Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Adat Bugis Mappasikarawa dan Tahapan Prosesinya
21 Juli 2023 8:03 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Adat Bugis Mappasikarawa dilaksanakan setelah akad nikah digelar. Dalam bahasa Indonesia, tradisi ini dikenal juga dengan istilah “persentuhan pertama”.
ADVERTISEMENT
Saat adat Mappasikarawa dilaksanakan, mempelai pria akan dituntun oleh orang yang dituakan menuju kamar mempelai perempuan. Setelah itu, keduanya akan didudukkan kembali di pelaminan.
Terdapat simbol-simbol yang sarat akan makna pada tradisi ini. Mengutip buku Rekonsiliasi Manusia Ekonomi karya Muhammad Yunus dan Rahmatia Yunus (2013), salah satunya yaitu mempertemukan ibu jari (jempol) tangan laki-laki dan perempuan yang saling berhadapan.
Maksud dari simbol tersebut yaitu, tidak boleh ada kecondongan bagi salah satu mempelai dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Agar lebih memahami adat Bugis Mappasikarawa, simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Adat Bugis Mappasikarawa
Adat Bugis Mappasikarawa dilakukan dengan beberapa tahapan dan proses. Adat ini menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dalam perkawinan masyarakat Bugis.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Hukum Adat di Indonesia karya Dr. Gemala Dewi (2021), Mappasikarawa dilakukan dengan cara menyentuh bagian yang ada pada diri mempelai perempuan yang memiliki makna simbolik. Setelah ijab kabul, mempelai laki-laki akan dituntun masuk ke dalam kamar mempelai perempuan untuk melaksanakan tradisi tersebut.
Tradisi ini tidak boleh dilakukan sembarangan. Dirangkum dari jurnal Tradisi Mappasikarawa dalam Perkawinan Masyarakat Bugis di Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka susunan Arini Safitri, dkk (2018), berikut tahapan adat Bugis Mappasikarawa yang bisa Anda perhatikan:
1. Tahap awal
Pertama-tama, mempelai laki-laki akan diantarkan ke rumah mempelai perempuan yang disebut dengan mappaenre botting urane. Kemudian dilanjutkan dengan ijab kabul dan tahap pembukaan pintu yang disebut sebagai pattimpa tange’.
2. Tahap pelaksanaan Mappasikarawa
Selanjutnya, mempelai pria dan wanita akan melakukan tradisi pembatalan wudhu. Proses ini dituntun langsung oleh pappasikarawa atau orang yang dituakan.
ADVERTISEMENT
Mempelai laki-laki akan menyentuh mempelai wanita yang sudah berstatus sebagai istrinya. Menurut masyarakat Bugis, sentuhan tersebut bisa menentukan keberhasilan keluarga yang akan dijalani kedua mempelai.
Setelah itu, mempelai laki-laki akan didudukkan berhadapan dengan mempelai wanita untuk mengikuti tradisi mappasikarawa. Prosesi ini diawali dengan pappasikarawa yang memegang ibu jari tangan mempelai laki-laki dan mempertemukan ibu jari tangan mempelai wanita.
Kemudian, pappasikarawa menyuruh kedua mempelai saling berbalas menusuk kuku lawannya selama 5 detik. Ia akan mengarahkan ibu jari tangan mempelai laki-laki ke telapak tangan mempelai wanita.
Prosesi diakhiri dengan pembacaan doa ke telinga mempelai laki-laki dengan pelan. Lalu, mempelai laki-laki mengikuti doa tersebut dan dibacakan kepada mempelai wanita.
3. Tahap akhir
Setelah tradisi mappasikarawa selesai, indo’ botting atau ibu yang dituakan dalam keluarga mempelai wanita akan menuntun kedua mempelai keluar kamar. Ini dilakukan untuk menyalami orang-orang tua di keluarga mempelai wanita (mamatoa’). Tujuannya yaitu untuk meminta doa restu.
ADVERTISEMENT
(MSD)