Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Melihat Kemeriahan Upacara Tolak Bala di Kuta, Bali, Jelang Imlek
24 Januari 2020 17:50 WIB
ADVERTISEMENT
Menjelang tahun baru Imlek 2571 yang jatuh pada Sabtu (25/1), umat Buddha melakukan persembahyangan tolak bala dan sembahyang tutup tahun. Ritual ini merupakan wujud syukur atas berkat yang telah diperoleh serta untuk memohon kehidupan yang lebih baik pada tahun mendatang.
ADVERTISEMENT
Wihara Dharmayana Leeng Gwan Bio yang bertempat di Jalan Balmbangan, Kuta, Badung menjadi salah satu tempat untuk melakukan ibadah ini. Jumat (24/1), Ratusan orang dari berbagai elemen, antusias melakukan persembahyangan dengan khidmat.
Memang, ritual persembahyangan tutup tahun telah menjadi tradisi turun-temurun dalam perayaan imlek. Pengempon (pengurus-red) wihara, Adi Dharmaja Kusuma, mengatakan selain sembahyang pelaksanaan ini juga menjadi momentum untuk kembali merekatkan tali persaudaraan.
"Banyak umat yang berasal dari berbagai daerah bisa bertemu pada kesempatan ini," ujarnya. Ia mengatakan sebagai bentuk akulturasi budaya, ibu-ibu PKK dari lingkungan sekitar mengenakan kebaya. "Wihara ini juga menjadi peribadatan suci umat Hindu, kadang setiap hari raya mereka (umat Hindu-red) melakukan peribadatan di sini," imbuhnya.
Sebagai satu rangkaian, dilaksanakan pula sembahyang tolak bala. Prosesi ritualnya dengan melakukan arak-arakan sepanjang Jalan Blambagan menuju perempatan Jalan Kali Anget, lanjut ke Pura Desa dan pada akhirnya kembali lagi ke wihara. Arak-arakan ini sebagai wujud penyucian sekaligus menjadi bentuk tolak bala atas segala bentuk malapetaka. Bahkan, aparat serta pecalang (petugas keamanan adat-red) turut serta mengamankan arak-arakan ini.
ADVERTISEMENT
"Sebelumnya kita sudah sembahyang di depan wihara untuk memohon keselamatan dari gangguan bawah, setelah itu berjalan, disetiap perempatan ditempatkan sesaji sebagai tolak bala terhadap energi negatif,"ungkapnya.
Liong dan Barongsai turut serta dalam arak arakan ini. Liong (naga-red) menggambarkan energi positif dan barongsai (singa-red) bersifat sebaliknya. Keduanya merupkan simbol keseimbangan antara Yin dan Yang inilah yang membentuk keharmonisan bagi hidup manusia.
Prosesi diiringi musik tambur, gong (tanpa bulatan kecil), dan simbal yang ditabuh keras. Cukup untuk memekakkan telinga. "Setelah arak-arakan selesai dilanjutkan sembahyang lagi, prosesinya hingga tengah malam nanti," pungkasnya.
"Semoga di tahun baru imlek dengan karakteristik Shio tikus ini kita terlindungi dari berbagai marabahaya," harapnya. ( KR14)