Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Otak Sebagai Mesin Waktu: Bagaimana Kita Berpikir Masa Lalu dan Masa Depan?
5 Desember 2024 20:56 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Khalisa Lubnaifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian berpikir mengapa kita bisa mengenang masa yang telah berlalu atau memimpikan masa depan yang belum terjadi? Misalnya mengenang momen yang telah usai saat bersama mantan? Atau mungkin memimpikan betapa indahnya hidup kalian di masa depan?
ADVERTISEMENT
Kemampuan ini sering kali kita anggap sesuatu yang biasa, padahal sebenarnya, hal kemampuan ini merupakan salah satu keajaiban yang dimiliki otak kita loh! Otak manusia diciptakan memiliki kemampuan unik untuk menjelajahi waktu secara mental. Namun, bagaimana otak kita dapat melakukan hal tersebut? Kira-kira, bagaimana mekanismenya? Artikel ini akan mengungkap misteri bagaimana otak berkerja seperti mesin waktu.
Otak kita memiliki kemampuan luar biasa untuk menjelajahi waktu, yang dikenal dengan istilah mental time travel. Mental time travel merupakan kemampuan otak untuk merekonstruksi masa lalu dan memproyeksikan masa depan. Pertama kali diajukan oleh seorang psikolog asal Jerman, Wolfgang Kohler, yang terinspirasi dari mentalitas kera. Menurut Kohler, waktu di mana simpanse hidup, terbatas di masa lalu dan masa depan.
ADVERTISEMENT
Menurut ilmu biopsikologi, kemampuan mental time travel tersebut bergantung pada dua bagian penting pada otak, yaitu hippocampus dan prefrontal cortex. Hippocampus terletak di bagian dalam otak, memiliki tugas untuk menyimpan dan merekonstruksi memori episodik—memori yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di dalam hidup kita. Ketika mengingat momen diterima di universitas impian kalian, hippocampus-lah yang mengambil peran. Bagian kedua yaitu prefrontal cortex yang terletak di bagian depan otak, tugasnya adalah membantu kita merencanakan dan memproyeksikan masa depan. Prefrontal cortex berperan ketika kita ingin membayangkan hal yang belum terjadi, seperti membayangkan bertemu artis idola yang belum pernah kita temui sebelumnya, atau membayangkan pergi ke tempat yang kita impikan. Dengan kata lain, kedua bagian otak tersebut bekerja sama dan menciptakan pesawat penjelajah waktu bagi setiap manusia.
ADVERTISEMENT
Ketika mengenang masa lalu, sebenarnya otak kita tidak memutar ulang peristiwa layaknya video, akan tetapi merekonstruksi momen-momen tersebut berdasarkan serpihan informasi yang tersimpan. Itulah mengapa ingatan kita sering kali tidak tersimpan dengan sempurna. Contohnya, kamu mungkin yakin saat pergi dengan teman, kala itu kalian memakan bakso, padahal nyatanya kalian memakan mi ayam. Fenomena ini dikenal sebagai false memory, di mana otak mengisi celah-celah ingatan dengan informasi yang dirasa masuk akal. Meskipun tidak selalu akurat, kemampuan tersebut memiliki peran penting dalam membentuk identitas diri dan pembelajaran dari pengalaman masa lalu.
Mengimajinasikan masa depan merupakan kemampuan unik yang dimiliki manusia. Ketika otak mencoba untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan, ia menggunakan memori masa lalu sebagai acuan utamanya. Misalnya, ketika merencanakan menonton konser penyanyi terkenal, otak akan mengingat pengalaman sebelumnya, seperti saat kalian kehabisan tiket di konser sebelumnya untuk menciptakan gambaran bagaimana kalian akan war tiket pada konser yang akan datang. Proses ini tidak hanya menciptakan harapan, tetapi juga menimbulkan kecemasan, seperti memungkinkan hal buruk yang belum tentu akan terjadi. Kemampuan ini dikenal sebagai prospeksi, membuat kita untuk bersiap menghadapi masa depan, namun apabila tidak dikelola dengan baik, akan membuat kita terjebak dalam pikiran negatif yang berkepanjangan.
ADVERTISEMENT
Kemampuan otak untuk menjelajahi waktu memberikan banyak manfaat, seperti membantu kita belajar dari kesalahan di masa lalu dan merencanakan masa depan dengan lebih matang. Memproyeksikan masa depan dapat memberikan kita dorongan untuk menetapkan tujuan hidup dan membuat strategi untuk mencapainya. Akan tetapi, ketika kita terlalu fokus pada masa depan, kita rentan akan kecemasan. Sementara, terobsesi dengan masa lalu dapat menyebabkan kita terlalu berlarut dalam penyesalan. Jadi, penting bagi kita untuk menjaga keseimbangan antara mengenang masa lalu, merencanakan masa depan, dan menjalani masa kini.
Referensi
Eichenbaum, H., Dudchenko, P., Wood, E., Shapiro, M., & Tanila, H. (1999, June). The Hippocampus, Memory, and Place Cells: Is It Spatial Memory or a Memory Space? Neuron, Volume 23(Issue 2), 209-226. https://www.cell.com/fulltext/S0896-6273(00)80773-4
ADVERTISEMENT