Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Arah dan Tujuan Tren Artis Akuisisi Klub Sepak Bola
28 Maret 2022 13:56 WIB
Tulisan dari Vernanda Kholiqul Bahru Rizki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada bulan Maret 2021 artis terkenal tanah air, Raffi Ahmad menambah pundi-pundi bisnisnya pada ranah olahraga. Raffi Ahmad resmi mengambil alih kursi kepemimpinan dari sebuah klub sepak bola kasta liga 2, Cilegon United.
ADVERTISEMENT
Dalam proses akuisisi tersebut, pemilik RANS Entertainment tersebut bekerja sama dengan dengan Prestige Motorcars milik Rudy Salim. Hasil kerja sama tersebut di buktikan langsung dengan mengganti nama klub kebanggaan warga Cilegon itu menjadi RANS Cilegon FC.
Fenomena ini menjadi pemicu beberapa artis lainnya mengikuti jejak Raffi Ahmad dalam mengakuisisi klub sepak bola. Beberapa pekan yang lalu artis tanah air lainnya Gading Marten, juga dikabarkan resmi mejabat sebagai vice presiden Persikota Tangerang yang berlaga di kasta ketiga sepakbola Indonesia. Masuknya Gading Marten ke klub Persita Tangerang juga di susul aktris Prilly Latuconsina yang mengakuisisi kepemilikan klub sepak bola Persikota Tangerang. Dalam waktu yang berdekatan, artis sekaligus youtuber Atta Halilintar juga mempublikasikan dan mengkonfirmasikan melalui akun instagram pribadinya, bahwa ia baru saja mengakuisisi klub sepak bola kasta liga 2 Indonesia bernama AHHA PS Pati FC.
ADVERTISEMENT
Dari kejadian ini, kemungkinan besar akan ada artis lainnya yang turut mengambil alih kepemilikan dari klub sepak bola kebanggaan asal kota kita.
Tapi fenomena ini menimbulkan pertanyaan menarik bagi para penggemar sepak bola, apakah para artis itu benar-benar berniat untuk mengembangkan klub kebanggaan kita atau ada motif tertentu?. Apakah mereka bisa bertahan di tengah permasalahan sepakbola tanah air yang tak kunjung usai ini?
Berawal dari pertanyaan tersebut, kita bisa mengingat kembali fenomena dimana para artis juga melakukan kegiatan yang sama dalam pengembangan bisnis dan karir. Kita dapat berkaca dari tren 'kue artis' dan artis yang terjun ke dunia politik, maka sudah menjadi hal wajar para penggemar sepak bola Indonesia menjadi resah atas campur tangan nya para artis dalam ranah sepak bola. Keresahan itu menjadi hal yang wajar jika artis-artis yang mengakuisisi klub sepak bola itu diasumsikan hanya ingin ikut-ikutan karena sesama artis atau ada sangkut paut terkait engagement baik untuk diri mereka sendiri sebagai publik figur ataupun untuk konten promosi seperti klub sepak bola PS Pati yang berganti nama menjadi AHHA PS Pati. Kejadian tersebut membuat saya dan penggemar sepak bola dapat berburuk sangka.
ADVERTISEMENT
Dalam hal bisnis proses akuisisi memang hal yang sangat wajar. Setiap pelaku bisnis juga dapat dengan bebas menentukan arah bisnis nya masing-masing. Dalam segi kekuatan finansial, para artis juga memiliki kemampuan yang bisa mengambangkan sebuah klub sepak bola terlebih lagi klub yang mereka akuisisi merupakan klub yang berada pada kasta ke 2 liga Indonesia.
Akan tetapi keraguan para penggemar sepak bola Indonesia tidak datang begitu saja. Para penggemar berharap orientasi bisnis sepak bola yang di mulai oleh artis tanah air dapat seimbang dengan perkembangan klub yang di kelolanya.
Melihat dari yang sudah-sudah, dan berkaca dari artis yang terjun ke bisnis. Perkembangan bisnis para artis mengikuti tingkat kepopulerannya pada dunia entertainment, kalau kepopuleran si artis meredup maka bisnis itu juga bisa terancam terganggu.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini bukan ditujukan untuk meremehkan kemampuan manajemen bisnis para artis, terutama Raffi Ahmad yang sukses dengan RANS Entertainment. Tapi melihat kondisi kompetisi sepak bola di Indonesia yang begitu banyak masalah dalam berbagai hal, membuat para penggemar khawatir akan datangnya para artis yang mengakusisi klub kebanggaan kota mereka.
Besarnya pengaruh para publik figur ditambah kekuatan suporter dari klub yang dikelolanya menjadikan klub tersebut rentan dieksploitasi para pemilik modal untuk kepentingan pribadinya. Kita sebagai penggemar sepak bola hanya bisa berharap klub sepak bola yang di akuisisi dapat berkembang semakin baik ke depannya.