Konten dari Pengguna

5 Alasan Kenapa Kamu Harus Nonton Balap Formula 2

Kaca Luthfi
Profesional di bidang pariwisata sejak 2016. Senang menulis tentang otomotif dan olahraga Formula One.
22 September 2020 19:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kaca Luthfi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok: Wikimedia Commons.
zoom-in-whitePerbesar
Dok: Wikimedia Commons.
ADVERTISEMENT
Kamu suka nonton balapan? Kamu merasa F1 saat ini terlalu membosankan karena yang menang 4L (Lu Lagi, Lu Lagi)?
ADVERTISEMENT
Izinkan saya menyarankan kamu untuk nonton F2 alias Formula 2.
FIA Formula 2 Championship atau yang dahulu dikenal dengan GP2 adalah balap single seater yang merupakan salah satu feeder series dari Formula 1. Secara singkat, feeder series dapat diartikan sebagai balapan persiapan atau tangga karier seorang pembalap sebelum masuk ke Formula 1. Formula 2 juga termasuk dalam FIA Global Pathway, sebuah sistem yang diciptakan oleh FIA sebagai panduan untuk pembalap dalam menapaki karier sebagai pembalap single seater, yang dimulai dari gokart, Formula 4 (nasional atau regional), Formula 3 (regional dan global), Formula 2, dan berakhir di Formula 1.
Saya coba berikan alasan kenapa kamu harus menonton Formula 2:
Karena Formula 2 berfungsi sebagai feeder series dan mempunyai jenjang yang cukup jelas, kamu bisa melihat banyak pembalap baru yang berbakat setiap tahunnya. Dan tidak jarang banyak tim F1 yang mengirimkan pembalap akademinya untuk berlaga di ajang ini. Sebagai contoh, di musim 2020 setidaknya ada 4 tim F1 (Ferrari, Renault, Williams, Red Bull) yang mempunyai wakil di F2. Pembalap seperti Mick Schumacher, Callum Ilott, Guanyu Zhou, atau Dan Ticktum adalah beberapa pembalap yang tergabung dalam akademi tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebagai langkah logikal dalam menuju balap F1, maka tidaklah mengherankan apabila nama-nama tersebut berlomba-lomba untuk memperlihatkan performa terbaiknya. Apalagi didukung dengan fakta bahwa kursi yang tersedia di F1 sangat terbatas.
Saya pribadi sangat senang di tahun ini karena (sampai saat ini) 2 pebalap teratas klasemen masih dikuasai oleh para pebalap dari Ferrari Drivers Academy. Mari berharap Scuderia Ferrari bisa segera bangkit dan tidak menjadi tim lawak lagi.
F2 adalah sebuah spec series, yang mana artinya semua tim dan pembalap akan mendapat paket mobil yang sama persis, dengan chassis yang disuplai oleh Dallara dilengkapi mesin V6 3.4 liter turbo bertenaga 620 hp dari Mecachrome. Semua tim harus memakai suku cadang yang sudah distandarisasi oleh penyelenggara dan setiap tim tidak diperbolehkan untuk melakukan upgrade secara individual.
ADVERTISEMENT
Salah satu tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menekan biaya yang diperlukan untuk berlaga di 1 musim kejuaraan F2. Sebuah paket chassis F2 diperkirakan berharga EUR 500.000 per mobil, dengan harga mesin seharga EUR 67.000 per unit mesin. Tentu harga ini terbilang cukup murah dibandingkan dengan harga untuk membangun sebuah mobil F1 yang setidaknya membutuhkan biaya EUR 130 juta per musim.
Namun, walaupun begitu, tim tetap diperbolehkan untuk mengubah setting mobil agar cocok dengan karakter masing-masing pembalap.
Ini adalah salah satu aspek di F1 yang cukup mulai jarang ditemukan. Salah satu alasannya adalah aerodinamika dari mobil F1 modern sudah sangat rumit dan sophisticated, sehingga efek dirty air yang dihasilkan sangat merugikan untuk mobil yang ada di belakangnya. Dirty air bisa mempengaruhi umur ban bahkan downforce yang dihasilkan oleh mobil.
ADVERTISEMENT
Di F2, karena aero kit yang digunakan jauh lebih simpel, maka pebalap tidak segan-segan untuk melakukan battle dalam intensitas waktu yang lama. Ditambah dengan performa mobil yang relatif setara, tidak jarang posisi 1 sampai 10 hanya berjarak tidak lebih dari 10 detik. Artinya, apabila pebalap yang di depan melakukan kesalahan maka akibatnya bisa fatal. Taruhannya adalah gelar juara atau tidak dapat poin sama sekali.
Balapan F1 di Monza 2020 lalu mungkin adalah salah satu kejadian langka dimana hasilnya sangat tidak terduga. Tidak halnya dengan F2. Hampir semua balapan F2 menyajikan ketegangan tersendiri karena semua orang punya kesempatan yang sama untuk meraih puncak podium. Dengan spek mobil yang sama, maka hasil yang dicapai tiap balapan akan sangat bergantung dengan skill pembalap dan kerjasama tim yang apik dalam menentukan pilihan strategi. Hal ini terbukti dari musim 2020 ini dimana dari 18 race terdapat 9 pemenang lomba dari 7 tim berbeda!
ADVERTISEMENT
Race weekend F2 terdiri dari 2 balapan, Feature Race dan Sprint Race. Feature Race dilakukan pada hari Sabtu dan menempuh jarak 170 km selama sekitar 60 menit. Dalam Feature Race, setiap pembalap harus melakukan mandatory pitstop dan terdapat 2 pilihan kompon ban (prime dan option) yang harus dipakai minimal 1 set. Mayoritas tim biasanya akan memakai ban option berkompon soft terlebih dahulu di awal lomba, baru memakai kompon prime di paruh kedua lomba. Namun tidak jarang, tim yang melakukan alternative strategy bisa lebih unggul karena bermacam faktor, misalnya safety car dan manajemen ban yang lebih baik.
Sprint Race diadakan di hari Minggu dan menempuh jarak 120 km dengan durasi 45 menit. This is where it gets interesting. Tidak ada mandatory pitstop dan pebalap bisa menentukan kompon mana yang ingin dipakai. Yang menarik adalah fitur reverse grid yang berpengaruh pada posisi start dari hasil posisi 1-8 dari Feature Race. Artinya, posisi 8 akan start dari pole position atau posisi terdepan, posisi 7 akan start dari posisi kedua, dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Like I said before, now everyone can win the race.
Rasanya kurang lengkap apabila saya menulis artikel ini tanpa menyertakan Sean Gelael. Suka atau tidak, Sean adalah peluang terbaik Indonesia untuk bisa masuk F1 kembali, setidaknya untuk saat ini. Betul, adalah fakta bahwa prestasinya sampai sekarang tergolong biasa saja untuk ukuran driver yang tergolong veteran di level ini. Selama 5 tahun berlaga di GP2/F2, Sean "baru" mendapat 2 kali podium di Austria 2016 dan Monako 2018. Maka saya rasa wajar banyak publik Indonesia yang memandang rendah atau mencibir terhadap performa Sean di ajang ini.
Namun tentunya sebuah kritik pun harus disampaikan secara baik, agar tidak terlihat seperti cibiran semata. Saya agak prihatin melihat banyak cuitan atau komentar yang tendensinya cukup negatif, bahkan saat beliau tidak membalap dikarenakan sedang menjalani penyembuhan akibat insiden kecelakaan di ronde Spanyol beberapa waktu lalu. Semoga Sean bisa segera sembuh dan kembali membawa Merah Putih di ajang F2.
ADVERTISEMENT
There you go, 5 alasan kenapa kamu harus nonton F2 sekarang! Musim ini, F2 hanya menyisakan 6 balapan saja yaitu 2 ronde di Sochi, Rusia dan 4 ronde di Bahrain. Pertarungan klasemen masih sangat ketat yang dipimpin oleh Mick Schumacher dengan 161 poin. So I'll guarantee you that this season will be fun to watch.
Last but not least, if you want to know how crazy the F2 race is, go ahead and watch this Feature Race highlight from the last round in Mugello. Because seeing is believing.