Konten Media Partner

17 Kasus Gagal Ginjal Misterius Ditemukan di Bali, 11 Anak Meninggal

14 Oktober 2022 15:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dokter di RSUP Sanglah, Bali dr. I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, Sp. A (kiri) dan  dr. Bagus Ngurah Mahakrishna, Sp.A (kanan) saat mengungkap kasus gagal ginjal misterius - IST
zoom-in-whitePerbesar
Dokter di RSUP Sanglah, Bali dr. I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, Sp. A (kiri) dan dr. Bagus Ngurah Mahakrishna, Sp.A (kanan) saat mengungkap kasus gagal ginjal misterius - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR, Kanalbali.com - 11 dari 17 orang anak di Bali meninggal dunia akibat mengidap penyakit gagal ginjal misterius. Mereka berusia 1 tahun sampai 17 tahun yang pernah dirawat di RSUP Sanglah sejak Agustus hingga Oktober 2022.
ADVERTISEMENT
"Mereka yang meninggal kondisinya sudah buruk, salah satunya karena fungsi ginjal berada sekitar dibawah 15 ml/menit/1,73 meter square. Normalnya diatas 90," Dokter Anak RSUP Sanglah, dr. I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, Sp. A, Jumat,  (14/10/2022)
Menurutnya kasus ini disebut sebagai AKI, yakni akut kidney injury (tiba-tiba ginjal cedera) yang sampai saat ini belum temukan penyebabnya. Sehingga disebut sebagai gagal ginjal misterius.
Ia menjelaskan kasus ini mulai meningkat sejak Agustus lalu yang mencapai 6 orang pasien per bulan. Kemudian pasien terus bertambah hingga jumlahnya mencapai 16 orang pada pertengahan Oktober, dan menunjukan tren menurun dengan tambahan 1 kasus pada Oktober.
"Selain 11 orang yang meninggal dunia,  5 orang sudah sembuh, dan 1 orang berusia 17 tahun masih dalam perawatan," jelasnya.
Ilustrasi ginjal - Thinkerstock
dr. Bagus Ngurah Mahakrishna, Sp.A mengungkapkan kondisi umumnya pasien saat datang ke RSUP Sanglah mengalami frekuensi buang air kecil yang kurang, atau tidak kencing dalam 24 jam. Kondisi ini menyebabkan gangguan infeksi saluran napas, dan cerna. Seperti batuk pilek, dan mencret.
ADVERTISEMENT
Para pasien ini merupakan anak-anak berusia diatas 7 tahun sebanyak 4 orang, 1 orang berusia 17 tahun, dan sisanya dibawah 6 tahun dengan usia termuda 1 tahun. "Pada kasus berat mereka mengalami gangguan fungsi ginjal dilakukan cuci darah/HD (hemodialisis), dan hanya 2 yang tidak cuci darah," tuturnya.
Meski belum diketahui penyebab pasti gagal ginjal pada anak ini, ada hal yang terkait satu sama lain tapi belum dianggap sebagai penyebab utama, yakni terdeteksi adanya Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) pada banyak kasus.
"Artinya beberapa pasien pernah pernah tertular COVID-19, karena anak di bawah 6 tahun tidak dapat vaksin. Tapi tes antibodinya positif virus SARS-CoV-2, itu menandakan terbentuk terbentuk antibodi alaminya dan pernah menderita COVID-19 yang tidak diketahui orang tuanya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengungkapkan, dari 17 orang anak, 10 orang terdeteksi adanya Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) dan 6 orang pasien tidak diperiksa karena kondisinya mengalami perburukan secara drastis.
"1 orang pasien tidak terindikasi MIS-C, tapi kita tetap periksa karena gejalanya sama dengan yang lain. Tapi tetap hasilnya negatif, jadi sampai saat ini kita tidak bisa pastikan ini karena MIS-C," imbuhnya.
Ia menyarankan bagi orang tua agar rutin memeriksa frekuensi kencing anak, yakni minimal 6 jam sudah buang air kecil. "Ini cara paling mudah untuk mendeteksi dini," imbuhnya. (Kanalbali/LSU)