Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Ayu Laksmi Gagas Festival Ibudaya dari Bali Utara
21 Oktober 2021 14:39 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
BULELENG - Sebuah festival yang unik bertajuk Ibudaya Festival 2021 bakal digelar secara virtual dari Buleleng, Bali Utara. Festival ini digagas seniman multi talenta Ayu Laksmi .
ADVERTISEMENT
"Acaranya dilangsungkan pada Minggu, 24 Oktober 2021 pukul 16.30 Wita dalam bentuk virtual event," kata Ayu, Kamis (21/10/2021).
Kata Ibudaya merupakan rangkaian 3 kata yang terhubung di dalamnya, yaitu Ibu –perempuan, Daya –kemampuan, dan Budaya –kerja laku turun menurun yang diwariskan, kaitannya terhadap kearifan lokal.
"Jadi Ibudaya dapat dimaknai sebagai kemampuan ibu-perempuan untuk memelihara, merawat, menjaga nilai-nilai yang terkandung dalam laku kebudayaan," jelasnya.
Ibudaya Festival mengusung tema "Mula ka Mula". Mula dalam Bahasa Bali berarti menanam, Mula dalam Bahasa Indonesia artinya awal, sementara ka Mula dapat dimaknai ke asal –ke akar. Secara garis besar , tema itu ialah ajakan untuk pulang ke asal untuk menanam.
Jika dikaitkan dengan konteks pandemi yang sudah berjalan hampir 2 (dua) tahun ini, manusia dihadapkan dengan berbagai pilihan, utamanya mereka yang dulu meninggalkan rumah untuk mencari penghidupan ke suatu tempat, secara sadar dituntut pulang. Berhenti sejenak, merenung, menghayati, kemudian memulai kembali.
ADVERTISEMENT
"Dalam kepulangannya itu, mereka yang pulang akan berkeluh kesah kepada Ibu. Ibu yang memiliki rahim dalam tubuhnya merupakan asal kebermulaan kita semua," jelasnya.
Pemikiran di atas tertuang dalam lirik lagu Brothers and Sisters karya Ayu Laksmi yang digunakan sebagai original soundtrack Ibudaya Festival 2021
Silih tunggil tindih
Ring Gumi Bali
Asih asuh trepti
Eling ring wit pertiwi
Lirik tersebut mengandung makna ajakan kepada kita semua, untuk selalu mengingat tanah kelahiran. Menjaga kesuciannya dalam kerja-kerja tulus ikhlas menyama braya.
Pulang ke Rahim - Bali Utara
Untuk “menanam” kembali, Ibudaya Festival akan menuntun untuk menengok ke Bali bagian utara, Buleleng. Buleleng memiliki sejarah panjang yang perlu dicermati untuk membaca Bali secara holistik. Satu diantaranya ialah karena nama besar Pelabuhan Buleleng pada masa kependudukan Belanda, Pelabuhan tersebut menjadi pintu masuk utama jika ingin datang ke Bali.
Keberadaannya yang strategis itu memberi peluang kepada orang luar untuk melakukan aktivitas perdagangan, mulai dari bangsa Eropa, China, Belanda, Arab, Bugis dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Hiruk pikuk Pelabuhan Buleleng memiliki peran penting terhadap akulturasi kebudayaan yang terjadi di Buleleng terkait cara berpikir, bahasa tutur, kuliner, serta sistem sosio kulturalnya. Hingga pada periode 1950-1985 Buleleng menjadi ibu kota provinsi Sunda Kecil. Sunda Kecil meliputi Bali, Lombok, Bima, Flores, Timor (barat) dan Sumba serta pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Namun masa keemasannya mulai meredup saat Sunda Kecil dimekarkan menjadi tiga Provinsi – Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, serta Ibu Kota Provinsi Bali dipindahkan, dari Singaraja ke Denpasar tahun 1960. Maka segala hiruk pikuk yang terjadi secara tidak langsung berpindah ke Bali Selatan. Hal ini juga membawa dampak signifikan terhadap pembangunan. kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi orang Buleleng terasa bergerak lamban. Buleleng seolah ditinggalkan, waktu berhenti begitu saja di sana.
ADVERTISEMENT
Bernaung pada pemahaman di atas, dengan penuh pertimbangan Ibudaya Festival menjadikan pusat semua kegiatannya di Bali Utara, dengan cara menyusur kembali ruang-ruang bersejarah, utamanya yang memancarkan energi spiritual. (kanalbali/RLS/RFH)