Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Men Without Women: Karya Haruki Murakami tentang Pria-pria Kesepian
1 Juni 2020 21:46 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kami adalah pria-pria kesepian...
Jauh dari rumah dan ditinggalkan cinta...
ADVERTISEMENT
Coba dengar keluhan kami, pria kesepian...
Biar lebih menjiwai, saya menulis stori ini sambil memutar lagu 'Pria Kesepian' karya Sheila On 7. Terima kasih untuk band legendarsi asal Yogyakarta ini yang telah mewakili isi hati para kaum jomblo se-Nusantara, bahkan sa alam dunya.
Namun, saya tak akan mengulas isi atau makna dalam lagu tersebut secara lebih dalam di stori ini. Fokus pembahasan saya kali ini adalah sebuah kumpulan cerpen (kumcer) yang bertema kurang lebih sama dengan lagu 'Pria Kesepian'.
Kumcer itu berjudul Men Without Women. Lewat karya ini, si penulis, Haruki Murakami , mengajak para pembacanya untuk lebih memahami getirnya hidup para pria kesepian. Setidaknya, itulah penafsiran saya.
Jadi, kumcer ini berisi tujuh judul cerita berbeda. Setiap cerita memiliki makna yang berbeda. Ada cerita yang bisa membuatmu takjub, bingung, atau bahkan berkata "anj*r ini relate banget sama gua".
ADVERTISEMENT
Saya sendiri baru menamatkan kumcer ini pada 1 Juni 2020, pagi hari. So, kini saya ingin mengulas isi kumcer yang pertama dirilis pada 2014 ini, plus dengan sedikit penafsiran versi saya sendiri. Silakan disimak!
Drive My Car
Kalau lagi disupirin, kamu tipe orang yang senangnya diam dan tidur atau mengobrol dengan supirmu? Well, kalau si tokoh utama dalam cerita ini, Kafuku, adalah tipe orang yang disebut kedua.
Akan tetapi, topik pembicaraan Kafuku dengan si supir wanitanya itu sangat tak biasa, yakni kisah tentang perselingkuhan mendiang istrimunya. Waduh.
Ya, Kafuku, pria yang diceritakan merupakan aktor ternama itu, tak habis pikir kenapa istrinya--yang semasa hidup menjalani hubungan yang harmonis dengannya--berselingkuh. Bukan cuma dengan satu pria, tetapi empat pria berbeda.
ADVERTISEMENT
Hingga pada suatu kesempatan, Kafuku berhasil mengajak salah seorang selingkuhan istrinya--seorang aktor kelas 'medioker'--untuk bertemu dan mengobrol, dengan harapan dia bisa menemukan jawaban ihwal kenapa istrinya berselingkuh--plus ada motif balas dendam yang dibawanya.
Apakah dia berhasil menemukan jawabannya? Well, enggak seru kalau saya paparkan langsung. Satu yang pasti, menurut saya, kunci makna cerita ini ada di tanggapan terakhir si supir usai dia menyimak panjang-lebar cerita Kafuku.
Inti cerita ini, buat saya, adalah lelaki enggak bakal bisa selalu memahami isi hati dan pikiran perempuan, meski kamu adalah aktor terkenal sekalipun, apalagi bukan. Boleh jadi, kamu merasa pikiran perempuan itu rumit, tetapi di sisi lain sebenarnya bisa juga terlalu simpel.
Yesterday
Ya, cerita ini memang sedikit menyinggung The Beatles dan lagu 'Yersterday'-nya. Namun buat saya, lagu itu maupun makna asli lagunya bukanlah poin inti cerita ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu sisi unik cerita ini adalah, hmm... Bagaimana saya bilangnya, ya?
Oke, begini. Pernahkah kamu membayangkan temanmu mengizinkan dirimu--yang jomblo--untuk selingkuh dengan pacarnya?
Nah, kalau enggak kebayang, cobalah baca cerita ini. Dijamin bakal bikin pikiranmu mindblowing. Sungguh, Murakami menciptakan karakter aneh dalam cerita ini.
Karakter yang menawarkan pacarnya untuk berselingkuh dengan temannya yang jomblo itu bernama Kitaru. Aneh banget itu orang dan bukan cuma itu keanehannya.
Salah satu keanehan lain Kitaru yang menarik perhatian saya--di luar tema besar--adalah kerelaannya mengubah 'identitasnya' karena mencintai klub Baseball, Hanshin Tigers. Dia orang Tokyo, tetapi rela belajar logat Kansai demi membuktikan kecintaannya terhadap klub asal Prefektur Hyogo itu.
Itu sungguh kisah yang sama sekali belum pernah saya baca dalam cerita budaya olahraga di mana pun. Di mana-mana, umumnya, seseorang mencintai suatu klub karena klub itu mewakili daerahnya, mewakili identitasnya; tetapi Kitaru malah sebaliknya,
ADVERTISEMENT
Sekadar informasi, logat Tokyo adalah logat yang umum di Jepang, sebagaimana logat orang Jakarta di Indonesia. Nah, Kansai ini ibaratnya adalah logat 'medoknya'-lah.
An Independent Organ
Oke, ini adalah paling ngena bagi saya dibanding cerita-cerita yang lain. Sebuah kisah patah hati yang apik.
Inti ceritanya adalah tentang seorang ahli bedah bernama Dr. Tokai (saya tahu ini nama yang aneh untuk seorang genius), yang bisa dibilang sebagai playboy anti-mainstream. Well, apapun jenisnya, anggaplah playboy sama sajalah.
Khusus Dr. Tokai, dia berpikir hubungan tanpa komitmen adalah the best option. Namun ternyata, dia salah. Keputusannya itu justru menuntunnya ke pintu ajal.
Scheherazade
Kira-kira, apa sisi menarik yang kamu lihat dari pasanganmu? Oh, atau mungkin, apa daya pikat utama dari orang yang mau berselingkuh denganmu?
ADVERTISEMENT
Kalau bagi Habara, si tokoh utama, itu adalah kebiasaan kekasihnya--yang sudah jadi istri orang--bercerita tentang berbagai hal usai mereka berhubungan seks. Random pillowtalk.
Namun ternyata, itulah yang membuat Habara amat merindukan kekasihnya. Itulah juga yang membikin kekasihnya itu dijuluki Scheherazade--nama perempuan pendongeng dalam Kisah 1001 Malam.
Apa yang dikisahkan oleh perempuan itu? Well, saya enggak mau spoiler, ah.
Kino
Buat saya, ini adalah cerita paling misterius di kumcer Men Without Women. Kino adalah nama si karakter utama, seorang pria pengelola sebuah bar yang sejumlah mengalami kejadian 'aneh', surealis, dan agak mistik, tetapi itu justru membuatnya tersadar akan sesuatu.
Bagi saya, inti dari cerita ini adalah tentang Kino yang denial bahwa dia sakit hati, sakit hati melihat istrinya berselingkuh secara langsung di hadapan sepasang matanya sendiri. Akibatnya, jiwanya jatuh ke dalam kehampaan, seolah dia tak lagi merasakan apa-apa.
ADVERTISEMENT
Hingga pada suatu titik, dia sadar--atau lebih tepatnya mengakui--bahwa dia memang sakit hati. Bagaimana bisa? Mending, coba baca sendiri, deh.
Samsa In Love
Oke, ini adalah cerita paling absurd. Well, sebenarnya ini adalah kebalikan dari cerita yang pernah ditulis oleh novelis ternama, Franz Kafka.
Kalau dalam cerita Kafka dalam novella bertajuk The Metamorphosis, ada seorang bernama Gregor Samsa yang pada suatu hari mendapati dirinya terbangun sebagai sesosok serangga. Nah, kalau dalam kisah Murakami, justru seekor seranggalah yang berubah menjadi manusia bernama Gregor Samsa.
Jadi, inti kisahnya adalah tentang Samsa yang mesti belajar menjadi manusia seutuhnya; ihwal bagaimana dia belajar berjalan dengan dua kaki, belajar mengenyahkan rasa lapar, belajar cara mengatasi kedinginan, hingga kemudian merasakan jatuh cinta dan muncul nafsu laiknya manusia.
ADVERTISEMENT
Men Without Women
Tiba-tiba teringat dengan mantan pacar semasa sekolah itu biasa. Itu umumnya terjadi ketika seseorang sedang bengong-melindur. Atau, bisa juga gara-gara mendengar ada seseorang yang namanya sama dengan doi.
Namun, karakter "aku" dalam cerita ini teringat dengan pacar masa SMP-nya dengan cara yang tak biasa. Ya, tiba-tiba, pada suatu malam, suami dari mantan pacarnya itu meneleponnya untuk mengabarkan bahwa doi telah wafat akibat bunuh diri.
"Aku" bingung karena dua hal: Kenapa doi bunuh diri dan kenapa si suami merasa perlu mengabarinya? Mereka enggak saling kenal, lho, dan sudah lama juga si karakter utama tak bertemu doi.
Ditambah lagi, ke-absurd-an itu juga malah membawanya berjalan menuju masa lalu, menyelami lautan memori, menggali kembali memori cinta antara dirinya dengan doi. Petualangan yang dimulai sejak mereka berusia 14 tahun.
ADVERTISEMENT
Cerita pemungkas ini boleh dibilang semacam antitesis dari cerita-cerita lainnya. Jika pada cerita lainnya para karakter utama adalah tokoh yang menderita karena tak ada perempuan yang menjadi pendamping hidup sejati mereka, lain halnya di cerita ini.
Si karakter utama sudah punya istri. Namun, dia membayangkan andai dialah yang berada di posisi si suami mantan pacarnya, membayangkan betapa kesepiannya dia sebagai seorang lelaki tanpa ada perempuan yang jadi teman hidupnya.
***
Men Without Women adalah buku Haruki Murakami kedua yang berhasil saya baca sampai habis. Sebelumnya, saya juga pernah tamat membaca Dunia Kafka, meski agak loncat-loncat juga bacanya.
Ada ide judul lain yang mesti saya baca? Atau ada rekomendasi penulis lain?
ADVERTISEMENT