Konten dari Pengguna

Gunakan Pupuk Organik Alami Dalam Smart Farming, Petani Ini Curi Perhatian

kkncibodas335
KKN SISDAMAS 2024 UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
22 Agustus 2024 9:11 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari kkncibodas335 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar 1.1 : Kunjungan Smart Farming Milik Pak Dado
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1.1 : Kunjungan Smart Farming Milik Pak Dado
ADVERTISEMENT
Smart Farming merupakan inovasi dan transformasi pertanian dengan teknologi canggih. Salah satu jenis teknik pertanian yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan manusia guna mendorong kerja para petani sehingga budi daya pertanian menjadi lebih efektif, terukur, dan efisien. Penerapan smart farming mendapat respons positif, terutama dari petani yang sudah mengadopsi metode ini. Teknologi ini mendukung petani dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas dalam hasil panen mereka.
ADVERTISEMENT
Inovasi masyarakat dalam menciptakan terobosan baru dalam sektor pertanian mendapat perhatian dari Dinas Provinsi Jawa Barat, hingga pada tahun 2024 mengirimkan bantuan teknologi untuk mendukung pertanian di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Dilansir dari wawancara yang lain, Kepala Desa Cibodas, Bapak Dindin Sukaya mengatakan Desa Cibodas yang berfokus pada hasil pertanian dan perkebunan mulai mengembangkan pertanian digital yang disebut sebagai Smart Farming, dengan memanfaatkan smartphone sebagai media digital untuk membantu memonitor proses pertanian.
Dengan adanya teknologi smart farming memberikan berbagai macam kemudahan dalam proses pertanian diantaranya pemupukan, penyiraman, pembuatan kabut, serta hujan buatan yang dilakukan melalui aplikasi yang terdapat di smartphone. Dengan teknologi tersebut membantu menghemat tenaga kerja para petani.
ADVERTISEMENT
Pak Dadang atau kerap disapa Pak Dado (54) merupakan salah satu petani yang melakukan budi daya pertanian smart farming di Desa Cibodas. Terdapat 9 titik aktif bantuan teknologi smart farming dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk budi daya pertanian di desa ini, namun yang unik hanya Pak Dado seorang yang menggunakan pupuk organik bahan alami sebagai nutrisi pertanian.
"Alasan banyak orang memakai pupuk kimia adalah karena tidak percaya dengan pupuk alami," ungkap Pak Dado dalam wawancara saat itu.

Pupuk Organik Dengan Bahan Alami Olahan Sendiri

Gambar 1.2 : Tanaman Tomat Beef dengan Budi Daya Smart Farming
Bertani organik menggunakan teknologi smart farming serta budidaya mengacu pada SOP-GAP. GAP ialah singkatan dari Good Agriculture Practice, yang merupakan penjelasan tentang panduan cara budi daya pertanian yang baik, benar, ramah lingkungan, dan aman dikonsumsi.
ADVERTISEMENT
Pupuk organik yang digunakan dalam budi daya pertanian merupakan hasil buatan sendiri oleh Pak Dado dengan bahan-bahan alami yang terdapat di alam. Pria dengan usia terbilang tidak muda itu mengungkap alasannya memilih pupuk organik dalam budi daya pertanian Smart farming adalah karena penggunaan pupuk alami yang tidak dilarang, namun sebaliknya sangat dianjurkan. Dalam budi daya pertanian Smart Farming di Desa Cibodas ini hanya menanam satu jenis sayuran yaitu tomat beef.
Selain menggunakan pupuk buatan sendiri, Pak Dado mengungkapkan bahwa ia juga menggunakan pestisida serta bantuan bakteri untuk mengurai bahan organik menjadi pupuk. Bakteri tersebut memanfaatkan limbah dapur sehingga bisa mengolah limbah dapur yang dimiliki menjadi produk yang lebih bermanfaat.
"Ada 2 jenis pupuk yang saya buat, pertama namanya Pupuk Organik Genjah dan kedua Pupuk Organik Flash, yang membedakan antara keduanya terdapat dalam komposisi pupuk itu sendiri," jelasnya. Harga Pupuk Organik Flash lebih mahal 2 kali lipat dibanding Pupuk Organik Genjah, karena komposisi bahannya banyak menggunakan daging sapi.
ADVERTISEMENT
Dengan penggunaan pupuk organik dalam budi daya tomat beef Pak Dado menghemat waktu sekitar 1 bulan lebih cepat. Jika waktu normal panen biasanya 90 hari, dengan pupuk organik tanaman milik Pak Dado siap panen dalam kurun waktu sekitar 65 hari saja.
"Smart farming tidak mempercepat waktu panen, namun semua itu kembali lagi kepada para petani dalam budi daya pertanian," ujarnya
Untuk hasil panen milik Pak Dado berbeda dengan milik petani lain. Hal ini dipengaruhi oleh nutrisi yang diberikan dalam tanaman atau pupuk. Walaupun jenis sayuran yang ditanam serta ukuran dan bentuk yang sama, namun untuk berat hasil panen buah tersebut dapat berbeda.

Smart Farmer Untuk Memajukan Pertanian Pintar

Pak Dado mengungkapkan, "Sebelum turun ke dalam smart farming harus mengetahui tentang smart farmer. Karena edukasi terhadap petani terkait digitalisasi dalam sektor pertanian harus dilakukan sebelum pengadaan smart farming."
ADVERTISEMENT
Edukasi dan penyuluhan kepada para petani adalah hal utama sebelum terjun ke dalam budi daya pertanian smart farming. Karena sangat disayangkan jika teknologi sudah mendukung namun pemakai tidak bisa menggunakannya dengan baik.
Berdasarkan wawancara dengan Pak Dado, di Desa Cibodas belum ada penyuluhan mendalam mengenai smart farming, di awal para petani belajar secara mandiri dalam budi daya pertanian Smart Farming.
"Harus ada smart farmer (petani pintar), percuma kalau ada smart farming tapi petani tidak memadai," ungkap Pak Dado.
Agar petani mampu menggunakan teknologi dibutuhkan pelatihan yang intensif dengan melibatkan penyuluh. Masa depan pertanian Indonesia adalah pertanian yang cerdas berbasis teknologi. Dengan adanya smart farming ini diharapkan dapat memproduksi hasil panen yang berkualitas dengan waktu dan biaya produksi seefisien mungkin.
ADVERTISEMENT