Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mirisnya Permintaan Maaf Atas Penyesalan dengan Menjual Agama dan Kepalsuan
16 April 2021 17:13 WIB
Tulisan dari Patrick Ivan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rumitnya kehidupan membuat manusia selalu saja berbuat kesalahan. Melakukan usaha yang keras, agar tidak mengulangi kejadian yang sama, menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan seluruh umat manusia. Ketika kita melakukan kesalahan terhadap seseorang, tentu saja seseorang tersebut memiliki reaksi yang berbeda-beda, seperti: Marah, kecewa, sedih, memaki, bahkan bisa depresi. Bisa dikatakan, Hal tersebut menghasilkan sebuah reaksi emosi yang kuat dari perilaku manusia.
ADVERTISEMENT
Ada yang mengatakan kesalahan merupakan hasil dari perilaku kecerobohan yang diciptakan sendiri sehingga merugikan satu sama lain. Memang pada hakikatnya, kita bukanlah manusia yang sempurna sehingga seringkali kita melakukan perbuatan ini. Demikian, setelah melakukan kesalahan, banyak sekali nasihat-nasihat yang diberikan, agar tidak mengulangi kejadian yang sama. Kesalahan berujung dengan sebuah penyesalan, penyesalan berujung permintaan maaf.
Maka, dibuatlah sebuah aturan dan norma-norma yang mengatur kehidupan manusia. Tujuan aturan yang diciptakan untuk menghindari manusia dari kesalahan-kesalahan. Di kitab suci sendiri, terdapat aturan dan norma yang sudah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa. Karena, akibat dari sebuah kesalahan dapat menciptakan dosa hingga berujung maut. Bahkan jika kita melanggar peraturan atau melakukan kesalahan di dalam kehidupan sehari-hari, tentu saja kita mendapatkan hukuman, agar kita menyesal.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya kehidupan, pernahkah kita berpikir bagaimana orang-orang melakukan kesalahan tapi tidak menyesal atas perbuatannya? Karena kita sering melihat di setiap aspek kehidupan, terdapat orang-orang yang sering melakukan kesalahan yang sama, namun tidak pernah menyesal bahkan meminta maaf, seperti: Seorang cowok yang mengkhianati hati pacarnya, bahkan lebih memilih selingkuhannya daripada pacarnya dengan alasan tertentu. Ini menandakan bahwa manusia tidak pantas mendapatkan yang terbaik karena manusia lebih memilih yang dapat memuaskan hawa nafsunya.
Adapun begitu, tentu saja membuat citra seorang laki-laki menjadi buruk. Terdapat sebuah istilah, yakni, “Cewek selalu benar, cowok selalu salah.”
Sebagai laki-laki, kita digambarkan sebagai makhluk yang selalu bersalah di mata seorang perempuan. Adanya stigma dan prasangka negatif, memberikan sebuah penilaian yang buruk bagi laki-laki. Mungkin ini seharusnya dinamakan ketidakadilan dalam sebuah hubungan. Hal tersebut membuat kaum laki-laki susah untuk meminta maaf, bahkan terlalu sering meminta maaf atas dasar hal yang sepele.
ADVERTISEMENT
Meskipun kita terlihat selalu salah dimata seorang perempuan, namun sebagai lelaki gentle, kita harus mengakui kesalahan yang kita pernah buat terhadap lawan jenis. Secara tidak sadar, kaum laki-laki susah untuk mengakui kesalahannya di depan lawan jenis, sering berbohong dan mencari alasan lain. Makanya, ketika kita sedang berbohong, lawan jenis mengetahui kita berbohong karena terlihat jelas sekali dari raut wajah, cara berbicara yang berbelit-belit, dan tatapan mata yang menandakan lagi berbohong.
Mungkin, penyesalan merupakan sebuah kebohongan yang terhormat bagi manusia. Penyesalan digambarkan seperti sebuah siklus di dalam kehidupan untuk berbohong dengan mengakui kesalahan demi mengulangi kembali. Kalau di kehidupan, penyesalan digunakan untuk membuka ladang keuntungan manusia, termasuk eksploitasi kepercayaan seseorang. Hingga saat ini, manusia akan melakukan apa saja, demi meraup keuntungan yang besar, termasuk memanfaatkan kepercayaan seseorang.
ADVERTISEMENT
Berubahnya paradigma masyarakat terhadap kemajuan teknologi mempengaruhi cara penggunaan internet. Begitu luasnya dunia internet sehingga kita bisa menemukan beragam latar belakang masyarakat, seperti: agamis, penjahat, pegawai, manajer, atlet, pejabat, politisi, dan sebagainya. Kemajuan teknologi memberikan masyarakat kesempatan untuk bisa berkembang melalui media sosial. Di media sosial, masyarakat dapat mengekspresikan apa saja sehingga pengguna lain bisa merasakan pesan yang disampaikannya.
Memiliki ketenaran merupakan sebuah impian dari seluruh masyarakat. Seakan-akan ketenaran dapat membuka jalan keberuntungan dan keuntungan yang besar. Pada akhirnya tujuan manusia memiliki ketenaran adalah ingin menjadi kaya. Siapa Sih yang tidak ingin menjadi orang kaya? Kemudahan yang dirasakan dan kelebihan dalam bidang ekonomi sehingga tidak perlu khawatir besok mau makan apa? atau kira-kira besok kita makan atau tidak? Rasanya seperti dapat menguasai dunia ini.
ADVERTISEMENT
Namun, terdapat beberapa jalan untuk memiliki ketenaran di media sosial, tidak hanya di media sosial, melainkan media televisi dan sebagainya. Bisa menunjukkan kreativitas, lalu, menunjukkan kemampuan kita dalam berakting, selain itu, menjadi seorang atlet yang menjuarai lomba di kancah nasional hingga internasional, bahkan bisa menunjukkan kemampuan bernyanyi dan bermusik. Akan tetapi, hal ini sepertinya sudah sulit untuk ditemukan saat ini.
Hari ini, ketenaran seseorang dapat dimiliki melalui mencari sensasi, lalu membuat masalah dengan sesamanya, selain itu, menjadi blunder dalam menanggapi sebuah permasalahan, lalu, menjual harga diri dengan perilaku yang bodoh, dan sebagainya. Tidak heran lagi, saat ini orang-orang lebih memilih jalur seperti itu, karena tidak ada kemampuan atau bakat yang bisa ditunjukkan ke dalam hidup masyarakat. Selain itu, lebih mudah dalam mencari masalah, daripada menciptakan solusi di masa kini.
ADVERTISEMENT
Mudahnya seseorang untuk tersinggung di dalam menanggapi permasalahan di media sosial, menciptakan terjadinya perselisihan antar individu. Perselisihan tersebut biasanya terdapat melalui sebuah media seperti: video, quote tweet, dan foto. Perselisihan ini membutuhkan netizen yang membantu untuk memanas-manaskan di kolom komentar yang isinya juga berbentuk dukungan dan makian ke antar kubu.
Setelah permasalahan ini memuncak, pada akhirnya antar kubu yang terlibat membuat sebuah permintaan maaf atau klarifikasi di akun media sosialnya. Kemudian, setelah meminta maaf, terbukanya tawaran endorse dan iklan, semakin banyak tawaran pekerjaan dan ajakan kolaborasi dengan selebritis lainnya. Naiknya ketenaran dengan meningkatnya jumlah pengikut di media sosial akibat dari klarifikasi tersebut. Setelah masalahnya sudah tidak viral lagi, kembali mengulangi kesalahan yang sama. Ini menandakan sebuah permintaan maaf dapat membuka ladang uang di media sosial.
ADVERTISEMENT
Para selebritis tidak hanya menggunakan jalur klarifikasi sebagai permintaan maaf, namun juga menggunakan atribut agama sebagai dasar permintaan maaf. Menjual agama di media sosial sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat dan juga kalangan selebritis. Dunia ini hanya ingin melihat dari sisi kepalsuan seseorang sehingga para selebritis lebih memilih menjual agama untuk meyakini masyarakat, bahwa ia menyesali kesalahannya dan sudah mulai untuk berubah.
Penyesalan hanyalah kepalsuan belaka bagi dunia ini. Kejamnya dunia mengubah makna dari kesalahan menjadi sebuah hal yang berkaitan dengan keuntungan. Mirisnya untuk menarik keuntungan tersebut biasanya orang-orang akan menjual agama demi menarik perhatian masa. Kekejaman dunia menyediakan tempat bagi kepalsuan manusia.