Konten dari Pengguna

Strategi Hadapi Ancaman El Nino: Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

Kharistya Amaru
Dosen di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran
6 Februari 2024 8:26 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kharistya Amaru tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi lahan pertanian. Foto: Dok. Kementan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lahan pertanian. Foto: Dok. Kementan
ADVERTISEMENT
Gangguan terkait perubahan iklim terutama El Nino merupakan ancaman besar terhadap swasembada pangan Indonesia. Faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap ancaman ini meliputi:
ADVERTISEMENT
Keanekaragaman pola dan jumlah curah hujan: Daerah-daerah di Indonesia mengalami pola curah hujan yang bervariasi sehingga dapat menyebabkan perubahan realisasi tanam dan hasil panen.
Fenomena cuaca yang tidak menentu: Banjir, kekeringan, serangan hama, dan penyebaran virus menjadi lebih sering dan parah akibat perubahan iklim.
Perubahan pola hujan yang terjadi akhir-akhir ini menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di berbagai daerah. Hal ini disebabkan oleh durasi hujan yang lebih pendek namun intensitas hujan yang lebih tinggi. Kondisi cuaca yang semakin tidak menentu dan perubahan iklim global menjadi faktor utama yang memengaruhi perubahan pola hujan.
Trend kejadian kekeringan dan banjir dari tahun 2015-2023
Perubahan pola Hujan dapat mengakibatkan banjir, hal ini bisa terjadi karena hujan memiliki durasi hujan lebih pendek, tetapi intensitas hujan lebih tinggi. Pada kondisi ekstrem kekeringan terjadi pada tahun 2015 dan 2019, hal ini akibat rendahnya curah hujan pada musim kemarau. Sedangkan kondisi banjir terbesar terjadi pada tahun 2021 akibat tingginya curah hujan.
ADVERTISEMENT
Degradasi sumber daya lahan pertanian: Degradasi lahan, termasuk erosi tanah dan hilangnya kesuburan, merupakan masalah besar di Indonesia. Hal ini mengakibatkan produktivitas lahan menurun dan mengancam ketahanan pangan.
Tantangan-tantangan ini, ditambah dengan meningkatnya frekuensi dan tingkat keparahan kejadian cuaca ekstrem, dapat menyebabkan gangguan pada produksi, distribusi, dan akses pangan. Hal ini, pada gilirannya, dapat memperburuk kerawanan pangan dan meningkatkan risiko malnutrisi, khususnya pada kelompok rentan. Tentunya upaya-upaya strategis perlu dilakukan, jika langkah-langkah proaktif tidak diambil untuk memitigasi dampak perubahan iklim, swasembada pangan dapat terancam.

Strategi Menanggulangi dampak El Nino pada Pertanian

Kementan telah mendesiminasikan strategi menghadapi El Nino dalam Bimtek Propaktani berjudul “Strategi Menjaga Produksi Padi di Masa El Nino”. Adapun hasil-hasilnya merupakan masukan dari para ahli di bidangnya.
ADVERTISEMENT
Prof. Pantjar Simatupang menyampaikan bahwa Proyeksi dampak El Nino pada produksi padi dapat dilakukan dengan mapping atau pemetaan (merah, kuning, hijau) dampak untuk selanjutnya dilakukan langkah-langkah strategis menjaga produksi padi. Salah satunya adalah memaksimalkan peningkatan produksi padi pada daerah-daerah yang pengaruh El Nino-nya lemah
Sedangkan Andi Halu, menyatakan bahwa Tatakelola irigasi dapat dilakukan dengan gilir giring irigasi dari waduk, pemanfaatan sumber air dengan pompanisasi, pemanfaatan irigasi air tanah dangkal, dan normalisasi saluran.
Selain itu Yudi Sasto mengatakan bahwa Gerakan Nasional (gernas) Penanganan Dampak El Nino dilakukan dengan Perluasan areal tanam, dan percepatan tanam untuk meningkatkan indeks pertanaman. Metode traktor untuk olah lahan, mengejar air pada sumbernya dan pompanisasi, distribusi benih yang tepat dan lancar, gerakan pengendalian OPT dan DPI, hemat air, akses dan penyerapan KUR, asuransi, dan serap gabah/benih.
ADVERTISEMENT
Beberapa penelitian yang terkait juga telah dilaksanakan di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTIP UNPAD dalam upaya menanggulangi dampak iklim dan ketahanan pangan.
Dimulai dari penelitian penyediaan sumber air berupa pembangunan embung dan kolam pertanian untuk lahan kering, memanen air hujan dari atap bangunan untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai sumber air tanaman budidaya sayuran hidroponik. Melakukan penelitian pemetaan wilayah terdampak kekeringan, penelitian Conservation Agriculture dalam menanggulangi cekaman kekeringan dan hemat air di mana metoda pertanian menerapkan minimum tillage, penutup tanah dengan mulsa jerami, penggunaan irigasi tetes untuk efisiensi penggunaan air dan penggunaan bahan organik untuk meningkatkan kapasitas tanah dalam menyimpan air. Selain itu teknologi hidroponik Smart Watering Unpad juga diluncurkan dalam upaya hemat air dan tepat nutrisi.
ADVERTISEMENT

Pemetaan Dampak Kekeringan

Persebaran dampak kekeringan terlihat pada peta sebaran wilayah secara spasial dan pada grafik menunjukkan sebaran temporal dengan indeks kekeringannya
Pada penelitian pemetaan dampak kekeringan. Dampak negatif dari kekeringan dapat dilihat dengan pendekatan indeks kekeringan Thornthwaite sebagai acuan untuk mengetahui tingkatan wilayah dan selain itu dilakukan analisis spasial untuk mengetahui persebaran wilayahnya. Kekeringan dapat terlihat pada peta dengan diberikan kategori, berat hingga ringan dan dilihat persebarannya secara spasial maupun temporal (bulanan). Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mengetahui persebaran wilayah kekeringan berdasarkan indeks kekeringan.
Kunci dalam run off harvesting adalah memperkirakan rasio lahan tangkapan air dengan lahan budidaya yang akan di irigasi dengan air hasil pemanenan air hujan.

Pemanenan Air Hujan

Pemanenan Air Limpasan (RunOff Harvesting) merupakan teknologi menangkap/memanen, mengumpulkan dan mengelola air limpasan permukaan untuk tujuan produktif. Pada lahan pertanian air yang dipanen dapat digunakan sebagai sumber air alternatif untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Dengan menghitung perbandingan antara kebutuhan air tanaman dengan koefisien run off/limpasan air permukaan, hujan rencana dan faktor efisiensi, dapat memperkirakan rasio lahan tangkapan air dengan lahan yang akan dibudidayakan dengan air hasil pemanenan air hujan.
ADVERTISEMENT
Selain itu pada pemanenan air hujan di atap bangunan, air hasil panen hujan dimanfaatkan untuk menanam tanaman secara hidroponik, di mana air yang jatuh di atap bangunan dikumpulkan dalam tangki-tangki penampungan berukuran 10.000 liter sejumlah 4 tangki. Dengan curah hujan yang cukup tinggi dapat memfasilitasi untuk kebutuhan air untuk budidaya tanaman hidroponik selama satu tahun.

Penanggulangan Cekaman Kekeringan dan Hemat Air

Penelitian dalam menanggulangi cekaman kekeringan dan hemat air dilaksanakan pada puncak musim kemarau, dan diberikan beberapa perlakuan/treatment, untuk menahan kelembaban air dan efisiensi pemberian air sehingga hemat air. Adapun perlakuan dilakukan dengan Pot Tillage, Mulsa jerami, dan Interval Irigasi dengan irigasi tetes.
Cekaman kekeringan dan hemat air dilakukan dengan beberapa metode seperti Pot Tillage, Mulsa jerami dan Interval Irigasi dengan irigasi tetes.

Smart Watering UNPAD

Merupakan Inovasi produk Hidroponik Kit, dengan prinsip Self Watering System, atau penyediaan air secara otomatis. Prinsip ini memanfaatkan gaya gravitasi, hukum archimedes dan kapilaritas untuk mengalirkan dan mengontrol larutan nutrisi dari tandon ke akar tanaman. Prinsip ini juga bebas energi listrik dan ramah lingkungan. Seperti yang kita ketahui, bahwa budidaya hidroponik merupakan kultur air dan nutrisi juga secara tepat diberikan pada akar tanaman, sehingga kebutuhan air dan nutrisi memang benar-benar sangat efisien sesuai kebutuhan tanaman.
Smart Watering Unpad memiliki beberapa tipe instalasi, mulai dari peruntukan tanaman sayuran, buah-buahan hingga tanaman sayuran secara komersial.
Demikianlah beberapa strategi yang dapat dijalankan oleh petani dan masyarakat. Strategi mengatasi dampak El Nino terhadap pertanian, seperti yang disosialisasikan oleh Kementerian Pertanian Indonesia, mencakup pendekatan komprehensif untuk memitigasi dampak El Nino terhadap produksi padi.
ADVERTISEMENT
Strategi tersebut antara lain memetakan dampak El Nino untuk mengambil langkah strategis dalam menjaga produksi padi, memaksimalkan produksi padi di wilayah yang pengaruh El Nino lemah, dan menerapkan praktik tata kelola irigasi seperti irigasi bergilir, penggunaan sumber air, dan normalisasi saluran.
Selain itu, Gerakan Nasional Penanganan Dampak El Nino meliputi perluasan areal tanam, percepatan penanaman, dan penggunaan metode traktor dalam pengolahan lahan. Selain itu, upaya upaya penelitian telah diarahkan pada penyediaan sumber air, pemetaan daerah yang terkena dampak kekeringan, dan pengembangan teknologi hidroponik penyiraman cerdas untuk mengurangi tekanan kekeringan dan menghemat air.
Strategi multifaset ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan produksi beras dalam menghadapi El Nino, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap ketahanan pangan dan produksi pertanian berkelanjutan.
ADVERTISEMENT