Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jumlah Penonton Televisi Menurun di Era Digital, Kenapa?
4 Desember 2023 11:14 WIB
Tulisan dari Khairunnisa Mukinin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ngomongin televisi, semua orang pasti gak asing sama benda yang satu ini. Sejak kecil hingga dewasa, televisi tidak pernah absen dalam menyajikan tontonan-tontonan seru dan bermanfaat. Namun, jumlah penonton televisi semakin berkurang beberapa tahun terakhir. Kenapa bisa begitu?
ADVERTISEMENT
Era digital memudahkan segala hal, begitu pula dalam menonton tayangan televisi. Hadirnya teknologi digital telah membawa tantangan bagi industri televisi, termasuk konvergensi media dan munculnya platform media baru seperti YouTube dan video streaming. Kemunculan YouTube telah membawa perubahan signifikan pada industri pertelevisian di Indonesia. Dahulu, televisi menjadi media yang banyak digunakan masyarakat untuk mencari informasi, pendidikan, dan hiburan. Namun, di era digital, masyarakat tidak perlu susah-susah menunggu tayangan televisi untuk mendapatkan konten hiburan dan informatif.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penonton televisi di Indonesia mengalami penurunan sekitar 93,21% pada tahun 2018 menjadi sekitar 89,96% pada tahun 2021, menunjukkan penurunan sebesar 3,25% selama periode tiga tahun. Migrasi penonton ke siaran TV digital berkontribusi terhadap penurunan jumlah penonton TV. Salah satu alasannya karena konten pada platform streaming digital, seperti YouTube dan Vidio, lebih variatif dan aksesibel dibandingkan dengan televisi. Platform streaming digital dapat diakses di mana saja dan kapan saja melalui ponsel pintar dan perangkat lainnya. Sebuah studi kualitatif yang dilakukan oleh perusahaan media digital Defy pada tahun 2014 menemukan bahwa konsumen berusia 13-24 tahun menghabiskan 11,3 jam per minggu untuk menonton video online dibandingkan dengan 8,3 jam untuk menonton jadwal TV reguler.
Maraknya YouTube dan platform streaming lainnya membuat lembaga penyiaran TV tradisional menghadapi persaingan yang semakin ketat. Jika lembaga penyiaran TV tradisional tidak mengganti cara kerjanya, maka layanan televisi konvensional akan kalah saing dengan platform streaming digital. Maka dari itu, lembaga televisi perlu mengubah cara memproduksi dan mendistribusikan konten, serta berfokus juga pada pembuatan konten khusus untuk platform streaming.
ADVERTISEMENT
Dalam mengakses platform streaming digital, penonton bisa memilih tontonan yang sesuai minat. Sebetulnya, dalam menonton televisi pun, penonton bisa memilih tayangan yang sesuai minat. Namun, melihat acara yang ‘begitu-begitu saja’ masih singgah di televisi sampai hari ini, saya rasa anda pasti paham alasan banyaknya penonton yang bermigrasi ke platform streaming digital. Acara sinetron yang jumlahnya episodenya ribuan sampai reality show yang sebenarnya ‘setting-an’ bahkan bisa bertahan hingga bertahun-tahun mewarnai televisi dari pagi hingga malam. Acara yang penuh sensasi, keanehan, setting-an, justru banyak disukai. Terbukti dengan tingginya rating membuat acara-acara seperti itu tetap bertengger di sebagian kanal televisi Indonesia.
Sebenarnya, bukan berarti tim kreatif televisi tidak mau menyajikan konten informatif, tetapi banyak acara yang bagus perlu “dibungkus” karena ratingnya rendah. Dalam dunia televisi, rating adalah pembunuh kreativitas. Tidak peduli acaranya mendidik atau tidak, selama ratingnya tinggi, acara tersebut akan terus memiliki tempat dalam dunia televisi. Daripada rugi, ngabisin biaya produksi besar buat konten yang sepi peminat, lebih baik produksi konten penuh kontroversi yang diminati banyak orang. Kalau memang ngerasa gak cocok, ya pindah saja. Toh televisi menyesuaikan minat kaum dominan, yakni masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah.
ADVERTISEMENT
Menikmati konten di platform streaming digital tidak perlu melalui banyak iklan. Bandingkan dengan menonton tayangan televisi yang iklannya 15 menit sendiri, menonton di platform streaming digital iklannya paling banyak 3 dengan total durasi paling lama satu menitan. Durasi iklan di televisi sendiri sudah bisa dipakai untuk menonton beberapa konten di platform streaming digital. Tinggal daftar premium, penonton bisa langsung deh bisa menikmati tayangan tanpa iklan. Lebih hemat waktu untuk menonton tayangan yang disukai.
Untuk menyeimbangkan hal tersebut, industri pertelevisian harus terus melakukan inovasi, baik dalam bidang program maupun media penyiaran. Kalau gak mau kehilangan cuan, stasiun televisi perlu melebarkan sayap ke platform streaming digital. Migrasi ke platform digital ini diperlukan untuk mendukung efektivitas dan efisiensi kegiatan penyiaran. Stasiun televisi perlu beradaptasi dan menyajikan konten yang menarik agar tetap relevan dalam menghadapi persaingan.
ADVERTISEMENT
Era digital juga membuka peluang bagi stasiun televisi dalam menggaet kembali kepercayaan penontonnya dengan menyuguhkan konten yang sesuai dengan minat dan kebutuhan penonton pada platform streaming digital. Saya rasa hal itu dapat dilakukan selayaknya “penebusan dosa” sebab selama ini menyajikan konten yang kurang bermanfaat di televisi. Dengan mengoptimalkan data analytics, lembaga penyiaran televisi dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam hal konten dan strategi pemasaran. Siapa tahu, dengan memahami perilaku dan preferensi penonton, stasiun televisi dapat menyajikan konten yang bermanfaat serta mendidik, sehingga mengembalikan kepercayaan penonton yang berakibat pada peningkatan jumlah penonton stasiun televisi.