Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Edo Wulia, Belajar Musik Tapi Berbelok Cintai Film
9 Desember 2018 18:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Edo Wulia saat bekerja di ruangannya - kanalbali/GAN
DENPASAR, kanalbali.com - Nama Edo Wulia lekat dengan dunia film di Bali, khususnya di genre film pendek. Minikino, lembaga yang digawanginya menjadi ikon perfilman Bali dan telah bekerjasama dengan berbagai penyelenggaraan festival internasional.
ADVERTISEMENT
Menariknya, dunia film bukanlah cinta pertamanya. Pemilik nama lengkap Edward Hirunimus Wulia ini lahir di Semarang, 30 September 1970 . Ia awalnya serius ingin menjadi musisi dengan menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogjakarta.
Sayang, sebelum meraih gelar sarjana padahal telah menuntaskan masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) . di tahun 1996 dirinya langsung ke Los Angeles untuk belajar di Musician Institute Teknologi Los Angeles, California, Amerika Serikat dengan fokus bidang Perkusi. Tahun 1997 dia pulang ke Jakarta karena diundang oleh seorang musisi senior untuk ikut terlibat dalam penggarapan musik opening – closing Asian Games 1997.
Setelah itu dirinya mulai bekerja di studio musik, bermain sebagai home band dari hotel, cafe hingga restoran. Ia melakukan kurang lebih setahun hingga akhirnya terjadi moment reformasi di tahun 1998 sehingga dia terkena dampaknya.
ADVERTISEMENT
Edo Wulia (tengah) saat membahas kegiatan Minikino di kantornya - kanalbali/GAN
Maka di tahun 2000 dirinya pun memutuskan untuk kembali ke Pulau Dewata untuk menekuni profesi home band hingga ia terbang ke Singapura untuk bekerja di salah satu hotel disana.
Di tahun yang sama cikal bakal Minikino sedang dirancang oleh Tintin selaku founder bersama dua rekan lainnya yakni Yudith Guritno dan juga Kiki. “Aku tahu itu cikal bakalnya namun karena aku harus ke Singapura saat itu maka aku tinggalkan dulu, ,”katanya saat ditemui di Denpasar, Jumat, (7/12).
Pasca kembalinya dari Singapura, di tahun 2003, Edo memutuskan untuk bergabung dengan Minikino sebagai volunteer. Ini bukan hal yang ia pikirkan sebelumnya, ia hanya mengikuti alur dan menurutnya kecintaan terhadap dunia film memang sudah ada sejak ia kecil.
ADVERTISEMENT
“Film ini memberikanku banyak pengalaman bahkan dari TV hitam putih sampai pertama kali aku nonton biokop pun masih aku ingat kenangan serta pengalaman itu mungkin itu yang membawaku seperti saat ini,”jawabnya.
Namun dirinya mengaku tidak pernah membuat atau memproduksi film, ia hanya mengakui jika pernah terlibat dalam proses produksi saja. Bukan tanpa alasan, sosok pria berkulit sawo matang ini lebih asik bermain pada bagian produksi.
“Ya entahlah ini bagiku sangat menarik bisa menghubungkan dan menjembatani kedua sisi ini sangat keren,”katanya sembari mengungkapkan jika keluarga sangat mensuport terlebih sang istri yang juga ikut terlibat langsung.
Posisinya saat ini juga tidak bisa dilepaskan begitu saja oleh dua sosok ini Joger dan Jaya Suprana selain sebagai keluarga Edo juga banyak belajar dari kedua saudaranya itu. “Ya saya juga berada dilingkungan keluarga penggerak ekonomi kreatif jadi ini juga salah satu yang menuntun saya,”paparnya yang kini menjadi Direktur Minikino. (kanalbali/GAN)
ADVERTISEMENT