Konten dari Pengguna

Merana Menunggu Nahas: Potret Suram Jakarta yang Diprediksi Tenggelam

Jimbar Jumantoro
Mahasiswa Aktif Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Ekonomi Pembangunan
25 Desember 2023 16:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jimbar Jumantoro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Jakarta tenggelam. Foto: Chris Gallagher/Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Jakarta tenggelam. Foto: Chris Gallagher/Unsplash
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki ibu kota yang terletak di pesisir pantai utara Pulau Jawa, yaitu Jakarta. Kota metropolitan ini telah menjadi kota terbesar di Indonesia dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2020). Akan tetapi, dengan lokasinya yang rendah dan dekat dengan laut, Jakarta diperkirakan akan tenggelam pada tahun 2050 mendatang akibat kenaikan permukaan air laut dan penurunan tanah yang drastis.
ADVERTISEMENT
Wilayah pesisir Jakarta rawan mengalami abrasi dan banjir akibat naiknya permukaan laut. Hal ini diperparah oleh pemanasan global yang meningkatkan volume air laut. Berdasarkan studi Firman (2016), diperkirakan hingga 40% luas daratan Jakarta akan terendam air laut pada 2050 mendatang. Proyeksi ini didasarkan pada kondisi geografis Jakarta yang rendah serta berbatasan langsung dengan laut.
Ilustrasi Jakarta tenggelam. Foto: Kelly Sikkema/Unsplash
Ancaman tenggelamnya Jakarta bukan hanya disebabkan oleh faktor alam semata, namun juga akibat ulah aktivitas manusia. Survei Puslitbang Transportasi dan Komunikasi (2015) menunjukkan laju penurunan tanah di Jakarta mencapai 7,5-15 cm setiap tahunnya. Penyebab utamanya adalah ekploitasi berlebih air tanah Jakarta untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga dan sektor industri. Di sisi lain, pembangunan infrastruktur perkotaan yang masif tanpa kontrol ikut memperparah penurunan tanah. Diperkirakan laju penurunan tanah Jakarta akan semakin meningkat seiring urbanisasi dan industrialisasi yang terus berlanjut.
ADVERTISEMENT
Menanggapi persoalan ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan bahwa pemerintah bekerja keras untuk memperlambat laju pendangkalan dan penurunan tanah di Jakarta (Andri, 2019). Namun tanpa upaya serius dan menyeluruh dari berbagai lintas sektor, prediksi Jakarta akan tenggelam pada 2050 mendatang bukanlah hal yang mustahil lagi.

Dampak Tenggelamnya Sebagian Jakarta

Ilustrasi Jakarta tenggelam. Foto: Chris Gallagher/Unsplash
Jika benar terjadi, maka diperkirakan Luas Jakarta akan berkurang hingga 40%, termasuk area bisnis dan pemerintahan di jantung ibu kota (Isnaini, 2021). Diperkirakan juga 3 juta lebih penduduk akan kehilangan tempat tinggalnya dan ratusan ribu pekerja akan dirumahkan. Hal ini tentu akan menimbulkan berbagai persoalan sosial yang sangat kompleks.
Di samping itu, aktivitas bisnis dan perekonomian di Jakarta juga dipastikan akan mengalami stagnasi akibat kerusakan infrastruktur kota. Penelitian Saraswati (2020) memperkirakan kerugian ekonomi Jakarta dapat mencapai Rp 2.497 triliun rupiah pada 2050 nanti jika sebagian kota benar-benar terendam air laut. Kerugian ini setara dengan 11% produk domestik bruto (PDB) Jakarta atau 3% PDB Nasional saat ini.
ADVERTISEMENT

Solusi Penyelamatan Jakarta

Ilustrasi Jakarta tenggelam. Foto: Matthew/Unsplash
Untuk menghindari bencana masa depan tenggelamnya ibu kota, sudah semestinya Jakarta segera melakukan langkah strategis. Menurut Bappenas (2019), setidaknya ada tiga solusi utama yang harus diterapkan, yakni relokasi ibu kota, rehabilitasi lingkungan hidup, dan peningkatan infrastruktur. Pemerintah pusat telah memutuskan pemindahan ibu kota di Kalimantan Timur yang direncanakan rampung pada 2024 mendatang (Sekretariat Kabinet RI, 2019). Sementara itu, Pemda DKI Jakarta juga gencar melakukan tanggul laut, normalisasi kali dan waduk-waduk resapan air untuk mengatasi banjir.
Meskipun langkah signifikan telah diambil, tentunya upaya penyelamatan masa depan Jakarta ini membutuhkan partisipasi aktif seluruh pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Penurunan konsumsi BBM per kapita, pemakaian energi terbarukan, serta penerapan konsep bangunan hijau dapat membantu mengurangi emisi karbon dan laju perubahan iklim yang berdampak pada kenaikan permukaan air laut. Sementara pengawasan ketat terhadap pembangunan infrastruktur dan industrialisasi juga diperlukan agar laju penurunan tanah dapat dikendalikan.
ADVERTISEMENT

DAFTAR BACAAN

Andri, D. (2019). Gubernur Anies Ubah Laju Penurunan Tanah di Jakarta. Diakses dari https://www.pikiran-rakyat.com/
Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta 2020. Diakses dari https://jakarta.bps.go.id/
Bappenas. (2019). Kajian Cepat: Arahan Relokasi Ibu Kota Negara. Diakses dari https://www.bappenas.go.id/
Firman, T. (2016). Jakarta in the 21st century: the challenges and potentials of becoming a world class city. Asiatische Studien, 70(4), 1053-1073.
Isnaini, D. (2021). 40 Persen Wilayah DKI Diprediksi Tenggelam pada 2050. Diakses dari https://nationalgeographic.grid.id/
Puslitbang Transportasi dan Komunikasi. (2015). Studi Penurunan Muka Tanah DKI Jakarta. Diakses dari https://puslitbang.dephub.go.id/
Saraswati, M. (2020). Valuing the Impact of Sea Level Rise on Coastal Zone of DKI Jakarta, Indonesia. Journal of Regional and City Planning, 31(2), 137-152.
ADVERTISEMENT
Sekretariat Kabinet RI. (2019). Rencana Pemindahan Ibukota Negara. Diakses dari https://setkab.go.id/