Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
30 September bagi Orang Minangkabau
1 Oktober 2023 18:50 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Bahren tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sungguh bulan September menjadi bulan yang teramat bermakna dan meninggalkan kesan yang mendalam bagi kita bangsa Indonesia, terlebih bagi suku bangsa atau orang Minangkabau . Pada bulan September terjadi dua peristiwa besar yang membuat kita sebagai bangsa Indonesia terenyak dan menggoreskan luka yang sangat mendalam.
ADVERTISEMENT
Tepatnya pada tanggal 30 September 1965 yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI ). Gerakan yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia bersama sjumlah perwira militer yang berusaha menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dengan tujuan untuk mendirikan pemerintahan yang lebih berbasis komunis.
Peristiwa ini melibatkan sejumlah tokoh sebagai pelaku di antara mereka adalah Letnan Kolonel Untung Syamsuri yang memimpin pasukan yang menduduki beberapa titik penting di Jakarta, dan beberapa anggota PKI seperti Aidit, Njoto, dan Lukman. Mereka mengambil alih stasiun radio dan mengumumkan penculikan enam perwira militer tinggi yang dikenal dengan "Generasi Soekarno," yang kemudian ditemukan tewas.
Sepuluh pahlawan gugur dalam peristiwa tersebut yang mayatnya berhasil ditemukan di Lubang Buaya. Adapun kesepuluh pahlawan tersebut adalah Jendral Ahmad Yani, Letjen Suprapto, Letjen S. Parman, Letjen M.T Haryono, Mayjen D.I Panjaitan, Mayjen Sutoyo, Brigjen Katamso, Kapten Piere Tandean, A.I.P II, K.S. Tubun, Kolonel Sugiono. Mereka diknal sebagai pahlawan revolusi.
ADVERTISEMENT
Peristiwa tersebut seharusnya dapat membuat kita mengambil pengalaman berharga. Pertama, pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan dalam negeri. Kedua, keberanian untuk melawan tindakan yang mengancam stabilitas negara dan demokrasi.
Ketiga, pentingnya supremasi hukum dan menghormati hak asasi manusia (HAM) dalam semua situasi. Dan yang keempat, nilai-nilai demokrasi dan partisipasi aktif masyarakat dalam mengawasi pemerintahan.
Peristiwa pertama yang terjadi pada 30 September di atas juga menciptakan kesan dan pengalaman tersendiri bagi orang Minangkabau. Masyarakat Minangkabau turut merasakan duka yang mendalam atas kejadian itu.
Bahkan setiap tanggal 30 September ketika rezim Orde Baru berkuasa diwajibkan untuk melihat film G30S/PKI, bertahun-tahun lamanya dan seakan-akan peristiwa mengajarkan kita agar tidak melupakan sejarah.
Namun, bagi orang Minangkabau ada satu lagi tanggal 30 September yang juga tidak akan hilang dari ingatan mereka. Kejadian yang juga teramat sangat berat untuk dilupakan. Terjadinya peristiwa gempa bumi 2009, gempa dengan dengan kekuatan 7,6 Skala Richter terjadi di lepas pantai Sumatra Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September 2009.
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini juga meninggalkan luka yang sangat mendalam bagi orang Minangkabau, lebih dari 1.000 orang meninggal dunia dan ribuan orang lain dinyatakan luka parah, ratusan ribu rumah rusak parah. Minangkabau menangis, Sumatera Barat berduka. Negeri para pendiri Bangsa porak poranda seketika setelah kejadian gempa.
Kini, peristiwa tersebut sudah 14 tahun berlalu. Namun, peristiwa itu tetap saja membawa rasa trauma yang dahsyat bagi orang-orang Minangkabau. Mereka akan sangat panik ketika terjadi guncangan-guncangan gempa setelah kejadian itu. Bahkan ketika terjadi gempa kecil yang skalanya di bawah gempa yang terjadi ketika 30 September tersebut, mereka akan lari ke luar rumah sebagai tanda waspada dan siaga.
Orang Minang menjadi lebih siaga dengan kesiapan dalam menghadapi bencana. Mereka dengan segera akan melakukan tindakan evakuasi ketika terjadinya gempa. Bahkan beberapa tanda dan jalur evakuasi telah dibuat dan disiapkan oleh pemerintah di berbagai titik di Kota Padang khususnya.
ADVERTISEMENT
Ada hikmah yang dapat diambil oleh orang Minangkabau, warga kota Padang khususnya, dengan adanya gempa 30 September tersebut menyebabkan penyebaran dan pembangunan mulai merata ke arah-arah Padang pinggir kota terutama wilayah-wilayah yang dianggap aman dari ancaman tsunami ketika gempa besar terjadi lagi.