Konten dari Pengguna

Penyakit Silent Killer: Mengapa Hipertensi Sering Tak Terdeteksi

Keiza Putri Apriliani
Mahasiswa Universitas Al Irsyad
24 Desember 2024 13:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Keiza Putri Apriliani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Gambar 1. Unsplash: "Hypertension" ((link unavailable)) 2. Pexels: "High Blood Pressure" ((link unavailable)) 3. Pixabay: "Hypertension" ((link unavailable))
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar 1. Unsplash: "Hypertension" ((link unavailable)) 2. Pexels: "High Blood Pressure" ((link unavailable)) 3. Pixabay: "Hypertension" ((link unavailable))
ADVERTISEMENT
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah penyakit yang sering kali dianggap remeh. Padahal, kondisi ini disebut silent killer karena dapat berkembang tanpa gejala namun membawa dampak fatal. Di Indonesia, prevalensi hipertensi mencapai lebih dari 34% berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, dan banyak kasusnya baru terdeteksi saat komplikasi serius terjadi, seperti stroke atau serangan jantung.
ADVERTISEMENT
Mengapa Hipertensi Sering Tak Terdeteksi?
Hipertensi sering disebut "pembunuh diam-diam" karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa alasan mengapa hipertensi sulit terdeteksi meliputi:
1. Sifat Asimtomatik pada Tahap Awal, Banyak penderita hipertensi tidak merasakan gejala apa pun pada tahap awal. Kondisi ini membuat mereka merasa sehat dan tidak menyadari tekanan darah yang tinggi.
2. Minimnya Kesadaran untuk Pemeriksaan Rutin, Kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala masih rendah. Kebanyakan orang baru memeriksakan diri ketika mengalami keluhan seperti sakit kepala hebat, pusing, atau kelelahan yang ekstrem.
3. Faktor Sosial dan Ekonomi, Beberapa kelompok masyarakat dengan akses terbatas terhadap layanan kesehatan sering kali tidak memiliki kesempatan untuk memantau tekanan darah mereka.
ADVERTISEMENT
4. Gejala yang Menyerupai Penyakit Lain, Gejala hipertensi, seperti kelelahan atau pusing ringan, sering dianggap sebagai akibat stres atau kurang istirahat, sehingga tidak ditangani dengan serius. Jika tidak ditangani, hipertensi dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti:
Stroke: Akibat pecahnya pembuluh darah di otak.
Penyakit Jantung Koroner: Karena tekanan darah yang tinggi merusak pembuluh darah jantung.
Gagal Ginjal: Tekanan darah tinggi merusak pembuluh darah di ginjal.
Gangguan Penglihatan: Hipertensi dapat merusak pembuluh darah retina.
Upaya Deteksi dan Pencegahan Hipertensi
Untuk mengatasi hipertensi sebagai silent killer, perlu langkah-langkah strategis yang spesifik:
1. Pemeriksaan Tekanan Darah Rutin, Orang dewasa sehat: Minimal setahun sekali. Orang dengan risiko tinggi: Setiap tiga bulan. Pemeriksaan rutin bisa dilakukan di fasilitas kesehatan atau melalui alat pengukur tekanan darah di rumah.
ADVERTISEMENT
2. Identifikasi Faktor Risiko Secara Personal, Riwayat keluarga dengan hipertensi. Gaya hidup seperti konsumsi makanan tinggi garam, obesitas, dan kurang olahraga.
3. Pola Hidup Sehat, Kurangi konsumsi garam hingga maksimal 5 gram per hari (setara 1 sendok teh). Perbanyak asupan sayur, buah, dan makanan kaya serat. Lakukan olahraga aerobik seperti berjalan cepat atau bersepeda minimal 30 menit sehari.
4. Pengelolaan Stres, Teknik relaksasi seperti meditasi dan yoga dapat membantu menurunkan tekanan darah.
5. Edukasi Masyarakat, Pemerintah dan lembaga kesehatan harus meningkatkan kampanye mengenai bahaya hipertensi melalui media sosial, seminar kesehatan, dan program televisi.
Inovasi Teknologi untuk Mengendalikan Hipertensi, Kemajuan teknologi membuka peluang baru dalam pengelolaan hipertensi, seperti:
Aplikasi Kesehatan: Banyak aplikasi kini memungkinkan pengguna untuk memantau tekanan darah, pola makan, dan aktivitas fisik.
ADVERTISEMENT
Smartwatch dengan Fitur Pengukur Tekanan Darah: Teknologi ini semakin memudahkan pemantauan secara real-time.
Hipertensi adalah ancaman serius yang membutuhkan perhatian lebih. Dengan deteksi dini, perubahan gaya hidup, dan pemanfaatan teknologi, risiko komplikasi akibat hipertensi dapat diminimalkan. Jangan menunggu hingga terlambat untuk bertindak. Mulai sekarang, lakukan langkah kecil dengan memeriksakan tekanan darah secara rutin dan menerapkan pola hidup sehat.
Silent killer ini bisa dikalahkan, asalkan kita mengambil tindakan tepat waktu.