Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Galungan Datang, Talenan Pun Jadi Buruan
9 Desember 2018 17:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Perajin Talenan sedang menyelesaikan pekerjaannya saat menyambut Galungan, kanalbali/ KR11
ADVERTISEMENT
GIANYAR, kanalbali.com -- Galungan akan segera datang lagi di akhir Desemer 2018 ini. Nah, satu alat masak yang wajib ada adalah Talenan. Wajar, bila perajinnya di Desa Temesi, Bangli kini sibuk memenuhi pesanan.
Lihat saja di pertigaan Bangli wilayah Desa Temesi, ada enam pedagang talenan, yang semuanya berasal dari Desa Trunyan, Kintamani, Bangli. Salah satu penjual talenan yang pertama menjual talenan di pertigaan Bangli, adalah Wayan Rudi yang letak dagangannya paling selatan.
“Pertama yang saya jual adalah pengotok (palu dari les Celagi/pohon Asam), itu di Tahun 1990 lalu,’’ jelas Wayan Rudi, Minggu (9/12) kemarin. Karena penjualan pengotok seret, maka iseng-iseng dirinya bersama istrinya menjual talenan.
Setelah penjualan talenan membuahkan hasil dan kewalahan menerima pesanan, maka salah satu keluarganya diajak untuk menjual talenan. Disebutkan selain saudaranya, warga lain dari Desa Trunyan juga diajak menjual talenan di Pertigaan Bangli. “Kebetulan saja, kami semua yang menjual talenan dari Desa Trunyan, Bangli,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Pertama mencoba menjual talenan sebanyak 20 buah dengan ukuran diameter 30 cm. “Ternyata hari itu juga semua laku, akhirnya saya beralih menjual talenan sampai saat ini,” tutur Wayan Rudi. Pada saat itu talenan ukuran 30 cm dijual dengan harga Rp 15.000 dan peminatnya banyak.
Sedangkan saat ini, talenan dengan ukuran 30 cm dijual dengan harga Rp 45.000, ukuran 40 cm dijual denga harga Rp 70.000 dan ukuran 65 cm dengan harga 200.000. Pada hari biasa, rata-rata mampu menjual 15-20 talenan perhari. Sedangkan jelang Hari Raya Galungan, penjualannya meningkat sampai 40 talenan perharinya.
Selain menjual dengan memajang dipinggir jalan, talenan produksinya juga dipesan warga dari Tabanan, Denpasar dan Badung untuk dijual kembali. Sedangkan pemesan paling banyak dari pedagang Pasar Beringkit, Badung. Dimana pedagang luar ini mengambilnya sekali dalam sebulan.
ADVERTISEMENT
Wayan Rudi sendiri mengaku kalau pohon celagi/asem (tamarindus indica) semakin susah dicari. Sebelumnya, dirinya mencari pohon asem di wilayah Bangli dan Gianyar. Namun karena semakin langka, dirinya mencari pohon celagi sampai ke Buleleng.
‘’Semakin susah carinya sekarang, semakin langka. Bahkan saya mencarinya sampai ke Buleleng wilayah Kubutambahan,’’ bebernya. Perpohon celagi tersebut dibeli dengan harga mulai dari Rp 1 juta sampai Rp 3 juta, tergantung besar kecil pohon.
Kekhawatirannya juga beralasan, mengingat tidak semua daerah terdapat pohon celagi. Bahkan saat ini dirinya berburu pohon celagi ke Buleleng bagian Barat, daerah Gerokgak. “Kami berharap pohon celagi tetap eksis, kalau semakin langka, maka kami menjualnya semakin mahal,” ungkapnya.
Selain pohon celagi, pohon jeruk Bali juga bisa dipakai talelan, namun jenis pohon ini juga sudah langka. Sedangkan talenan dari pohon Intaran dan pohon Kesambi, kualitas talenannya dibawah celagi. Disamping itu, talenan dari intaran menyebabkan adonan makanan menjadi pahit. (kanalbali/KR11)
ADVERTISEMENT