Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Jatuh cinta adalah salah satu hal indah yang bisa dirasakan oleh seseorang. Kalian yang sudah pernah merasakan jatuh cinta, pasti tahu bahwa perasaan berbunga-bunga tersebut tidak bisa ditukar dengan apa pun, bahkan uang sekalipun. Tak jarang, kita sering menemukan kasus di mana seseorang sangat mudah untuk jatuh cinta. Namun, di satu sisi, ternyata ada pula mereka yang susah untuk jatuh cinta, bahkan sampai mengalami fobia, lho!
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Health Line , philophobia atau fobia untuk jatuh cinta adalah sebuah perasaan takut akan rasa cinta atau menjalin suatu hubungan secara emosional dengan orang lain. Philophobia memiliki ciri-ciri yang cukup sama dengan fobia pada umumnya, terutama fobia yang bersifat sosial. Jika tidak diatasi, philophobia ini dapat berdampak secara signifikan kepada hidup si penderita.
Dilansir dari Health Line , berikut pengertian, penyebab, gejala, hingga cara mengatasi philophobia. Yuk, disimak!
1. Apa itu Philophobia?
Philophobia adalah suatu ketakutan yang berlebihan dan tidak masuk akal terhadap rasa jatuh cinta, bahkan lebih dari sekadar kekhawatiran akan rasa jatuh cinta itu sendiri. Seorang yang mengidap philophobia akan merasakan ketakutan tak beralasan untuk menjalin komitmen dan jatuh cinta terhadap seseorang.
ADVERTISEMENT
Selain itu seorang dengan philophobia akan berusaha sekuat mungkin untuk menghindari kontak dengan lawan jenisnya, supaya mereka bisa membatasi diri dan hati mereka dari yang namanya tertarik serta jatuh cinta. Fobia ini dinilai dapat cukup kuat dalam mengganggu kehidupan si penderita.
2. Penyebab Philophobia
Menurut Scott Dehorty, LCSW-C dan Direktur Eksekutif di Maryland House Detox, Delphi Behavioral Health Group, philophobia dapat terjadi pada seseorang yang memiliki trauma atau luka di masa lalu.
“Yang dikhawatirkan (oleh penderita philophobia) adalah bahwa rasa sakit dari jatuh cinta akan berulang dan resiko dari hal tersebut dirasa tidak sebanding,” ucapnya.
Ia melanjutkan, “Jika seseorang pernah merasa sangat terluka atau ditinggalkan ketika masih kecil, mereka mungkin akan enggan untuk dekat dengan seseorang yang kemungkinan akan meninggalkan mereka juga. Dari ketakutan tersebut, ia akan menghindari suatu hubungan sehingga akan terhindar dari rasa sakit atas jatuh cinta. Padahal, semakin seseorang menghindari sumber ketakutannya, ketakutan itu sendiri akan semakin meningkat.”
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Phobia Guru , seseorang yang mengalami philophobia bisa disebabkan karena melihat orang tua yang selalu bertengkar, perceraian orang tua, dan sebagainya yang membuat orang tersebut akhirnya kehilangan harapan akan rasa cinta. Selain itu, kegagalan dalam menjalin suatu hubungan juga dapat menjadi penyebab seseorang mengidap philophobia.
3. Gejala Philophobia
Beberapa gejala philophobia bisa berbeda bagi tiap orang. Gejala yang timbul dari philophobia ini bisa secara emosional maupun secara fisik. Ketika mereka memikirkan tentang jatuh cinta, mereka bisa mengalami perasaan takut atau panik secara intens, menghindar, berkeringat, detak jantung yang cepat, mual, hingga mengalami kesulitan untuk bernafas.
Philophobia bukanlah suatu gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder), meskipun orang dengan philophobia ini juga dapat memiliki gangguan kecemasan sosial. Gangguan kecemasan sosial sendiri menyebabkan penderitanya mengalami ketakutan secara ekstrem ketika berada dalam situasi sosial, sedangkan philophobia berbeda karena mencakup sejumlah konteks sosial.
ADVERTISEMENT
4. Cara Mengatasi
Cara mengatasi philophobia adalah dengan mencari bantuan psikolog jika ketakutan akan jatuh cinta dirasa sudah terlalu parah. Seorang psikolog atau terapis akan mengevaluasi gejala, riwayat medis, sosial, dan psikiatris si penderita.
Apabila philophobia ini tidak diobati dan ditangani, akan menimbulkan berbagai resiko seperti depresi dan anxiety disorder atau gangguan kecemasan, penyalahgunaan obat-obatan dan minum-minuman keras, serta keinginan untuk bunuh diri.
#terusberkarya
Jangan lupa follow Karja di Instagram (@karjaid ) dan klik tombol 'IKUTI' di kumparan.com/karjaid untuk mendukung dan mengikuti konten menarik seputar entrepreneurship, kisah inspiratif, karya anak bangsa, dan isu sosial seputar milenial ya, Sobat!