Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Memahami Apa Itu Scabies pada Kucing hingga Cara Mengatasinya
18 Juli 2024 11:26 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Para pencinta kucing pasti sudah tak asing dengan apa itu scabies pada kucing . Ini adalah penyakit kulit yang disebabkan parasit atau tungau. Scabies pada kucing dapat menyebabkan gatal-gatal hingga luka di beberapa area tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Scabies termasuk penyakit menular. Biasanya, penyakit ini ditularkan dari satu kucing ke kucing lainnya, tetapi tidak menutup kemungkinan menyebar ke manusia. Adapun penjelasan lebih lanjut tentang apa itu scabies pada kucing dan informasi lainnya dapat disimak di artikel ini.
Apa Itu Scabies pada Kucing?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, apa itu scabies pada kucing adalah penyakit kulit karena parasit atau tungau, tepatnya bernama sarcoptes scabiei. Menurut informasi pada situs Great Pet Care, penyakit kulit ini sudah cukup umum menyerang kucing di seluruh dunia.
Scabies pada kucing sangat menular, tetapi masih tergolong mudah untuk didiagnosis dan diobati. Penyakit ini juga bisa disebut kudis yang menyebabkan rasa gatal hebat, rambut rontok, dan kemerahan.
ADVERTISEMENT
Tungau penyebab scabies sangat menular. Apabila satu kucing terkena tungau, umumnya kucing lainnya di dalam rumah yang sama akan tertular juga.
Tak hanya itu, pemilik kucing juga berisiko tertular tungau tersebut. Manusia yang terkena scabies kucing akan merasakan ruam dan gatal-gatal. Namun, manusia yang terkena tungau tak akan menularkannya ke manusia lain dan gejalanya bisa hilang usai scabies pada kucing teratasi.
Penyebab Scabies pada Kucing
ADVERTISEMENT
Mengutip Great Pet Care, kucing akan mulai menunjukkan gejala penyakit ini setelah beberapa minggu terinfeksi. Tungau yang hinggap di kucing akan menembus kulit di antara folikel rambut. Tungau betina bertelur 3 sampai 4 butir per hari di liang yang mereka buat kemudian menetas 4 sampai 5 hari kemudian.
Larva tungau merangkak ke permukaan kulit dan menggali liangnya sendiri. Tungau yang semakin besar akan berganti kulit dan menjadi dewasa. Tungau dapat bereproduksi sendiri dalam waktu 15 hari.
Tanda-Tanda Kucing Mengalami Scabies
Setiap pemilik kucing harus peka apabila kucing mereka terkena scabies. Menyadur situs WebMD, umumnya, pemilik kucing mulai mencurigainya karena kucing sering menggaruk dirinya sendiri sebab scabies terasa gatal dan tak nyaman. Kucing juga terlihat menjilat hingga menggigit tubuhnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Upaya kucing untuk menghentikan rasa gatal tersebut dapat memperburuk masalah scabies dan semakin mengiritasi kulitnya. Bulu kucing akan rontok dan kulitnya meradang, seperti bersisik, luka, atau koreng. Sementara itu, scabies di sekitar telinga bisa menyebabkan kotoran telinga kucing semakin banyak.
Selain terlihat pada kucing, tanda-tanda ini juga dapat terlihat pada pemiliknya. Apabila pemilik kucing merasakan gatal, kemerahan, dan bengkak, kemungkinan tertular dari hewan peliharaannya.
Mengutip Great Pet Care, beberapa kasus scabies kucing yang sudah parah membuat kelenjar getah bening membesar karena sistem kekebalan kucing mencoba melawan serangan parah. Kucing juga tampak lesu, berat badan menurun, dan demam.
Cara Mengatasi Scabies pada Kucing
Menyadur buku Penyakit Parasiter Kucing oleh Wisnu Nurcahyo, kucing akan memperlihatkan gejala scabies setelah 2 hingga 6 minggu tertular tungau. Apabila gejala-gejala seperti yang dijabarkan di atas sudah terlihat, pemilik kucing dapat segera melakukan beberapa tindakan berikut:
ADVERTISEMENT
1. Mengisolasi Kucing Agar Tak Menular
Scabies pada kucing dapat menular apabila hewan tersebut juga terinfeksi. Jadi, langkah pertama yang dapat dilakukan agar tak menular ke hewan lain adalah mengisolasi kucing yang terinfeksi scabies.
Sembari mengisolasi kucing tersebut, pemilik dapat mengambil tindakan pembersihan dengan memandikan dengan obat-obat penghilang tungau.
2. Memperhatikan Lingkungan Tempat Tinggal Kucing
Menurut Daily Paws, kucing yang lebih banyak menghabiskan waktu di luar berpotensi lebih besar mengidap scabies. Kondisi tersebut disebabkan oleh lingkungan yang tak bersih. Jadi, pemilik kucing harus benar-benar memperhatikan lingkungan kucing.
Pemilik kucing harus rutin membersihkan kandang dan tempat pembuangan kotoran, setidaknya dua kali seminggu. Hal ini dapat menghindarkan kucing terkena scabies.
3. Memberi Obat-obatan
Mengutip Center of Disease Control and Prevention, mengatasi kucing yang terkena scabies adalah dengan memberikan obat-obatan di mana dapat diperoleh dari dokter hewan setelah melakukan pemeriksaan fisik.
ADVERTISEMENT
Sehingga, bagi pemilik kucing yang menyadari hewan peliharaannya mengalami scabies, dianjurkan untuk segera membawanya ke dokter hewan.
Umumnya, dokter hewan akan meresepkan beberapa obat antiparasit, seperti ivermectin, baik dioles, diminum, atau disuntikkan. Pemberian obat ini menyesuaikan kondisi scabies pada kucing, mulai dari melihat tingkat keparahan dan area yang terkena gejala.
4. Terapi Berendam
Selain obat-obatan, scabies pada kucing dapat dihilangkan dengan terapi berendam menggunakan larutan scabicidal. Tak hanya untuk kucing yang telah memperlihatkan gejala scabies, terapi ini dapat dilakukan kucing lainnya yang telah berkontak dengan kucing scabies.
Selanjutnya, pascaterapi pengobatan scabies pada kucing dilanjutkan terapi dengan obat-obat kortikosteroid dan miticidal untuk membunuh tungau yang masih hidup, sebab tungau dapat bertahan hidup di kulit hingga 3 minggu.
ADVERTISEMENT
5. Menggunakan Sampo Anti Tungau
Pemilik kucing dapat memanfaatkan sampo anti tungau. Sampo tersebut dapat meredakan peradangan dan menangkan kulit kucing. Agar mendapatkan hasil maksimal, pemilik kucing sebaiknya berkonsultasi dengan dokter hewan.
Penggunaan sampo anti tungau harus rutin, yakni dua kali seminggu. Nantinya, scabies pada kucing dapat hilang sekitar 1 bulan setelah pengobatan.
(NSF)