Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Serunya Kemeriahan Perayaan Cap Go Meh di Buddhist Centre Samarinda
20 Februari 2020 12:38 WIB
ADVERTISEMENT
Setelah perayaan Imlek usai, terdapat puncak acara yang dinamakan Cap Go Meh. Cap Go Meh merupakan perayaan hari ke-15 setelah perayaan Imlek. Cap Go Meh sendiri berasal dari dialek Hokkien yang artinya hari kelima belas dari bulan pertama .
ADVERTISEMENT
Setiap kota dan tempat memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam merayakannya, termasuk di Samarinda. Wihara Maha Vihara Sejahtera Maitreya atau yang disebut “Buddhist Centre” pun ikut mengadakan perayaan Cap Go Meh yang berlangsung selama dua hari, yakni mulai hari Sabtu (15/2) dan Minggu (16/2).
Acara yang mengusung tema “Indonesia Harmonis Dunia Satu Keluarga” ini merupakan yang ketiga kalinya diselenggarakan dan dibuka untuk umum dan lintas agama. Acara tersebut di hadiri oleh Walikota Samarinda, yakni Syaharie Ja’ang dan Wakil Walikota Samarinda, M. Barkati. Pada acara tersebut terdapat penyerahan simbolis seni kaligrafi China bernama Shu Fa untuk Ja’ang dan Barkati.
Selain itu, acara diisi pula oleh atraksi barongsai dari Guang Dong Lion Dance, pertunjukan musik dari murid Joyful Music School, hingga aktraksi seni peran Sun Go Kong. Selain itu, terdapat pula bazaar makanan vegetarian serta menulis doa harapan sesuai shio lalu digantung di dekat patung Buddha. Masyarakat umum juga diajak memasuki altar sembahyang yang berada di dalam Wihara terbesar di Asia Tenggara.
Menurut Humas dari acara Cap Go Meh, Dharmadi Suryawan mengatakan selain mengenalkan budaya Tionghoa, juga agar masyarakat mengetahui makna Cap Go Meh. “Cap Go Meh ingin dihadirkan untuk bisa dinikmati kebahagiaan dan kegembiraanya,”ujarnya.
ADVERTISEMENT
Makna tahun tikus logam sendiri juga bagi Dharmadi adalah cerdas dalam bekerja dan memberikan hasil yang maksimal. “Tikus itu identik dengan pekerja keras. Harapannya semangat sperti shio tikus lah yang ada di masyarakat di Samarinda,” ujarnya.
Sama halnya dengan Dharmadi, Ketua dari Buddhist Centre, Hendri Suwito, ingin acara Cap Go Meh bisa menjadi kegiatan yang positif. Menurutnya, modal dasar pembangunan adalah kerukunan dan keamanan tumbuh. Hendri sendiri berharap agar masyarakat Kalimantan Timur dapat pula mempersiapkan diri sebagai bagian dari Ibu Kota baru.
“Harapannya kan Kaltim dapat bonus dengan terpilih sebagai lokasi ibukota baru dan mari kita tunjukkan kepada masyarakat Indonesia bahwa di Kaltim masyarakatnya bisa guyub, rukun dan harmonis," tutupnya.
ADVERTISEMENT
#terusberkarya
Jangan lupa follow Karja di Instagram (@karjaid ) dan klik tombol 'IKUTI' di kumparan.com/karjaid untuk mendukung dan mengikuti konten menarik seputar entrepreneurship, kisah inspiratif, karya anak bangsa, dan isu sosial seputar milenial ya, Sobat!