitombang. Berkat motor sewaan, saya dan Theo melesat menuju ke Kampung Bitombang. Kampung ini mudah dijangkau, selain jalannya bagus, papan petunjuk jalan juga banyak terpasang.
Suasana Kampung Bitombang.
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Kampung Bitombang.
Kami menempuh perjalanan selama kurang lebih 30 menit dari Kota Benteng, Kepulauan Selayar menuju Kampung Bitombang. Jalanan yang kami lalui sudah beraspal, namun harus melewati sejumlah tanjakan dan tikungan. Sepanjang perjalanan kami jarang berpapasan dengan kendaraan lain. Justru kami berjumpa dengan sejumlah hewan ternak yang melintas. Pemandangan rumah penduduk yang masih asli pun sering kami jumpai.
ADVERTISEMENT
Kampung ini sama seperti kampung lainnya di kawasan Kepulauan Selayar. Namun, sejumlah bangunan rumah tua asli Kepulauan Selayar terbuat dari kayu setinggi 10-15 meter menambah elok pemandangan di Kampung Bitombang, sehingga kami penasaran.
Saat kami tiba di Kampung Bitombang, tak sulit untuk menemukan rumah tua tersebut. Rumahnya benar-benar tinggi dengan penyangga kayu yang menjulang. Konon kayu itu umurnya sudah ratusan tahun. Rasa penasaran saya tak terbayarkan kalau tidak bertemu dengan si pemilik rumah.
Salah satu warga sedang mengukir kayu.
Sayangnya pemilik rumah sedang tidak ada di lokasi. Hanya ada seorang bapak tua, yang kurang lancar berbahasa Indonesia. Sementara saya tak paham dengan bahasa lokal setempat. Si bapak tampak sedang mengukir kayu di teras belakang rumahnya.
ADVERTISEMENT
Info yang saya dapatkan adalah rumah tua Bitombang itu sudah lama dan dihuni oleh para keturunannya. Sementara kayu penyangganya menggunakan kayu Bitty atau Holasa. Kayu ini dikenal kuat hingga ratusan tahun lamanya. Bahkan hingga saat ini penyangganya rumah kayu tersebut belum ada yang roboh.
Rumah tua Bitombang yang masih kokoh.
Kontur tanah di Desa Bitombang ini berbukit, oleh sebab itulah penyangga kayu amat sangat dibutuhkan agar rumah tetap berdiri tegap dan tidak miring. Alasan lain dibangunnya rumah tinggi adalah untuk menghindari pencurian bahan pangan saat perang antar suku.
Penduduk setempat juga percaya bahwa tingginya kayu penyangga dipercaya melambangkan umur si pemilik rumah. Pada saat mendirikan rumah mereka juga melakukan ritual keberkahan, dalam ritualnya masyarakat yang membangun rumah harus menanam sebuah jampi di sekitar tanah tanpa ada yang tahu.
ADVERTISEMENT
Adapun mitos yang dipercayai oleh penduduk setempat bahwa tingginya penyangga kayu melambangkan umur yang panjang dari pemilik rumah. Meski disangga dengan kayu, rumah kayu tersebut masih berdiri kokoh dan kuat digunakan sebagai tempat tinggal. Entah bagaimana cara perawatannya.
Apakah ada campur tangan magis? Hanya si pembuat rumah dan Tuhan yang tahu. Yang jelas, bangunan kayu yang sudah tua itu sekarang menjadi warisan budaya.
Andai saja bisa masuk ke dalam rumah tersebut mungkin saya bisa melihat pemandangan di sekitarnya yang masih alami. Siang itu, suasana di Kampung Bitombang tampak sepi, selain bertemu si bapak tua, saya juga bertemu dengan si nenek yang tengah asik mengupas biji kenari di bawah kolong rumahnya.
Si nenek yang tengah memecah biji kenari
Selain beternak, mengupas biji kenari pun menjadi aktivitas warga Bitombang, karena banyaknya pohon kenari yang tumbuh di sekitarnya. Saya juga beberapa kali melihat sejumlah biji kenari yang sedang dijemur di halaman depan rumah.
ADVERTISEMENT
Kini Kampung Bitombang menjadi salah satu destinasi wisata saat mengunjungi Pulau Selayar. Sementara untuk menuju Pulau Selayar kita harus melakukan perjalanan yang lumayan panjang dan melelahkan. Saat ini, penerbangan menuju Pulau Selayar harus transit terlebih dahulu di Makassar.
Kampung Bitombnag menjadi destinasi wisata di Selayar
Namun, jika ingin melalui jalur darat, kita harus menempuh perjalanan sekitar 7 jam dari Makassar menuju ke Pulau Selayar, dn ditambah dua jam perjalanan untuk menyebrang dari Pulau Sulawesi menuju Pulau Selayar.
Sesampainya di Selayar kita bisa menyewa penginapan di sekitaran kota Benteng dengan kisaran harga dari Rp 350 ribu per malam. Namun, jangan dibayangkan fasilitas hotelnya semewah hotel bintang tiga di Jakarta.
Jangan lupa untuk membawa uang cash, karena jarang sekali ditemukan ATM di sana. Hanya ada dua ATM bank nasional yakni BNI dan BRI di kota Benteng.
ADVERTISEMENT