Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Guitar x Kendang: Cara Tohpati Membawa Musik Tradisional Hingga ke Mancanegara
6 Mei 2018 23:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Endang Ramdan (kiri) dan Tohpati (kanan) (Foto: Katondio Bayumitra Wedya)
ADVERTISEMENT
Apa yang ada di benak Anda jika mendengar nama "Tohpati"?
Anda yang bukan penggemar musik jazz sekalipun pasti tahu bahwa dia adalah maestro gitar dan pencipta lagu asal Indonesia. Kualitas bermusik pria bernama lengkap Tohpati Ario Hutomo ini tak perlu lagi dipertanyakan. Reputasinya sebagai musisi bertalenta tak hanya harum di tanah air, melainkan juga di mancanegara.
Tidak mengherankan jika banyak yang menjuluki Tohpati sebagai 'dewa gitar' karena sudah sejak kecil, ia sangat akrab dengan alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik itu. Sejak umur 11 tahun, Tohpati mulai bermain gitar klasik. Hasrat bermusiknya, terutama dengan alat musik gitar, muncul dari dalam dirinya sendiri, tanpa ada paksaan dari siapapun, dan mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tuanya. Itu dapat dilihat dari cara ia memainkan kunci demi kunci dengan sangat lancar bak air mengalir dalam setiap pertunjukkannya.
ADVERTISEMENT
"Dari dalam (diri) sendiri tapi orang tua support," jawab Tohpati kala ditanya perihal awal keinginan bermusiknya.
"Zaman dulu, banyak yang bilang musik itu mengganggu kuliah, nilai sekolah, dan bukan pekerjaan yang tetap dan tidak berpenghasilan (tapi) kalau sekarang udah beda, orang malah banyak yang datang ke saya (minta) anaknya ingin dijadiin musisi".
Musisi yang terkenal ramah ini memulai karirnya di dunia musik saat masih duduk di bangku kelas 3 SMP, di mana ia bergabung dengan Splash Band (Didi AGP, Dian HP, Ubiet, Yoyo dan Cendy Luntungan). Di tahun 1988 bergabung dengan Halmahera band, lalu juga pernah menjadi session player di Twilight Orchestra dan Erwin Gutawa Orchestra. Sahabat dari Dewa Budjana ini juga tercatat pernah tergabung dengan band Simak Dialog dan membentuk band Tohpati Ethnomission, serta Tohpati Bertiga yang masih aktif sampai sekarang. Total 12 album sudah ia 'telurkan' hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Jika bicara soal jumlah prestasi, tentu sudah tak dapat lagi dihitung dengan jari. Tohpati sudah mengoleksi 10 penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI Award). Kilas balik ke masa-masa awal karirnya, ia juga sudah kerap memenangkan beberapa penghargaan sebagai gitaris terbaik dalam ajang-ajang festival dan pertunjukkan.
Namun, Tohpati memang seorang musisi sejati. Ketika ditanya perihal prestasi apa yang paling berkesan sepanjang karir bermusiknya, ia mengatakan bahwa prestasi terbesarnya bukanlah berbentuk piala.
"Apa ya? (Bagi) saya, prestasi (paling berkesan) mungkin bukan piala ya, hehehe... tapi lebih ke pada waktu saya bermain (berkolaborasi) bersama pemain (musik) Amerika, rekaman di LA (Los Angeles)," terangnya.
"Namanya Jimmy Haslip, pemain bass. Dia produser beberapa artis dan bisa jadi (sukses). Terus pemain drum-nya, namanya Chad Wackerman. Dia pemain drum, semua tahu Chad Wackerman. Trio bersama mereka bisa dibilang suatu pencapaian (paling berkesan), sih," tutur Tohpati perihal kolaborasinya dengan mereka 5 tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Kini, Tohpati tengah sibuk menghadiri pertunjukkan demi pertunjukkan, baik yang berskala nasional, maupun internasional bersama seorang musisi kendang asal tanah pasundan, Endang Ramdan. Ia menggabungkan aliran jazz dan akustik dengan musik etnik khas Sunda. Hasilnya? Tentu membuat setiap pasang telinga yang mendengarnya terkagum-kagum.
Begitu juga dengan para penikmat seni di Galeri Indonesia Kaya (GIK) yang bertempat di mall Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Ya, Tohpati dan Endang menunjukkan kebolehan bermusik mereka di GIK pada hari minggu (6/5/2018). Dalam pertunjukkan bertajuk "Guitar x Kendang" tersebut, setiap kali Tohpati dan Endang selesai memainkan satu lagu, riuh ramai tepuk tangan dan sorak sorai menyambut mereka dengan antusias. Alunan nada yang lembut mengalun dari petikan gitar Tohpati, ditambah dengan suara pukulan gendang berirama-bertenaga oleh Endang membuat penonton terbius dalam kagum.
ADVERTISEMENT
Tidak ada lirik dan nyanyian yang keluar dari mulut manusia dalam pertunjukkan tersebut. Suasana seperti itu semakin menambah syahdu suasana pertunjukkan. Membawa penonton terbang dalam khayal akan negeri kayangan (lagu "Kahyangan"), perasaan cinta (lagu "Jatuh Cinta"), hingga dunia sihir (lagu "Abracadabra"). Itu adalah beberapa lagu yang ia mainkan secara solo pada hari itu.
Aksi solo Tohpati (Foto: Katondio Bayumitra Wedya)
Tohpati juga membawakan lagu yang bertemakan tentang perempuan yang berjudul "Meili", yang dalam Bahasa Cina berarti "Cantik". Kehadiran pukulan kendang Endang semakin membuat pertunjukkan menjadi seru karena mereka membawa penonton berkeliling nusantara mulai dari Sumatera Barat (lagu "Kampuang nan Jauah di Mato), lalu tanah Sunda (lagu "Es Lilin), juga khas masyarakat etnis Jawa (lagu "Lir Ilir").
ADVERTISEMENT
Ya, Tohpati memang sosok yang sangat peduli dengan budaya daerah. Ia mengatakan bahwa lagu-lagu daerah memiliki melodi yang indah, dan beberapa di antaranya memiliki lirik yang amat sakral. Ia berharap, musik daerah dapat terus berkembang.
"Lagu daerah harusnya terus dikembangin dengan gaya bahasa yang lain, maksudnya gaya bermusik yang berbeda. Jadi gak bosan. Apalagi, anak muda sekarang kayaknya udah ninggalin (lagu daerah). Kesannya, musik tradisional itu kampungan, kuno, gak keren. Itu PR-nya generasi muda, musisi, dan juga pemerintah harus dukung," tegas musisi penggemar lagu "Janger" ini.
Selain itu, mereka juga membawakan lagu Tohpati dari album Bias, yaitu "Ksatria" yang terasa memacu andrenalin penonton. Lalu, dibawakan juga lagu berjudul "Mahabarata" sebagai penutup pertunjukkannya sore itu.
ADVERTISEMENT
Di sela-sela pertunjukkannya di GIK, Tohpati menyempatkan diri sedikit bercerita kepada penonton bahwa salah satu kenikmatan mementaskan musik dengan kolaborasi alat musik kendang adalah setiap pertunjukkan pasti jadi memiliki aransemen yang agak berbeda untuk setiap lagu.
"Enaknya main sama kendang tuh setiap naik panggung pasti beda aransemennya, gak tahu kenapa. Mungkin di sinilah enjoy-nya karena kadang di setiap panggung gak harus sama (aransemennya)," ungkap suami dari Ratih Mustikawati ini.
Guitar x Kendang (Foto: Katondio Bayumitra Wedya)
Selain karena lebih enjoy, ketika dikonfirmasi perihal kenapa ia lebih memilih berkolaborasi dengan musik tradisional Sunda, khususnya alat musik kendang, Tohpati menjelaskan bahwa sejauh ini tandem bermusik daerah yang paling cocok dengan musik yang ia bawakan adalah Endang dengan kendangnya. Ini juga ada hubungannya dengan kolaborasi mereka berdua di masa lalu.
ADVERTISEMENT
"Dulu dia (Endang Ramdan) main di suatu acara, aku music director-nya," ujarnya.
"(Tahun) 2007, saya buat Tohpati Ethnomission, butuh pemain kendang, Tohpati Ethnomission itu instrumental, progresif jazz-rock tapi ada pemain kendang dan sulingnya. Dia (Endang Ramdan) pemain kendangnya".
Ia juga masih melakukan 'seleksi' terhadap pemusik tradisional lain untuk teman rencana kolaborasinya di masa mendatang, dan sejauh ini belum menemukan teman kolaborasi baru yang benar-benar cocok.
"Sampai saat ini baru itu (kendang) aja sih, belum ada tandem (musisi dengan) alat musik tradisional yang lain," jelasnya.
"Lihat di IG (Instagram) dan Youtube, masih beberapa ada kandidat, sih. Saya sempat lihat ada di Jogja, dia (pemusik) main gamelan, main semua alat (musik) Jawa tapi dia gak mainin (musik) pop (saja). Jadi, main (lagu) pop, lagu jazz tapi pakai gamelan, ada tuh".
ADVERTISEMENT
Tohpati juga menjelaskan tantangan berkolaborasi dengan gamelan, "kendalanya di situ, kalau saya main sama gamelan, gamelan itu kan berat sekali, terbuat dari perunggu. Jadi, overweight terus kalau mau masuk (pesawat), hahaha... bisa bangkrut panitianya. Jadi, belum dapat aja sih tandemnya (yang pas)".
Di sisi lain, Endang juga menuturkan bahwa Tohpati juga merupakan tandem yang cocok baginya dalam bermusik. Endang menganggap Tohpati sebagai sosok yang sangat peduli dan tertarik dengan musik tradisional, khususnya Sunda dan alat musik kendang. Endang merasa klop berkolaborasi dengan Tohpati.
"Pertama saya kenal dia (Tohpati) dari tahun 2003 sama Simak Dialog, berjalan sampai 2007. (Lalu) dia mungkin sedikitnya ngomong-ngomong iseng. Pertamanya 'gimana kalau kita bikin grup yang beraliran semi-rock?'" kenang Endang.
ADVERTISEMENT
"Secara pribadi, karena dia (Tohpati) lebih care sama alat-alat etnik. Kalau dia bertujuan ingin mengangkat item etnik gitu, maksudnya saya juga lebih-lebih sangat mendukung karena cita-cita saya juga ingin mengangkat media (musik) etnik".
Kolaborasi unik mereka sukses mengantarkan kaki mereka menuju panggung-panggung mancanegara. Mulai dari Eropa, hingga Amerika telah mereka sambangi, baik kolaborasi berduaan saja, maupun menggandeng rekan musisi lain. Ketika ditanya perihal negara terjauh yang pernah mereka sambangi untuk konser, Tohpati menjawab Sao Paulo, Brazil. Dan Tohpati masih memiliki mimpi untuk tur keliling dunia dengan sambil membawakan lagu-lagu daerah Indonesia, tentunya.
Sungguh beruntung negeri ini memiliki Tohpati. Juga Endang Ramdan. Mereka adalah musisi bertalenta yang juga peduli dengan budaya lokal. Musisi sejati yang mengalunkan nada bukan sekadar untuk mencari sesuap nasi. Mereka membawa musik tradisional tanah air ke kasta yang lebih tinggi, juga ke negeri-negeri lain di muka bumi.
ADVERTISEMENT