Konten dari Pengguna

Kesalahan Penulisan pada Baliho Kuliner di Indonesia

I Veni
Mahasiswi Sastra Indonesia dari Universitas Pamulang
13 November 2022 14:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Veni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto bakso || sumber: unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto bakso || sumber: unsplash.com
ADVERTISEMENT
Bahasa menjadi alat komunikasi yang menghubungkan manusia yang satu dengan yang lainnya. Dengan bahasa, kita bisa berkomunikasi dan memahami maksud dari ujaran atau perkataan lawan bicara. Begitupun dalam dunia tulis, bahasa menjadi jembatan yang menghubungkan antara penulis dengan pembaca.
ADVERTISEMENT
Penguasaan bahasa yang baik dan sesuai ejaan sangat diperlukan dalam ragam tulis, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau salah penafsiran oleh pembaca.
Namun kenyataannya, masih sering kita jumpai berbagai kesalahan berbahasa terutama pada ragam tulis di sekitar kita. Untuk itulah penyuntingan sangat diperlukan.
Penyuntingan sendiri merupakan suatu kegiatan dalam upaya membenarkan atau mengoreksi kesalahan berbahasa pada ragam tulis.
Pada kesempatan ini, akan dibahas beberapa kesalahan ejaan yang ditemukan pada media luar ruangan. Sesuai namanya, media ini adalah media yang ditempatkan di ruang terbuka. Yang termasuk ke dalam media jenis ini adalah baliho, spanduk, billboard, brosur, poster, dan sebagainya.
Untuk lebih spesifiknya, dalam tulisan ini akan dilakukan penyuntingan pada media luar ruangan berjenis spanduk yang mengandung kesalahan-kesalahan berbahasa pada menu kuliner kaki lima di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah serangkaian data yang ditemukan.
Kesalahan pertama yang sering kita jumpai adalah pada penulisan makanan favorit sejuta umat yang berbahan dasar daging, yakni bakso. Masih marak ditemui kesalahan dalam menuliskan nama makanan satu ini, dengan menuliskan kata baso. Padahal, jika merujuk pada KBBI, penulisan yang benar adalah bakso.
Kesalahan kedua, yang sering kali dijumpai adalah penambahan huruf "e" pada kata mi, padahal penulisan yang sesuai pedoman kebahasaan adalah mi tanpa "e". Maraknya kesalahan ini merupakan dampak dari penggunaan kata mie pada salah satu nama produk mi instan ternama asal Indonesia.
Terdapat banyak variasi dari penulisan makanan satu ini, ada yang menulisnya dengan kuetiau, kwetiaw, atau kwetiau. Sedangkan, di dalam KBBI, penulisan yang benar adalah kwetiau.
ADVERTISEMENT
Martabak terbagi ke dalam dua jenis, yaitu martabak manis dan martabak telur. Kesalahan berbahasa bisa temui pada kedua jenis martabak ini.
Kesalahan pertama ada pada jenis varian toping martabak manis, yaitu varian cokelat. Kata cokelat lebih sering ditulis menjadi coklat, padahal ini tidaklah sesuai dengan yang tercantum pada kaidah kebahasaan. Penulisan yang benar dan sesuai KBBI adalah cokelat yang bermakna gula-gula yang dibuat dari bubuk cokelat.
Kesalahan selanjutnya ada pada penulisan martabak telur, yang umumnya lebih sering ditulis menjadi martabak telor. Kata "telor" lebih sering digunakan karena kata ini merupakan bentuk tidak baku yang biasa digunkanan oleh masyarakat dalam percakapan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Sama halnya seperti kasus penggunaan kata "telor". Penggunaan kata "ijo" dan "item" juga merupakan bentuk kosakata non-baku yang biasa digunakan masyarakat dalam percakapan sehari-hari.
Untuk bentuk bakunya sendiri adalah hijau dan hitam, sehingga penulisan yang benar adalah bubur kacang hijau dan ketan hitam.
Penulisan pada makanan khas Palembang ini masih sering mengalami salah penulisan menjadi mpek-mpek, padahal bentuk penulisan yang benar adalah pempek. Kesalahan ini terjadi karena kata pempek saat dibaca terdengar seperti mpek-mpek yang mengakibatkan kesalahan dalam penulisannya.
Kata geprek merupakan bentuk tidak baku dari kata geprak, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata geprak berarti tiruan bunyi galah dipukulkan ke kelompok dahan dan daun dengan keras.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada baliho makanan di Indonesia masih sering dijumpai kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi yang berkaitan dengan penulisan kosakata.