Konten Media Partner

Bali Wildlife Rescue Center, Tempat Berlatih Satwa Sebelum Pulang ke Habitatnya

18 September 2021 10:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beruang madu di Bali Wildlife Rescue Center (BWRC) - LSU
zoom-in-whitePerbesar
Beruang madu di Bali Wildlife Rescue Center (BWRC) - LSU
ADVERTISEMENT
DENPASAR- Dua Uwo Siamang sitaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali kini menjadi penghuni baru Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Bali atau yang lebih dikenal dengan Bali Wildlife Rescue Center (BWRC).
ADVERTISEMENT
"Ini adalah satu dari tujuh PPS di Indonesia. BWRC berdiri sejak 2005 dan dikelola oleh Friends of the National Parks Foundation (FNPF) sejak 2011," Dokter Hewan sekaligus Manajer Pengelola BWRC Drh. Ayu Risdasari Tiyar Noviarini, Jumat, (17/9/2021).
Di PPS yang berada di Kabupaten Tabanan ini ada sekitar 50 ekor satwa dilindungi seperti Jalak Putih, Kakaktua jambul kuning, Kakaktua kecil jambul kuning, Kakaktua Goffin, Kakaktua Seram, Elang Laut Perut Putih, Elang bondol, Beruang madu, Buaya Iran, hingga Lutung dari Jawa Timur.
Elang bondol di BWRC - LSU
"Selain dari BKSDA Bali, kami juga mendapatkannya dari masyarakat perorangan yang sudah tidak sanggup melakukan pemeliharaan," kata Noviarini.
PPS seluas 3.200 M2 ini mengandalkan sumber pendanaan dari sponsor, donatur, hingga relawan yang sebagian besar merupakan warga negara asing (WNA). Namun akibat pandemi COVID-19, pendanaan dari relawan asing yang harus membayar untuk ikut merawat menjadi berkurang.
ADVERTISEMENT
Adapun saat ini PPS Bali membuka program orang tua asuh bagi para satwa. Mereka dapat memberi dana untuk pakan satwa selama waktu yang ditentukan sendiri tanpa harus membawanya pulang dan satwa tetap berada di BWRC.
Dokter Novi menjelaskan, beberapa satwa yang dibawa ke BWRC ada yang dalam kondisi sudah tidak sehat lagi. Misalnya Elang yang sayap primernya sudah dipotong oleh pemilik sebelumnya agar Elang tidak bisa terbang tinggi.
Sedangkan, jika ingin melepas Elang ke alam, kondisinya sudah harus sehat, mampu mencari pakan, dan bertahan hidup sendiri. Kondisi seperti ini yang membuat satwa harus menunggu dalam waktu yang lama agar dapat pulih kembali.
Manajer Pengelola BWRC Drh. Ayu Risdasari Tiyar Noviarini bersama Uwo Siamang - LSU
Selain kondisi fisik, faktor lain dari pelepasan satwa ke habitatnya juga dilihat dari perilakunya yang harus takut dengan manusia. Hal ini dimaksudkan agar saat berada di alam, satwa bisa melindungi diri dari oknum yang ingin berbuat tidak baik.
ADVERTISEMENT
"Satwa yang dirawat di BWRC bertujuan untuk bisa dirilis kembali ke habitatnya, sehingga kami disini memberikan pelatihan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi di habitatnya," jelasnya. (kanalbali/Luh Sigiari)