Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Katanya Mahasiswa
25 Juni 2023 19:13 WIB
Tulisan dari Kautsar Siti S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aroma tanah sehabis hujan begitu menenangkan. Terlihat seorang laki-laki berbalut kemeja flannel tengah memasuki gerbang kampus yang menjulang tinggi. Setinggi harapan Aheng itu nama sapaan akrabnya. Entah, mengapa teman-temannya yang sudah ia anggap satu keluarga, satu tujuan, dan satu masalah utang-mengutang dengan pemilik kantin, dengan seenaknya mengganti-ganti namanya yang keren. Alan Hariyatno. Keren bukan? Jangan ada yang bilang kuno namanya Hariyatno. Jujur, ia sendiri tak pernah menjelekkan namanya sendiri. Takut nantinya dikeluarkan dari kartu keluarga. Tunggu, nyatanya namanya jelas keren dan mudah diingat sang mantan.
ADVERTISEMENT
Tak terasa, waktu terus berjalan. Rasanya baru saja kemarin ia mengikuti perkenalan kampus alias namanya propesa. Tetapi, kini nyatanya sudah tak bisa main-main dengan ia sudah memasuki semester 6 jurusan teknik pertambangan. Padahal, nyatanya ia masih tetap bisa bermain-main sampai sekarang sambil memikirkan judul apa tuk skripsinya nanti. Anehnya Alan berfikir lebih terbuka di tempat tongkrongan bukan memikirkan di perpustakaan.
Sepanjang perjalanan menuju kelas tak henti-hentinya Alan menyugarkan rambutnya sambil tersenyum ramah kepada cewek-cewek yang mematung ditempat sambil melambaikan tangan kepada Alan.
“Abang, Alan. Datang juga,” ucap Kiki teman semasa SMA dulu sampai sekarang sudah satu kampus, satu kelas lagi. “Bosen banget gue lihat muka lo,” celetuk Alan.
ADVERTISEMENT
“Jagalah hati, dan jagalah perkataan ucap dari yang ganteng satu ini,” ucap Kiki dengan nada seperti bernyanyi. Sudah hal yang lumrah terdengar di telinga siapa pun mendengar Kiki dengan percaya diri sekali mengucap dirinya tampan.
“Tampan-tampan, muka lo aja kek nampan,” celetuk Gala diselingi tawa. Alan pun juga ikut tertawa apalagi terlihat jelas wajah Kiki menahan kesal. Bukannya terlihat garang tapi membuat tertawa. Sudah bawaan lahir wajah Kiki memang tak pantas terlihat galak. Bagi keduanya, Gala dan Kiki saling meledek satu sama lain sudah hal yang wajar.
“Sialan lo, gini-gini gue juga laku kali,” balas Kiki yang tak terima atas perkataan Gala. “Iya, laku untuk sewaan doang lo,” ucap Gala seenaknya tanpa memikirkan perasaan temannya itu.
ADVERTISEMENT
“Apa-apaan ini kampus kita masuk ke dalam kampus yang ditutup sama kemendikbud, gila kali ya,” ucap Lina teman kelas dengan suara yang melengking.
Kiki yang mempunyai jiwa kepo, tak segan ia langsung mengambil ponsel temannya yang terkenal cerewet itu. Kiki tak takut dimarahin karena sebanding dengan perempuan itu sama-sama mempunyai mulut pedas. “Woy lah, gimana nasib kita ini?” ucap Kiki panik dan tak menyangka kampusnya akan ditutup.
“Tuh, berita masih simpang siur,” timpal Alan yang membantu menenangkan temannya. “Mana ada kalau udah masuk berita masih simpang siur,” ucap Kiki. Gimana tidak panik, Kiki dibiayai kuliah dengan susah payahnya orang tuanya bekerja. Bagaimana nasibnya kalau ini terjadi.
“Ada aja berita yang simpang siur atau hoax,” ujar Gala seraya duduk.
ADVERTISEMENT
Kiki menunjukkan ponsel kepada dua temannya yang berisikan berita 23 nama kampus swasta ditutup kemendikbud,” Lihat baik-baik ini sumber berita dari kumparan.com, yang jelas-jelas sumber berita terpecaya.”
“PEMBERITAHUAN SEMUANYA BAHWA BESOK TIDAK DIADAKAN BELAJAR. SAMPAI NANTI KAPAN LIBURNYA AKAN DIINFOKAN KEMBALI, TERIMAKASIH.”
Tiba-tiba derap langkah kaki dan suara begitu riuh terdengar jelas.
“DEMO WOY” Suara lantang seorang laki-laki yang melewati ruang kelasnya.
“Sial, jalan hidup gue sampai sini,” ucap Kiki kesal. “Lo siapa bisa nebak-nebak gitu?!” kata Alan tak terima dengan omongan Kiki yang tak enak di dengar. Kiki berkata seperti itu seperti tidak ada tuhan saja.
“LO GA DENGER TADI?! BUDEK LO? KAMPUS KITA MAU DITUTUP BANGSAT!”
ADVERTISEMENT
Rasanya Alan ingin menghajar Kiki habis-habisan, tapi ia pikir ini dalam susana genting jangan makin memperparah. Alan menarik kerah kemeja Kiki ingin memberi pelajaran, “LO SIAPA? TUHAN LO?”
Gala yang tak suka dengan pemandangan itu. Persahabatan macam apa ini. Gala langsung merelaikan keduanya.
“LO INGAT ORANG TUA! PADA BONYOK BIKIN KHAWATIR ORANG TUA LO!”
Alan melepaskan tangannya dari kerah kemeja Kiki. Lalu, menepuk pundak teman semasa SMA nya dulu,” Sorry, katanya mahasiswa berarti berpikir kritis, sama bijaksana lo. Umur lo bukan maen-maen, lo boleh marah kecewa tapi ingat ini bukan jalan keluar. ”
Kiki memeluk Alan selayaknya pertemanan,” Sorry juga Lan. Bener kata lo dan ini juga bukan akhir segalanya.”
ADVERTISEMENT
“Ga ada timpuk-menimpuk lagi nih? Serasa actor gue tadi,” timpal Gala yang menetralkan suasana agar tidak canggung. Alan dan Kiki keduanya tertawa. “Bentar lagi gue actor profesional,” balas kiki dengan gaya tengilnya.
Bukan berarti permasalahan yang datang itu tidak ada jalan keluar dan akhir dari segalanya. Masih banyak jalan. Kalian diberikan ujian hidup sesuai batas porsinya masing-masing. Tuhan memberikan ujian hidup sesuai batas kemampuan manusianya. Ingat, katanya mahasiswa berarti berpikir kritis, bijaksana, dan lebih bersikap dewasa. Namanya aja maha siswa artinya posisinya sudah berada di atas siswa yang dimaksud harus menjadi manusia terpelajar yang paripurna.