Konten dari Pengguna

Museum SBY-Ani: Menyimpan Kanangan yang Abadi

Karisma Nur Fitria
Mahasiswa Semester 6 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa, Seni dan Budaya, Universitas Negeri Yogyakarta. Founder Kata Bantu dan sedang fokus mengembangkan karir di bidang kepenulisan.
22 Juni 2024 10:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Karisma Nur Fitria tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tampilan megah Museum & Galeri SBY-Ani berbalut nuansa putih/Karisma Nur Fitria
zoom-in-whitePerbesar
Tampilan megah Museum & Galeri SBY-Ani berbalut nuansa putih/Karisma Nur Fitria
ADVERTISEMENT
Suasana cerah di Pacitan menyambut kedatangan pengunjung yang ingin menyimak kisah hidup dua pasang manusia. Gedung putih megah lagi gagah membawa mata terkagum meski baru memasuki pelatarannya. Berkibar bendera merah putih dengan gagahnya menjadi bukti negarawan yang kuat dari si pembangun tempat ini.
ADVERTISEMENT
Bangunan yang megah ini dirancang oleh Susilo Bambang Yudhoyono, presiden ke enam republik Indonesia. Siapa yang tidak mengetahui sosok Susilo Bambang Yudhoyono atau yang akrab di masyarakat dengan panggilan SBY. Seorang jendral yang sukses membawa banyak perubahan bagi bangsa Indonesia.
SBY menunjukkan kepada dunia tentang cinta kasihnya terhadap seorang perempan hebat melalui tempat ini. Kisah cintanya dengan Ani Yudhoyono membekas dan menyentuh hati orang yang mengetahuinya. Sebuah kisah perjalanan hidup dua insan yang saling mencintai itu mengabadi di dalam gedung ini, museum dan galeri SBY-Ani.
Museum dan galeri SBY-Ani diresmikan pada tanggal 17 Agustus 2023 lalu. Pemilihan lokasi di Pacitan, Jawa Timur, bukan tanpa alasan. Pacitan yang merupakan tanah kelahiran SBY memiliki memori tersendiri. Sesuai namanya, museum dan galeri ini berisi kisah hidup serta berbagai karya seni berupa lukisan yang dibuat oleh SBY dan potret hasil jepretan Ani.
ADVERTISEMENT

Dua Lantai Saksi Hidup

Museum dan galeri seni SBY-Ani terdiri atas dua lantai. Butuh waktu sekitar 2 jam atau lebih jika pengunjung benar-benar menyelami setiap dinding tempat ini. Bahkan, bisa jadi seorang pengunjung betah di tempat ini sejak museum dibuka mulai dari pukul 09:00 sampai 15:00. Tempat yang penuh dengan keindahan, seni, dan memori memang tidak ada habisnya untuk dikagumi serta ditafsirkan setiap sudutnya.
Sejak memasuki gerbang depan, banyak sitter museum dan galeri yang dengan ramah menebar senyum memberikan arahan untuk memasuki ruangan lantai satu. Seperti istana, pengunjung disambut dengan aula yang megah berhiaskan lukisan dinding potret SBY-Ani. Baru menginjakkan langkah di lantai satu sudah berhasil membuat terpana dan kagum dengan arsitektur bangunan yang megah.
Lukisan di salah satu sisi dinding aula depan/Karisma Nur Fitria
Setelah melewati aula layaknya ruang dansa istana, pengunjung akan disajikan oleh sederet lukisan hasil karya SBY dan fotonya bersama Ani Yudhoyono. Seperti memasuki hati seorang lelaki yang begitu mencintai perempuannya dan tanpa ragu ia mengabadikan segalanya. Langkah demi langkah menjadi lebih pelan tanpa sadar menikmati setiap bingkai yang tergantung.
ADVERTISEMENT
Tidak banyak mengkisahkan kehidupan SBY-Ani, lantai satu berisi kisah hidup SBY secara personal. Mulai dari sewaktu beliau kecil, remaja, hingga perjalanan panjangnya sebagai seorang tentara hingga akhirnya memasuki masa kepresidenannya. Semuanya ditata dengan runtut di setiap ruangannya sehingga pengunjung benar-benar dibawa ke tiap masa yang dialami oleh SBY.
Kutipan SBY sebagai pengantar menuju ruangan masa kecilnya/Karisma Nur Fitria
Detail dan arsitektur tiap ruangan berusaha mewakilkan baik dari waktu dan tempat kejadiannya. Seperti pada bilik atau kamar kecil milik SBY dulu ditata dengan tampilan yang khas dan membuat pengunjung merasakan keasliannya. Pengunjung diajak membayangkan secara langsung bagaimana kehidupan SBY kecil dalam kamar kecil itu. Diiringi backsound yang mendukung disetiap ruangannya menambah pengalaman realistis bagi pengunjung.
Tidak aka nada puasnya mengagumi setiap perjalanan hidup jendral yang bertopeng seniman ini. Berlanjut menuju lantai dua barulah pengunjung akan semakin terbawa suasana. Lantai dua berisi penuh kisah hidup SBY-Ani semasa remaja, menikah, hingga akhirnya maut membawa Ani. Tampak sekali bagaimana cinta SBY kepada Ani dan begitu sebaliknya melalui karya-karya yang terpajang di setiap dindingnya.
ADVERTISEMENT

Dinding Memoriable SBY-Ani “yang Berperasa akan Haru”

Dinding kenangan yang menampilkan kisah Ani menuju "keabadian"/Karisma Nur Fitria
Menuju lantai dua pengunjung perlu menyiapkan diri untuk mengagumi kehebatan sosok perempuan bernama Ani Yudhoyono. Pada galeri lantai dua menggambarkan kehidupan Ani Yudhoyono mulai dari masa remajanya hingga tutup usia. Berbagai prestasi dan pengabdian beliau sebagai ibu negara diukir dengan indah pada tiap sudut tempat ini.
Pengunjung diajak merasakan kuatnya jalinan cinta keduaa insan, SBY-Ani. Dikisahkan sejak awal mula pertemuan, pertemuan selanjutnya, kebersamaan, hingga perpisahan keduanya. Keduanya saling mengabadikan cinta melalui seni yang sarat akan makna. Ani yang gemar memotret menghadiahkannya kepada SBY sebagai ilham lukisannya. SBY dengan kepiawaiannya menyusun kata dan rasa melalui canvas dengan cat serta kuas, mengabadikan Ani di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Sebuah dinding memuat kisah Ani menuju "keabadian" berhasil membuat haru setiap pengunjung yang berperasa. SBY dengan penuh hati membagikan firasat-firasatnya tentang kepergian –kehilangan- Ani. “Ketika istri tercinta, belahan jiwaku Ani Yudhoyono berpulang ke Rahmatullah, 1 Juni 2019, aku dan keluarga sangat terguncang, sedih dan kehilangan. Hari-hari kami tak sama lagi” –Susilo Bambang Yudhoyono- sebuah ungkapan yang ditulis pada sebuah dinding.
Salah satu sudut ruangan yang memamerkan hasil jepretan Ani Yudhoyono/Karisma Nur Fitria
Setelah merasa emosional dengan bentuk –kehilangan- perasaan SBY kepada Ani begitu sebaliknya, pengunjung akan di bawa menikmati keindahan lain. Mengitari ruangan-ruangan di lantai dua tidak akan cukup waktu untuk menikmati setiap keindahan alam yang dilukiskan oleh SBY. Banyak ruangan galeri yang khusus memajang karya lukisan SBY dan potret Ani. Keserasian dua insan yang saling mencintai ini kembali memunculkan rasa emosional pengunjung. Bukan perihal duka, melainkan kebahagiaan dan rasa ingin memiliki kisah serupa.
Salah satu potret SBY-Ani yang dipajang/Karisma Nur Fitria
Ketika memutuskan berkunjung ke museum dan gakeri SBY-Ani sebaiknya persiapkan diri dan ponsel dengan baterai serta memori yang cukup. Rasanya tidak pernah merasa puas dan cukup mengabadikan setiap momen di tempat ini. Setiap ruangan yang disusun dengan rapih dan memukau membuat siapa saja spontan mengeluarkan kamera ponselnya.
ADVERTISEMENT
Setelah lelah mengitari dua lantai dari dua fase kehidupan, pengunjung tentu membutuhkan asupan. Terdapat sebuah café yang terletak di dekat pintu keluar. Tampaknya dengan sengaja hendak mengundang para pengunjung yang lapar untuk mampir. Hal ini menjadi poin plus tersendiri karena selain emosi yang terkuras tenaga juga perlu mendapat asupan selepas mendalami setiap ruang di museum ini.
Mengunjungi museum dan galeri ini tidak akan menghadirkan rasa kecewaa karena setiap sudut bangunannya “indah”. Tidak perlu mengkhawatirkan biaya masuk museum dan galeri SBY-Ani. Pengunjung domestik cukup dikenakan biaya retribusi sebesar Rp. 50.000 dan dapat sepuasnya menikmati museum ini. Bagi penduduk asli Pacitan yang ingin berkunjung dapat menunjukkan KTP untuk mendapat harga pengunjung lokal sebesar Rp. 25.000.
ADVERTISEMENT
Harga tiket masuk yang ditawarkan ini tentu sangat sesuai dengan berbagai keindahan serta fasilitas yang lengkap bagi pengunjung. Pelayanan yang ramah dari para sitter membuat pengunjung semakin merasa nyaman. SBY-Ani sangat sukses mendirikan museum dan galeri impiannya serta membawa pengunjung ikut mengabadikan kisah mereka.