Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kekerasan Anak : Konsekuensi Perubahan Kepribadian
25 November 2024 12:22 WIB
ยท
waktu baca 2 menitTulisan dari Kamila Fakhriyah Kania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hubungan anak dengan orang tua adalah hubungan yang sangat penting karena merupakan dasar perkembangan emosional, mental dan kepribadian anak. Namun, saat ini banyak kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Kekerasan fisik terhadap anak, dijelaskan oleh Krug et al. (2002), sebagai tindakan kerugian fisik akibat interaksi dengan orang tua atau orang yang memiliki kekuasaan. Bentuknya seperti memukul,mendorong, menjambak, dan melukai anak secara fisik.
Kekerasan terhadap anak memiliki dampak yang sangat serius, bahkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental hingga kematian. Salah satu dampak yang sangat memprihatinkan adalah pengaruhnya terhadap kepribadian anak.
Menurut Alit Kurniasari, kekerasan terhadap anak dapat menyebabkan perubahan perilaku, di antaranya:
1. Bersikap Permisif
Merasa tidak berguna. Karena merasa tidak bermanfaat, anak menjadi pendiam, mengisolasi diri, dan kesulitan bergaul. Akhirnya, anak merasa nyaman dengan perilaku ini dan enggan berinteraksi dengan teman-temannya. Dampaknya, anak menjadi kurang berhasil dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya mereka (Santrock, 2002).
ADVERTISEMENT
2. Bersikap Depresif
Menurut Alit Kurniasari, salah satu ciri dari sikap depresif adalah kehilangan minat terhadap berbagai hal yang menyenangkan. Misalnya, seorang anak yang dulu senang bermain di taman, mungkin menjadi takut untuk kembali ke taman karena teringat kekerasan yang dialaminya di sana. Selain itu, anak sering merasa lelah dan enggan berinteraksi dengan orang lain. Dalam beberapa kasus, anak juga mengalami kesulitan berkonsentrasi serta ada perubahan pada pola makan dan tidur.
3. Bersikap Agresif
Anak yang mengalami kekerasan sering menunjukkan ketidakpercayaan diri yang berlebihan serta kesulitan mengendalikan emosinya. Hal ini bisa menyebabkan masalah dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial dan emosional mereka (Cicchetti & Toth, 2006). Perilaku agresif bisa muncul dalam bentuk perontakan, berteriak, menggigit, memukul, atau bahkan menghancurkan barang sebagai respons terhadap kebingungan atau perasaan terancam.
ADVERTISEMENT
4. Bersikap Destruktif
Menurut Alit Kurniasari, sikap destruktif memiliki keinginan untuk menyakiti diri sendiri. Perasaan kesal dan putus asa mendorong untuk menyakiti dirinya sendiri, perasaan ini bisa berkembang menjadi keinginan untuk melakukan percobaan bunuh diri. Semua ini berawal dari beban pikiran, tekanan dan stres yang tidak memperoleh penyelesaian
Oleh karena itu, menjaga hubungan yang erat dengan anak sangat penting agar anak merasa aman dan nyaman. Menurut Alit Kurniasari, orang tua juga perlu diberikan bimbingan dalam mengelola stres agar dapat mengurangi tingkat stres dalam pengasuhan anak, sehingga dapat mencegah dampak negatif bagi perkembangan anak.