Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Apa Itu Workaholic? Ini Penjelasannya Menurut Para Ahli
3 Maret 2024 23:35 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa itu workaholic? Ketahui pengertian dan gejala workaholic yang perlu diwaspadai oleh pelajar.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang sangat perfeksionis dalam bekerja hingga lebih mengutamakan pekerjaannya dibanding aspek kehidupan lainnya. Sekilas, beberapa orang tersebut terlihat seperti kaum pekerja keras lainnya, namun mereka adalah workaholic.
Workaholic adalah sebutan untuk yang gila atau kecanduan dengan pekerjaan. Workaholic berasal dari dua kata: work dan holic. Work berarti kerja dan holic berarti kecanduan.
Apa itu Workaholic?
Dikutip dari jurnal Pengaruh Workaholism, Work Management, dan Work Environment terhadap Job Satisfaction (Studi Pada Bimbel Perwira Surabaya) oleh Ahmad Antoni (2017), berikut adalah penjelasan workaholic menurut para ahli:
1. Menurut Levy
Menurut Levy (2015) workaholism menggambarkan gerakan yang dilakukan sendiri atau oleh diri sendiri yang berpusat pada ketagihan yang membentuk perilaku sosial seperti bekerja melampaui batas.
ADVERTISEMENT
Workaholism menunjukkan kebutuhan kerja berlebihan yang pada umumnya berpengaruh terhadap kesehatan, kebahagiaan pribadi, hubungan antar pribadi dan kelancaran fungsi sosial.
Pendapat lain mengungkapkan bahwa workaholism dapat memberikan efek positif yakni perasaan senang terhadap pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Beberapa aspek yang tidak diinginkan dari workaholism yakni terkait perasaan khawatir, lelah, cemas dan tidak senang. Hal tersebut menggambarkan bahwa workaholism dapat didefinisikan dengan berbagai sudut pandang dari sisi positif maupun negatif.
2. Menurut Andressen
Dijelaskan bahwa workaholism kerap didefinisikan sebagai sikap seseorang secara sukarela bekerja dalam jangka waktu panjang atau bahkan tidak merasa terganggu dan senang dengan jam kerja yang tidak terbatas atau lebih dari jam kerja umumnya.
Sikap sukarela ini dibagi menjadi dua kelompok yakni pihak yang merasa benar nyaman dengan sistem workaholism dimana tidak terganggu dengan sistem kerja lembur dengan biat dan harapan mengerjakan passion yang dimiliki untuk mendapatkan hasil kinerja serta keuntungan yang maksimal.
ADVERTISEMENT
Kelompok lain memandang workaholism sebagai tekanan mental, paksaan untuk bekerja keras, kurang memiliki rasa tertarik dan tidak mendapatkan kesenangan atas hasil yang didapatkan atau disebabkan oleh tuntuan keadaan bahkan orang lain.
Ketagihan bekerja merupakan salah satu bentuk perilaku yang tidak bisa dikendalikan.
3. Menurut Schaufeli
Workaholims dapat memberikan dampak kesuksesan karena kegilaan bekerja. Workaholims dibagi menjadi lima jenis yakni dyed in the wool, converted, situational, pseudo workaholism, dan escapist as workaholism.
Dyed in the wool dimana seorang penggila kerja memiliki tingkat profesionalitas yang tinggi, pengabdian yang tinggi serta tanggung jawab yang besar pada perusahaan tempat ia bekerja.
Converted, dimana seorang penggila kerja akan bekerja dengan sangat keras ketika ia mendapatkan imbalan yang sangat tinggi atas penghargaan atau pencapaian kinerja.
ADVERTISEMENT
Situational yakni penggila kerja akan sangat bekerja keras sesuai dengan tuntutan atau budaya organisasi serta kebiasaan yang dibangun oleh perusahaan tempat bekerja.
Pseudo workaholism yakni hampir sejenis dengan dyed in the wool namun penggila kerja tipe ini tidak memiliki rasa pengabdian 18 yang tinggi bagi perusahaan tempat ia bekerja.
Escapist as workaholism yakni jenis penggila kerja yang nyaman tetap bekerja dan tinggal di kantor hingga dalam waktu lama yang bertujuan untuk membangun hubungan sosial.
4. Menurut Spence & Robbin
Workaholic adalah orang yang sangat terlibat dalam pekerjaan, merasa terdorong atau terdorong untuk bekerja karena tekanan batin, tuntutan pekerjaan, dan rendahnya kenikmatan dalam menjalani pekerjaan di tempat kerja.
Spence & Robbins (dalam Burke, 1999) menambahkan bahwa workaholic mempunyai waktu yang digunakan sesukanya untuk melakukan aktivitas bekerja, selalu berpikir tentang bekerja meskipun tidak sedang bekerja, dan bekerja melebihi permintaan perusahaan.
ADVERTISEMENT
Jenis Workaholic
Workaholic memiliki beberapa jenis yang didefinisikan berdasarkan perilaku terhadap pekerjaannya. Berikut adalah jenis workaholic:
1. Workaholic Kompulsif
Tipe ini memiliki dorongan yang kuat untuk terus bekerja tanpa henti. Mereka cenderung mengabaikan kebutuhan pribadi, seperti istirahat dan waktu luang, demi menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan.
2. Workaholic Perfeksionis
Tipe ini memiliki standar yang sangat tinggi terhadap kualitas pekerjaan mereka. Mereka akan terus bekerja keras dan menghabiskan waktu ekstra untuk memastikan setiap detailnya sempurna.
3. Workaholic Adiktif
Tipe ini cenderung kecanduan bekerja. Mereka merasa gelisah dan tidak nyaman jika tidak terus sibuk dengan pekerjaan. Mereka mungkin merasa cemas atau khawatir ketika tidak sedang produktif.
4. Workaholic Karier
Tipe ini memiliki fokus yang kuat pada pengembangan karier mereka. Mereka mungkin mengorbankan waktu bersama keluarga, teman, dan hobi demi mencapai kesuksesan dalam karier.
ADVERTISEMENT
5. Workaholic Penghindar
Tipe ini menggunakan pekerjaan sebagai cara untuk menghindari atau melarikan diri dari masalah atau emosional yang sedang dihadapinya. Mereka mungkin merasa tidak nyaman ketika sedang santai tidak sedang sibuk dengan pekerjaan.
Ciri-Ciri Workaholic
Berikut adalah ciri-ciri workaholic yang perlu diketahui:
1. Mengutamakan Pekerjaan
Salah satu tanda paling jelas dari seorang workaholic adalah selalu mengutamakan pekerjaan. Seorang workaholic selalu kerja , tanpa mengenal waktu dan tempat.
Di manapun dan kapanpun itu, mereka selalu dapat meluangkan waktu untuk bekerja. Ketika diminta oleh atasan untuk mengerjakan sesuatu di akhir pekan atau tanggal merah, seorang workaholic akan meninggalkan apapun yang sedang dilakukan dan segera bekerja.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, hal ini disebabkan oleh kebutuhan atau dorongan dari dalam diri mereka sendiri untuk selalu bekerja.
ADVERTISEMENT
2. Stres Saat Tidak Bisa Kerja
Dengan dorongan untuk bekerja yang begitu besar, seorang workaholic biasanya akan merasa stres ketika tidak bisa bekerja. Alhasil, mereka akan terus mencari-cari hal lain yang bisa dikerjakan atau bahkan meminta pekerjaan tambahan.
3. Mudah Sakit
Tanda lain bahwa kamu merupakan seorang workaholic adalah sakit karena bekerja. Seperti yang sudah dijelaskan di poin sebelumnya, seorang workaholic tidak mengenal waktu untuk bekerja.
Baik itu pagi, siang, sore, bahkan tengah malam pun seakan selalu ada waktu untuk bekerja. Meskipun badan sudah tidak sanggup dan membutuhkan istirahat yang cukup.
Akhirnya bisa saja tiba-tiba tumbang meskipun hanya karena bekerja dan tidak melakukan kegiatan berat lainnya.
4. Kerja adalah Pelarian
Seorang workaholic biasanya bekerja untuk mengurangi rasa bersalah, cemas, atau bahkan depresi.
Alih-alih mengatasi apapun yang dirasakan atau permasalahan yang sedang dihadapi, seorang workaholic justru bekerja untuk mengalihkan diri dari itu semua.
ADVERTISEMENT
Untuk beberapa saat, mungkin cara ini berhasil untuk mengurangi apa yang dirasakan.
Namun, ketika sudah tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dilakukan, perasaan dan permasalahan yang dipendam akan tetap ada dan justru semakin menumpuk.
Dampak Negatif Workaholic
Biasanya, karena kegilaan mereka terhadap kerja itu menyebabkan skema tidur menjadi berantakan, stres meningkat, pola hidup tidak sehat, hinngga mengganggu kesehatan mental. Berikut adalah dampak negatif workaholic yang perlu diketahui:
1. Skema Tidur Berantakan
Dampak yang satu ini sangat sering dirasakan karena ketika bekerja terus-menerus, jam tidur ikut tersita. Apalagi jika si workaholic ini terbiasa bekerja sampai larut malam.
Tak jarang jika akan mengalami kesulitan tidur atau bahkan terganggu ketika tidur di malam hari. Akibatnya, kualitas tidur juga jadi semakin berkurang.
ADVERTISEMENT
2. Stres Meningkat dan Burn out
Tentu saja pekerja yang terlalu sering bekerja dan melupakan hiburan akan menjadi stres. Hal ini disebut juga burnout, atau kelelahan akibat beban kerja yang berlebihan. Mengerjakan satu pekerjaan bisa menghabiskan banyak waktu yang akibat rasa stres ini.
Burn out yang tidak dapat teratasi akan mengganggu kesehatan mental seorang workaholic.
3. Kesehatan Fisik Terganggu
Bekerja terlalu keras akan membuat seseorang lupa makan, minum, atau baru akan memesan makanan saat waktu makan sudah lewat. Biasanya, makanan yang dipesan adalah makanan cepat saji untuk menyingkat waktu.
Sementara minuman yang dikonsumsi adalah kopi atau minuman lainnya dengan gula yang tinggi. Kemudian akan timbul masalah kesehatan, seperti asam lambung, diabetes, obesitas, dan masih banyak lagi.
4. Kesehatan Mental Terganggu
Waktu kerja yang normal adalah sekitar delapan jam. Seorang workaholic mampu bekerja dari bangun tidur hingga mau tidur, bahkan tidak tidur semalaman.
ADVERTISEMENT
Hal ini akan mempengaruhi kesehatan mental sebab menyebabkan gangguan tidur, depresi, dan kecemasan berlebihan.
Selain menyebabkan depresi, kecanduan kerja juga dapat disebabkan oleh kondisi kesehatan mental yang terjadi bersamaan, seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD) atau gangguan bipolar.
5. Mengganggu Aspek Kehidupan yang Lain
Jika menjadi workaholic, pasti akan rentan menghadapi konflik dengan orang terdekat. Ketika kelelahan bekerja, jangankan menyelesaikan konflik dengan baik, untuk mengobrol saja pasti kamu merasa sudah terlalu lelah.
Demikian penjelasan mengenai apa itu workaholic menurut para ahli lengkap dengan ciri-ciri dan dampaknya. Pembaca dapat dengan mudahnya mengidentifikasi apakah dirinya termasuk workaholic atau tidak.