Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Dokter Kepresidenan di Masa Bung Karno Jadi Nama Baru RSUP Sanglah Bali
15 Juli 2022 10:41 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Direktur Utama (Dirut) RSUP Sanglah I Wayan Sudana, Jumat (15/7) meenyatakan hal itu. "Pergantian nama tersebut didukung oleh DPRD Bali dan Gubernur Bali dan juga Wakil DPD Bali dan akhirnya direspon oleh Menteri Kesehatan," katanya.
Usulan perubahan disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster melaluisurat dengan nomor 440/1964/Yankes. Diskes bertanggal 11 Februari 2020 kepada Kementerian Kesehatan RI.
"Lalu Menteri Kesehatan melalui suratnya per tanggal 28 Maret 2022 itu, sudah menyetujui," jelasnya.
Menteri Kesehatan bersama Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kemudian sudah mengeluarkan izin operasional rumah sakit ini, tanggal 7 Juli tahun 2022 ini dengan nama baru RSUP Prof dr I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah.
Nama Prof Ngoerah dipilih karena merupakan seorang tokoh perjuangan di masa pra-kemerdekaan Indonesia dan dia juga sebagai dokter bedah unit Palang Merah di Jakarta dan Purwakarta (Jawa Barat).
ADVERTISEMENT
"Beliau juga adalah tokoh kesehatan yang ada di Bali yang mendirikan cikal bakal pelayanan di Rumah Sakit Pusat Sanglah. Beliau dulu di masa itu sudah menjadi dokter kepresidenan yang pertama," ujarnya.
Kemudian, alasan pergantian nama tersebut menurutnya RSUP Sanglah perlu disesuaikan dan memberi spirit dan daya tarik baru bagi masyarakat di Bali dan terutama di Indonesia.
RSUP Sanglah sendiri dari segi usia sudah cukup tua karena berdiri tahun 1956 yang merupakan Poliklinik umum kecil. Tiga tahun kemudian diresmikan oleh Presiden Soekarno menjadi rumah sakit kelas C.
"Dalam catatan sejarahnya, hanya poliklinik kecil tapi sudah melakukan pelayanan kesehatan. Kemudian, tahun 1959 atau tiga tahun kemudian itu luar biasa. Jadi, diresmikan menjadi di Rumah Sakit Kelas C oleh Presiden Republik Indonesia pertama kita, Bapak Insiyur Soekarno. Memang waktu itu sebagai Rumah Sakit Kelas C hanya sekitar 150 tempat tidur," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Sekarang menjadi rumah sakit kelas A dan menjadi pusat rujukan baik nasional maupun untuk di Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT)," ujarnya. (kanalbali/KAD)