Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Orang-Orang Memiliki Respon Berbeda Saat Sakit?
4 Desember 2024 15:35 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari KEZYA NAJWAYA ANABILA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rasa sakit merupakan perasaan tidak nyaman secara fisik maupun emosional, yang diakibatkan saat tubuh menderita. Menurut International Association For The Study of Pain, rasa sakit merupakan pengalaman tidak nyaman pada sensorik dan emosional disertai kerusakan pada jaringan. Biasanya rasa sakit akan diberikan skala dari 0 sampai 10, 0 berarti rasa sakit tersebut tidak mengganggu, sementara 10 berarti rasa sakit tersebut tidak terbayangkan, sangat menderita. Rasa sakit juga berbeda-beda, terdapat rasa sakit seperti nyeri yang tajam yaitu saat kulit kita terkena benda-benda tajam. Nyeri benda tumpul, misalnya saat kita terpukul balok kayu pada lengan kita. Nyeri terbakar muncul ketika kulit kita terkena api, sensasi panas, nyeri, dan juga menyengat pada kulit yang terpapar api/panas. Dan yang terakhir merupakan nyeri berdenyut, biasanya ketika tubuh kita merasakan sakit pada sendi-sendi atau pada otot.
Lalu, bagaimana manusia bisa merasakan sakit?
ADVERTISEMENT
Ketika seseorang terluka, misalnya saat kita memotong sayuran dan tangan kita tidak sengaja terkena pisau tajam, jaringan tubuh yang rusak akan memicu terjadinya rangsangan pada nosiseptor yaitu reseptor rasa sakit. Nosiseptor terhubung dengan neuron yang akan mengirimkan sinyal sakit. Neuron-neuron ini bertugas menghubungkan reseptor ke sumsum tulang belakang. Begitu sinyal rasa nyeri mencapai sumsum tulang belakang, informasi tersebut diteruskan ke otak. Otak kemudian menerima dan memproses sinyal ini untuk menginstruksikan tubuh agar segera bereaksi terhadap rasa sakit yang terjadi.
Pada beberapa orang, rasa sakit yang timbul bisa menghasilkan reaksi yang berbeda-beda pada tiap orangnya. Ada yang langsung merasakan rasa sakit seketika setelah terluka, dan ada juga orang yang bereaksi lama ketika mereka terluka. Mengapa bisa demikian? Ada faktor-faktor yang dapat menjelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi, diantaranya faktor karakteristik individu, faktor karakteristik rasa sakit, dan faktor psikologis.
ADVERTISEMENT
1. Faktor Karakteristik Individu
Faktor Karakteristik individu terbagi dalam beberapa hal seperti usia, lingkungan, dan pengalaman. Individu pada usia kanak-kanak sering mengalami luka, biasanya luka tersebut merupakan minor tissue damage seperti lebam, luka atau goresan. Semakin kita dewasa, kita mengenal dengan coping mechanism, yaitu strategi untuk mengurangi atau berdamai dengan perasaan tidak nyaman. Dari pengalaman-pengalaman tersebut kita dapat menyesuaikan rasa sakit baru dengan intensitas, lokasi, dan waktu yang berbeda. Lingkungan juga dapat membentuk respon individu melalui keluarga. Peran keluarga sangat penting untuk mengenalkan anak dengan pengetahuan, cara mengekspresikan, dan coping mechanism. Anak-anak membutuhkan pengetahuan orang di sekitarnya untuk mengerti situasi yang sedang dihadapinya. Mereka akan belajar mengekspresikan rasa sakit menggunakan gestur tubuh dan bahasa mereka. Anak juga akan belajar coping mechanism dengan bagaimana orang tua akan menangani situasi tersebut.
ADVERTISEMENT
2. Faktor Karakteristik Rasa Sakit
Rasa Sakit Akut
Rasa sakit akut merupakan rasa sakit dengan jangka tempo yang pendek. Rasa sakit akut merupakan rasa sakit yang timbul dari kerusakan jaringan dan ketidaknyamanan pada anggota tubuh. Rasa sakit ini biasanya muncul dengan cepat dan berkurang secara progresif seiring dengan penyembuhan cedera. Sehingga reaksi yang muncul seringkali diakibatkan oleh intensitas rasa sakit pada cedera.
Rasa Sakit Berulang
Rasa sakit berulang bisa disebabkan oleh sakit kepala migrain pada orang dewasa, dan pada anak-anak biasanya disebabkan oleh sakit perut. Seringkali gejala rasa sakit ini membutuhkan intervensi obat. Pengobatan yang gagal biasanya memicu tekanan emosional bagi penderita.
Rasa Sakit Kronis
Rasa sakit kronis bisa disebabkan melalui penyakit, cedera, hingga psikologis penderita. Rasa sakit kronis muncul ketika rangsangan dari pengobatan medis, keterbatasan dari fisik penderita, dan proses dari penyakit itu sendiri. Rasa sakit kronis yang diderita seumur hidup membuat stres emosional bagi para pendertia penyakit kronis, jika berkembang dan berujung fatal, kemungkinan rasa sakit menjadi tidak terprediksi.
ADVERTISEMENT
3. Faktor Psikologis
Faktor psikologis dipengaruhi oleh perilaku dan emosi individu. Perilaku atau kebiasaan individu dalam menyikapi rasa sakit dapat memengaruhi bagaimana individu tersebut bereaksi/merespon rasa sakit. Perilaku lingkungan di sekitar kita juga dapat membentuk bagaimana kita merespon rasa sakit, seperti kebiasaan lingkungan untuk menyediakan rasa aman dan hiburan saat kita merasakan sakit. Sementara emosi dapat mengefek pada kemampuan individu dalam coping mechanism. Namun tekanan emosional akibat dari karakteristik rasa sakit dapat menyebabkan individu menjadi frustasi, takut, marah, sedih, bahkan hingga berkembang menjadi depresi.
Gimana caranya kita mengoptimalkan respon ke rasa sakit?
Solusi yang ditawarkan agar kita bisa mengoptimalkan respon terhadap rasa sakit adalah dengan membentuk coping mechanism yang baik serta menciptakan lingkungan yang mampu memberikan ruang aman dan kenyamanan saat kita mengalami rasa sakit. Sehingga kita dapat mengekspresikan perasaan kita lebih baik dan membantu pengetahuan kita akan rasa sakit. Semoga kita sehat selalu kawan-kawan!
ADVERTISEMENT