Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dekonstruksi dalam Gagasan Filsafat Jacques Derrida
2 Mei 2024 11:44 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Juwanda Yusuf Gunawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam dunia pemikiran filosofis, teori dekonstruksi yang dikembangkan oleh Jacques Derrida telah menjadi salah satu titik sentral perdebatan. Teori ini melibatkan sebuah pendekatan kritis terhadap pemahaman konsep dan makna yang telah lama dianggap sebagai kebenaran mutlak. Derrida menolak pandangan bahwa makna dan konsep dapat dipahami secara stabil dan universal. Sebaliknya, ia memperkenalkan gagasan bahwa makna selalu berfluktuasi dan terus berubah, serta tidak pernah benar-benar tertentu.
ADVERTISEMENT
Latar Belakang Teori Dekonstruksi
Dekonstruksi adalah pendekatan yang mempertanyakan dan membatasi kebenaran absolut suatu konsep atau makna. Pemikiran Derrida berkembang sebagai tanggapan terhadap paradigma strukturalisme yang mendominasi pemikiran filosofis pada masanya. Strukturalisme, dipengaruhi oleh karya Ferdinand de Saussure, menekankan pada struktur bahasa dan konsep oposisi biner yang mengarah pada hierarki makna tertentu.
Menurut Derrida, oposisi biner ini menciptakan pandangan yang terbatas dan bias terhadap makna. Misalnya, dalam konteks kata "hitam" dan "putih", "hitam" sering dianggap negatif sedangkan "putih" dianggap positif. Derrida menyatakan bahwa bahasa dan konsep seperti ini menciptakan hierarki makna yang tidak objektif dan bersifat subjektif.
Konsep Dekonstruksi
Derrida mengembangkan konsep dekonstruksi sebagai upaya untuk membongkar hierarki makna dan menunda kebenaran absolut. Ide utama dalam dekonstruksi adalah bahwa makna tidak pernah tetap, melainkan selalu terbuka untuk interpretasi yang beragam. Derrida menggunakan istilah "Differance" untuk menunjukkan bahwa makna selalu tertunda dan tergantung pada konteksnya.
ADVERTISEMENT
Dalam pandangan Derrida, dekonstruksi bukanlah metode atau alat untuk menyelesaikan masalah, tetapi lebih sebagai proses pembongkaran dan pembuatan makna baru. Ini melibatkan penghapusan oposisi biner serta penundaan kebenaran absolut. Dekonstruksi juga melibatkan pengungkapan hierarki yang tersembunyi dalam bahasa dan konsep.
Kritik terhadap Logosentrisme dan Strukturalisme
Derrida mengkritik pendekatan filosofis yang didasarkan pada logosentrisme, yaitu keyakinan bahwa kebenaran mutlak dapat ditemukan melalui logika dan rasionalitas. Dia juga menentang strukturalisme karena pandangannya yang kaku terhadap struktur bahasa dan makna.
Menurut Derrida, logosentrisme dan strukturalisme menghasilkan pemahaman yang terbatas dan membingungkan terhadap realitas. Dia menekankan pentingnya mempertanyakan dan membongkar pandangan dominan tentang makna dan konsep.
Dampak dan Relevansi
Teori dekonstruksi Derrida telah memiliki dampak yang signifikan dalam berbagai bidang, termasuk sastra, budaya, dan ilmu sosial. Pendekatan ini telah memicu perdebatan yang luas tentang sifat makna dan konsep, serta memperluas pemahaman tentang bagaimana bahasa dan pemikiran bekerja.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks kontemporer, dekonstruksi tetap menjadi alat yang penting untuk memahami kompleksitas dunia modern. Ini menawarkan pendekatan yang kritis terhadap pemahaman tradisional tentang kebenaran dan memberikan ruang bagi interpretasi yang lebih luas dan inklusif.
Dekonstruksi, seperti yang dikembangkan oleh Jacques Derrida, adalah pendekatan kritis terhadap makna dan konsep. Ini menantang keyakinan tentang kebenaran absolut dan hierarki makna yang telah lama dianggap sebagai kebenaran mutlak. Melalui dekonstruksi, Derrida memperluas pemahaman kita tentang bagaimana bahasa dan konsep bekerja, serta menghasilkan konsekuensi yang luas dalam pemikiran filosofis modern.