Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
2 yang Tak Bisa Lepas dari Mahmoud Abdul-Rauf: Islam dan Basket
11 Mei 2019 7:57 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mahmoud Abdul-Rauf lahir dengan nama Chris Wayne Jackson di Gulfport, Mississippi, pada 9 Maret 1969. Saat 5 bulan 8 hari setelah kelahirannya, bencana Hurricane Camille menghantam kawasan itu. Selain itu, ada faktor-faktor lain yang bisa membuat orang menyimpulkan bahwa kehidupan Jackson kecil lekat dengan keprihatinan.
ADVERTISEMENT
Memang, Gulfport terletak di pesisir, wilayah yang memiliki pantai indah berpasir putih di sepanjang Teluk Meksiko. Namun, kehidupan penduduknya tak seindah pantainya, melainkan penuh gejolak laiknya ombak di sana. Pada masanya, hanya kurang dari 20 persen penduduk Gulfport yang mampu jadi sarjana karena tingkat pendapatan rata-rata masyarakat jauh tertinggal dari kota-kota lain.
Keluarga Jackson sendiri hidup dalam kemiskinan, begitu juga dengan banyak penduduk lain di Gulfport. Ibunya, Jacqueline, adalah seorang single mother yang berjuang sendiri menghidupi Jackson dan dua saudaranya, Omar dan David.
Jacqueline diketahui bekerja di kantin rumah sakit di dekat Kota Biloxi. Semua ia lakukan demi membayar tagihan demi tagihan dari gajinya. Miris, karena ia juga diketahui kerap terjebak dalam gaya hidup alkoholik.
ADVERTISEMENT
Kondisi itu membuat Jackson dan saudara-saudaranya sewaktu kecil tidak terbiasa makan besar tiga kali sehari. Sekalinya bisa makan, makanan mereka jauh dari kata kaya gizi, melainkan hanya roti isi sirup atau air gula, atau hanya minum kopi.
Bocah yang tak pernah bertemu ayahnya sejak kecil itu juga tinggal kelas saat kelas 4 SD dan harus masuk sekolah khusus. Tidak hanya itu, Jackson juga kerap dianggap aneh oleh teman atau orang di sekitarnya. Hal ini dikarenakan ia mengidap Sindrom Tourette, gangguan neuropsikiatri (berkaitan dengan perkembangan saraf) yang umumnya menyerang anak usia 5-8 tahun, dan bisa berlanjut hingga dewasa.
Anehnya, Jackson baru terdiagnosis Sindrom Tourette pada usia 17 tahun, saat ia sudah aktif bermain untuk tim basket SMA-nya, Gulfport High School. Sekadar informasi, Sindrom Tourette dapat membuat penderitanya tak bisa mengendalikan gerakannya, terutama di sekitar leher, kepala, hingga wajah.
ADVERTISEMENT
Penderitanya kerap mengalami gerakan spontan (tic). Contohnya seperti mata berkedip tak terkendali, sering menggerak-gerakan leher, hingga suka berteriak atau mengerang tiba-tiba, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, penyakit itu nyatanya tak mampu memupus impian Jackson untuk terus bermain basket. Kekurangannya itu ditepis dengan prestasi.
Pada 1988, Jackson masuk dalam daftar "McDonald's All-American Game" (semacam daftar tim all star untuk kejuaraan basket tingkat SMA). Pada 1987 dan 1988, ia meraih predikat "Mississippi Mr. Basketball" (penghargaan pemain basket terbaik tingkat SMA yang diberikan oleh media yang berbasis di Mississippi, The Clarion-Ledger).
Atas prestasinya itu, ia mendapat beasiswa untuk lanjut berkuliah di Louisville State University pada tahun 1988. Ia memperkuat tim basket kampusnya--LSU Tigers--dan kerap mampu menunjukkan kebolehannya pada setiap pertandingan di ajang NCAA (semacam kompetisi basket tingkat mahasiswa).
ADVERTISEMENT
Salah satu rekor yang paling diingat adalah ketika ia mencetak 53 poin dalam sebuah laga menghadapi tim basket University of Florida--Florida Gators--pada musim debutnya (1988/1989). Tidak ada debutan NCAA yang mampu mencapai jumlah poin itu sebelumnya dalam satu laga. Di musim yang sama, Jackson memecahkan rekornya sendiri dengan mencetak 55 poin saat melawan tim University of Mississippi--Ole Miss Rebels.
Tak pelak, ia dinobatkan sebagai debutan terbaik pada musim 1988/1989 (USBWA National Freshman of the Year). Dua musim berturut-turut, Jackson selalu terpilih sebagai SEC Player of the Year (gelar pemain terbaik di kompetisi Wilayah Tenggara NCAA) dan masuk dalam daftar First-team All-American (semacam daftar tim all star).
Ia bahkan sanggup meneruskan kariernya hingga ke turnamen NBA dan ke luar Amerika Serikat. Hingga hari ini, Chris Wayne Jackson lebih dikenal dengan nama Mahmoud Abdul-Rauf.
ADVERTISEMENT
(Setelah paragraf ini, saya akan mengganti sebutan “Jackson” menjadi “Abdul-Rauf”)
Denver Nuggets dan Puncak Prestasi
Mahmoud Abdul-Rauf memulai karier profesionalnya bersama Denver Nuggets usai dirinya dipilih lewat NBA Draft 1990. Ia memperkuat klub yang berbasis di Negara Bagian Colorado itu dari musim 1990/1991 hingga musim 1995/1996. Selama 6 musim bersama Nuggets, ia tak mendapat gelar juara.
Akan tetapi, Abdul-Rauf mampu meraih prestasi individu, seperti terpilih masuk dalam daftar NBA All-Rookie Second Team di musim debutnya dan NBA Most Improved Player dua musim berselang. Pada musim 1993/1994 dan 1995/1996, ia tercatat sebagai pemain yang paling sukses melakukan free throw, masing-masing dengan persentase keberhasilan 95,6 persen dan 93,0 persen. Sebagai point guard, ia dikenal punya dunk skill mumpuni, hingga pernah mengikuti NBA Slam Dunk Contest, meski tak memenangkannya.
ADVERTISEMENT
Puncak kariernya di NBA bisa dikatakan adalah pada musim terakhirnya bersama Nuggets. Sebab, pada November 1995, ia sukses membukukan 30 poin dan 20 asis--pencapaian asis per laga tertinggi sepanjang kariernya--saat menghadapi Phoenix Suns. Sebulan kemudian, ia mencetak raihan poin per laga tertingginya sepanjang karier, yakni 51 poin kala menghadapi Utah Jazz.
Masuk Islam
Abdul-Rauf masuk Islam pada tahun 1991 dan baru resmi mengganti namanya dari Chris Wayne Jackson menjadi Mahmoud Abdul-Rauf pada tahun 1993. Dalam Bahasa Arab, nama muslimnya itu berarti “elegan dan terpuji, paling murah hati, paling baik”. Dia membeli rumah terbengkalai di kota asalnya, untuk kemudian dibangun jadi masjid.
Namun, sambutannya terhadap dirinya yang memeluk agama baru tidak begitu baik. “Saya ditertawakan oleh begitu banyak orang," katanya kepada 5280 Magazine, dilansir The Shadow League pada 4 Juni 2014.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, ia tetap teguh pendirian. Abdul-Rauf merasa apa yang ia temukan dalam ajaran Islam adalah sejalan dengan ikhtiarnya dalam mencari kesembuhan yang paripurna dari Sindrom Tourette. “Islam juga merupakan pencarian kesempurnaan dalam hidup,” katanya.
Ketertarikan Abdul-Rauf dengan Islam berawal ketika pelatihnya di Louisiana State University, Dale Brown, memberinya buku berjudul The Autobiography of Malcolm X. Selama tahun rookie-nya di Nuggets, ia juga kerap membaca salinan Alquran dan mengaku ‘ketagihan’ saat membaca kitab suci umat Islam itu, meski baru membaca dua halaman.
Abdul-Rauf melaksanakan salat lima waktu dan rajin membaca Alquran. Ia bahkan disebut sudah pernah menunaikan ibadah haji. Ia juga mengungkapkan amat menyukai kisah Nabi Musa As, yang hidupnya penuh dengan cobaan, sebagaimana tertuang dalam Alquran. Selain itu, salah satu ajaran favoritnya yang tertuang dalam Alquran adalah perihal keesaan Tuhan.
ADVERTISEMENT
“[Allah Swt.] berkata bahwa Dia adalah satu-satunya Tuhan. Ketuhanan-Nya bukan 0,1,2,3, anda tahu, (tidak) seperti sistem bilangan. Dia berdiri sendiri. Dia mengatakan tidak ada yang datang sebelum-Nya, tidak ada yang datang setelah-Nya,” katanya dilansir The Undefeated, 17 Oktober 2017.
Selama berkarier di NBA, Abdul-Rauf disebut kerap mengunjungi sesama muslim dan masjid-masjid di kota-kota tempat ia bermain tandang. Khusus untuk urusan salat, ia mengaku yang menjadi tantangan utama baginya adalah penyesuaian waktu. Sebab, waktu salat kadang bertepatan ketika dia dan timnya sedang dalam perjalanan, sedang berlatih, atau malah saat di tengah pertandingan.
“Ada situasi di mana anda bisa menunda atau mengganti (meng-qada salat),” kata Abdul-Rauf, dilansir The Undefeated, 17 Oktober 2017.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku juga kerap berpuasa di bulan Ramadan selama menjadi pemain profesional. Abdul-Rauf tak menampik beratnya tetap bermain dan berlatih saat puasa. Kadang, ia pun harus berbuka di tengah-tengah pertandingan yang sedang berlangsung.
“Ramadan hanya membuat anda keluar dari kebiasaan, tetapi pada saat yang sama tubuh anda beradaptasi setelah waktu tertentu,” ujarnya. Meski begitu, ia sempat mengalami penurunan berat badan hingga 15 pound karena berpuasa.
Secara keseluruhan, Islam menjadi semacam penuntun dalam hidupnya. Baik itu tentang cara beribadah, berkomunikasi, bersedekah, hingga cara memandang kehidupan. Abdul-Rauf merasa Islam mengatur segala hal yang ia lakukan dengan cara yang positif.
"Saya mengerti sekarang bahwa hidup lebih dari sekadar bermain bola (basket). Saya tidak hidup untuk menyenangkan rekan satu tim saya, pelatih saya, para penggemar. Saya hidup untuk menyenangkan Allah," katanya, dilansir LA Times, 27 Maret 1994.
ADVERTISEMENT
Bagi Abdul-Rauf, ajaran Islam memberikannya ketenangan. Menurutnya, ajaran Islam mengandung makna keseimbangan, bukan ajaran yang ekstrem, dan Abdul-Rauf anti dengan segala bentuk ekstremisme.
Insiden Lagu Kebangsaan Amerika Serikat
Pada 12 Maret 1996, komisioner NBA, David Stern, memberikan skorsing satu pertandingan kepada Abdul-Rauf karena penolakannya untuk berdiri saat lagu kebangsaan Amerika Serikat dikumandangkan jelang laga lanjutan NBA musim 1995/1996. Ia juga didenda USD 37.107 atas aksinya itu.
Singkat cerita, NBA sukses memaksa Abdul-Rauf untuk berdiri selama lagu kebangsaan dikumandangkan, tetapi membolehkannya untuk menutup mata dan melihat ke bawah. Abdul-Rauf menurutinya, ditambah ia mengangkat kedua tangannya seperti layaknya seorang muslim berdoa--dan memang berdoa--ketika lagu kebangsaan diputar.
ADVERTISEMENT
Kenapa Abdul-Rauf melakukan aksi itu? Sebab, ia menganggap bendera Amerika Serikat adalah simbol tirani. Sebagaimana kita tahu, Amerika Serikat dari dulu memang lekat dengan citra negatif terkait isu rasisme, terutama terhadap kaum minoritas--bahkan sampai sekarang.
“Keyakinan saya lebih penting dari apa pun. Jika saya harus merelakan (tidak main) basket, saya bersedia," katanya dilansir LA Times, 13 Maret 1996.
Sacramento Kings hingga Melanglang Buana
Juni 1996, Abdul-Rauf di-trade ke Sacramento Kings dan memperkuat tim yang berbasis di California itu selama dua musim. Setelah itu, ia diketahui melanglang buana demi meneruskan karier basket profesionalnya.
Ia diketahui pernah bermain di Turki (Fenerbahce, 1998-1999); Rusia (Ural Great, 2003-2004); Italia (Sedima Roseto, 2004-2005); Yunani (Aris BC, 2006-2007); Arab Saudi (Al Ittihad, 2007-2008); hingga Jepang (Kyoto Hannaryz, 2009-2011). Ia diketahui sekali saja kembali ke NBA, yakni pada musim 2000/2001, memperkuat Vancouver Grizzlies (sekarang Memphis Grizzlies).
ADVERTISEMENT
Tercatat, di tengah petualangannya itu, Abdul-Rauf tiga kali menyatakan pensiun, dan tiga kali pula ia menyatakan kembali dari pensiunnya, hingga akhirnya melanglang buana.
BIG3
Namun, hingga akhirnya benar-benar pensiun pada tahun 2011, Abdul-Rauf tidak pernah benar-benar bisa meninggalkan basket. Pada 2017 dan 2018, ia aktif bermain di turnamen basket 3-on-3 bernama BIG3, memperkuat klub 3 Headed Monsters.
BIG3 adalah kompetisi yang diselenggarakan pada Juni hingga Agustus tiap tahunnya. Pendirinya adalah aktor sekaligus musisi, Ice Cube; dan rekannya yang bernama Jeff Kwatinetz. Apakah pada tahun 2019 Abdul-Rauf masih akan berkiprah di ajang BIG3? Kita nantikan saja.