Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kolaborasi Pentahelix Atasi Permasalahan Sampah
23 September 2023 14:16 WIB
Tulisan dari KELAS PUBLIK tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Guna mensukseskan program 10 desa percontohan mandiri kelola sampah, DLHK DIY mengadakan forum bersama dengan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan OPD terkait, antara lain SPEAK Indonesia, PT. Wikrama Hala Sinergi, Yayasan Suara Bhakti Yogyakarta, Yayasan Dian Desa, Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia, Yayasan Satunama, Departemen Perilaku, Universitas Gadjah Mada, Habitat For Humanity, Pengawas Independen Kinerja Community Development, Women Federation, BERNAS, Dinas Kesehatan DIY dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman. Pertemuan tersebut dilaksanakan guna memantik kolaborasi multipihak untuk melaksakan tindakan aksi bersama guna mengatasi persoalan sampah di DIY agar mampu terkelola dengan baik. Hal tersebut ditengarai oleh kebijakan terkait pengelolaan sampah yang akan diselesaikan di tingkat kalurahan.
ADVERTISEMENT
“Untuk mencapai tujuan sampah selesai di kalurahan tentunya membutuhkan kolaborasi multipihak dan multiperan dikarenakan kami Pemda dalam hal ini DLHK memiliki keterbatasan kewenangan dalam menjangkau masyarakat kelurahan khususnya pada pengembangan kapasitas masyarakat dalam berperilaku pilah sampah. Terkait dengan hal tersebut kami membuka berbagai kolaborasi dengan keberadaan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang harapannya mampu berperan sesuai bidang garap masing-masing dalam menyelesaikan persoalan sampah di wilayah kalurahan,” jelas Kuncoro Cahyo Aji.
Selain dari LSM, turut hadir Universitas Gadjah Mada yang diwakili dari Departemen Perilaku Kesehatan Lingkungan dan Kedokteran Sosial yang juga siap membantu menganalisa teknologi dan opsi pendampingan yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah dan menganalisa aspek-aspek pemerintahan desa, aspek manajemen, aspek pengumpulan sampah, serta aspek manusia terkait dengan perubahan perilaku pada setiap rumah tangga. Selain itu, juga kesediaan untuk memperbaiki sistem guna menunjang pengelolaan sampah di desa agar menjadi lebih efesien.
ADVERTISEMENT
Dari diskusi mengenai pengelolaan sampah tersebut, beberapa LSM sudah memutuskan masing-masing untuk menjadi pemerhati (pendamping) salah satu desa dari 10 desa percontohan.
“Menurut saya pembagian ini sangat penting antara kawan-kawan yang akan terlibat dalam program ini supaya nanti tidak overlap dan tanggung jawabnya semakin jelas, namun apabila berkaitan dengan expertise yang diperlukan nanti bisa dilaksanakan secara bersama-sama. Selain itu sampah jangan lagi dianggap menjadi masalah namun menjadi bagian dari potensi kekayaan,” ujar Frans Tugimin dari Yayasan Suara Bhakti Yogyakarta
Beberapa LSM yang siap untuk menjadi pendamping dari 10 desa percontohan, antara lain SPEAK Indonesia kedepannya akan menjadi pemerhati salah satu desa di Kabupaten Bantul, Yayasan Suara Bhakti Yogyakarta akan menjadi pemerhati Desa Purwomartani, Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia akan menjadi pemerhati Desa Minomartani, dan Yayasan Satu Nama kedepan akan menjadi pemerhati Desa Triharjo Sleman.
ADVERTISEMENT
“Harapannya dari dialog ini, akan ditindaklanjuti pada pertemuan selanjutnya yang lebih operasional dengan data-data yang lebih real sesuai dengan kondisi desa yang telah dipilih dari masing-masing LSM tersebut sehingga akan menjadi roadmap mewujudkan desa percontohan mandiri kelola sampah,” ujar Kuncoro Cahyo Aji.