Konten dari Pengguna

Sulit Move On? Ini Penjelasan Psikologis dan 5 Tips Ampuhnya!

Karina Amalia
Psychology student at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Desember 2024 11:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Karina Amalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Wanita Stres (Sumber: pexels/Kaboompics.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wanita Stres (Sumber: pexels/Kaboompics.com)
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu merasakan sulitnya melepaskan seseorang dari masa lalu, meskipun kamu tahu seharusnya melangkah maju? Jika ya, kamu tidak sendirian. Kesulitan melupakan seseorang yang kita cintai disebabkan oleh faktor psikologis yang mendalam. Keterikatan emosional yang kuat, terutama saat hubungan berakhir, dapat memicu perasaan sedih, kecewa, dan kehilangan. Namun, menghadapi kesulitan untuk move on setelah putus cinta adalah hal yang sangat manusiawi.
ADVERTISEMENT
Yuk, simak pembahasannya lebih lanjut!
1. Efek Memori dan Nostalgia
Penelitian dalam psikologi memori menunjukkan bahwa otak manusia cenderung mengingat momen bahagia lebih tajam daripada momen menyakitkan. Hal ini sering disebut rosy retrospection bias. Akibatnya, seseorang cenderung mengidealkan masa lalu, membuat hubungan atau pengalaman tersebut terlihat lebih baik daripada kenyataannya. Hal ini memperkuat keinginan untuk kembali ke situasi yang sebenarnya sudah tidak ada.
2. Ikatan Emosional yang Mendalam
Menurut teori attachment dari John Bowlby, manusia secara alami membentuk ikatan emosional dengan orang yang dekat dengannya. Ketika ikatan tersebut terputus, individu akan mengalami rasa kehilangan yang serupa dengan proses berkabung. Proses ini melibatkan fase penolakan, kemarahan, hingga penerimaan. Sulitnya move on terjadi ketika seseorang terjebak di fase awal dan tidak mampu melanjutkan ke fase berikutnya.
ADVERTISEMENT
3. Pengaruh Kognisi Negatif dan Rumination
Rumination adalah kecenderungan untuk terus-menerus memikirkan pengalaman atau perasaan yang menyakitkan tanpa mendapatkan solusi. Teori cognitive-behavioral yang dikembangkan oleh Aaron Beck menyatakan bahwa pola pikir negatif, seperti menyalahkan diri sendiri atau berpikir "seandainya saya melakukan hal yang berbeda," dapat memperburuk perasaan dan memperpanjang proses penyembuhan. Pikiran berulang ini menghambat kemampuan seseorang untuk melepaskan masa lalu dan bergerak maju.
Banyak orang merasakan hal yang sama ketika menghadapi akhir dari sebuah hubungan. Tetapi, meskipun rasanya sangat berat, move on adalah bagian dari proses kehidupan yang akan membawamu ke kebahagiaan yang lebih baik. Nah, berikut adalah beberapa tips move on yang bisa kamu coba untuk mulai melangkah maju dan menyembuhkan hati yang terluka.
ADVERTISEMENT
1. Lakukan Journaling atau Menulis
Menulis tentang apa yang sedang dirasakan dapat menjadi saluran ekspresif yang sangat membantu. Penelitian menunjukkan bahwa journaling atau menulis tentang pengalaman emosional dapat membantu mengurangi kecemasan dan stres, serta memudahkan pemrosesan perasaan yang kompleks. Jangan menilai atau mengkritik diri sendiri, ini adalah cara yang efektif untuk mengeluarkan perasaan yang terpendam.
2. Berbicara dengan Seseorang yang Dapat Dipercaya
Terkadang, berbicara dengan teman dekat, keluarga, atau seorang terapis dapat membantu kamu memproses perasaan dan memperoleh perspektif yang berbeda. Terapi atau konseling dapat membantu kamu memahami perasaan yang lebih dalam dan memberikan dukungan untuk melewati proses move on. Menyuarakan perasaan juga dapat mempercepat proses penyembuhan emosional.
ADVERTISEMENT
3. Fokus pada Diri Sendiri
Mulailah memberi perhatian lebih pada diri sendiri dengan melakukan aktivitas yang dapat memperkuat kesejahteraan fisik, mental, dan emosional. Olahraga, meditasi, atau bahkan sekadar tidur yang cukup dapat membantu meredakan stres. Dr. Kelly McGonigal, seorang psikolog, menyatakan bahwa merawat diri melalui aktivitas yang meningkatkan rasa kontrol dapat membantu mengurangi perasaan cemas dan stres. Fokuskan energi pada hal-hal yang membuat kamu merasa baik tentang diri sendiri.
4. Berikan Ruang Waktu
Jangan terburu-buru untuk merasa "baik-baik saja" setelah berakhirnya suatu hubungan atau pengalaman yang signifikan. Penyembuhan memerlukan waktu. Biarkan diri kamu merasakan prosesnya, dan ingat bahwa perasaan kamu adalah bagian dari perjalanan menuju pemulihan. Jangan terbebani oleh ekspektasi diri sendiri atau orang lain yang menginginkan kamu segera sembuh.
ADVERTISEMENT
5. Terima Kenyataan dan Lakukan Penerimaan
Ketika kamu merasa siap, mulailah menerima kenyataan bahwa hubungan atau pengalaman itu telah berakhir. Penerimaan bukan berarti kamu harus melupakan semuanya atau berhenti merasakan kesedihan, tetapi lebih kepada melepaskan pengharapan agar segala sesuatu kembali seperti dulu. Ini adalah langkah penting dalam mencapai kedamaian dan bisa membuka pintu untuk pertumbuhan emosional.
Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki kecepatan dan cara masing-masing untuk move on. Jika kamu merasa stuck, itu bukan tanda kelemahan, melainkan tanda bahwa kamu sedang melalui proses alami yang membutuhkan waktu. Dengan memahami bahwa ini adalah bagian dari respons psikologis kita sebagai manusia, kamu dapat lebih menerima diri sendiri, sembari perlahan-lahan belajar untuk melangkah ke depan.
ADVERTISEMENT
Move on bukanlah tentang melupakan, melainkan tentang menerima dan berdamai dengan masa lalu.
Referensi:
Bowlby, J. (1969). Attachment and Loss: Volume I: Attachment.
Nolen-Hoeksema, S. (2000). The Role of Rumination in Depressive Disorders and Mixed Anxiety/Depressive Symptoms. Journal of Abnormal Psychology, 109(3), 504–511.
Hohm, E., & Kross, E. (2014). Self-Talk and the Psychological Mechanisms of Emotion Regulation. Emotion, 14(3), 515–525.