Konten dari Pengguna

Absurditas dalam Rutinitas

Khardi Ansyah
Redaktur adakreatif.id
8 Juni 2023 9:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khardi Ansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sehari-hari atau rutinitas, absurditas kadang menjadi momok yang cukup menakutkan untuk setiap individu. Bagaimana realitas berjalan kadang tidak sesuai dengan harapan-harapan yang dibuat.
ADVERTISEMENT
Kita sebagai manusia, sering kali berusaha untuk mencari makna dan tujuan dari apa yang kita lakukan. Namun sering kali juga kita mendapati bahwa hidup ini bisa sangat absurd, dan merasa bahwa apa yang kita lakukan tidak memiliki makna atau tujuan yang jelas, atau bahkan tidak masuk akal.
Contoh lain yang paling mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika kita bekerja. Sebagian besar dari kita bekerja untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Namun, seiring berjalannya waktu, kita merasa bahwa pekerjaan kita tidak memberikan kepuasan atau bahkan terasa tidak masuk akal. Lalu kembali bertanya, "apa artinya semua ini?" atau "untuk apa saya bekerja keras jika akhirnya tidak mendapatkan kebahagiaan atau kepuasan yang saya inginkan?"
ADVERTISEMENT
Absurditas atau absurdisme berasal dari kata "absurd", yang ketika didengar akan membuat kita berpikir tentang sesuatu yang tidak jelas. Secara etimologi, "absurd" berarti sesuatu yang aneh dan tidak koheren dalam bahasa Latin, dan dalam konteks filosofis, biasanya merujuk pada sesuatu yang tidak logis atau tidak rasional, tidak dapat dianalisis.
Namun, meskipun memiliki makna tertentu, absurditas sulit dipahami dan tidak dapat dibandingkan dengan kenyataan dan pengalaman hidup. Kita bisa membayangkannya dalam pikiran kita, namun sulit diterapkan dalam kehidupan nyata.
Secara filosofi absurdisme masuk dalam kajian filsafat post-modern, yaitu cabang dari filsafat eksistensialisme. Berbicara absurdisme secara filsafat, kita akan menemukan salah satunya, Albert Camus.
Dalam karyanya yang berjudul "Mitos Sisifus", Albert Camus mencoba menggambarkan pergulatan manusia dalam menghadapi absurditas. Camus mempertanyakan bentuk ke-absurditas-an, dasar dari suatu absurditas, dan apakah ke-absurditas-an tidak memiliki dasar dalam kehidupan manusia?
ADVERTISEMENT
Absurditas dilahirkan karena adanya konfrontasi antara beberapa hal dan muncul ketika nalar tidak mampu menyatukan atau menyusun hal-hal tersebut menjadi satu pemahaman logis atau terstruktur. Menurut Camus dalam bukunya "Mitos Sisifus" (1942), absurditas berada tepat di tengah jalinan kontradiksi.
Absurditas tidak mungkin berada di luar manusia dan dunianya, melainkan mengikat manusia dengan dunianya. Sebagai contoh, ketika manusia menghadapi kondisi di mana realitas dan patokan idealisme sedang bertabrakan, manusia akan mencari kebenaran atau kesalahan dari kondisi tersebut.
Apabila nalar belum menemukan jawaban, maka absurditas tercipta. Kondisi tersebut dapat menimbulkan nilai yang diputuskan oleh manusia, namun jika jawaban belum ditemukan, maka terciptalah absurditas.
Absurditas adalah hasil dari fakta bahwa logika terus bergerak, sedangkan realitas tidak akan pernah dapat sepenuhnya dipahami oleh logika. Kehilangan salah satu elemen perbandingan akan menghilangkan absurditas.
ADVERTISEMENT
Absurditas hanya muncul ketika ada dua elemen yang saling bertentangan, dan kepastian akan muncul jika salah satu elemen tersebut hilang. Namun, absurditas tidak dapat lagi dianggap sebagai masalah benar atau salah, karena ia melampaui batas nalar.
Sebaliknya, absurditas menjadi titik yang selalu dicari oleh logika. Keberadaan absurditas menyebabkan nalar terus bergerak, dan absurditas akan semakin membesar ketika perbedaan antara elemen perbandingan semakin besar.
Namun, absurditas tidaklah sia-sia seperti yang mungkin terlihat. Ia bersifat tak terbatas. Camus menggunakan "Mitos Sisifus" untuk menggambarkan kondisi ini. Dalam mitos tersebut, Sisifus adalah seorang raja yang bijaksana dari Korintus.
Ia memberi tahu kepada Asofus bahwa putrinya telah diculik oleh Zeus, yang membuat Zeus marah dan mengutuk Sisifus untuk menggulung batu ke puncak gunung. Namun, setiap kali Sisifus mencapai puncak gunung, batu tersebut jatuh dan Sisifus harus menggulungnya kembali ke puncak gunung.
ADVERTISEMENT
Tindakan ini berulang-ulang selamanya. Dalam konteks fungsional, apa yang dilakukan Sisifus mungkin terlihat seperti suatu yang sia-sia.
Camus berpendapat bahwa tindakan yang dilakukan oleh Sisifus melambangkan absurditas dalam kehidupan manusia. Meski Sisifus mengalami kutukan untuk terus mengangkat batu ke puncak gunung, ia menyadari bahwa tindakannya itu adalah suatu bentuk ke-absurditas-an yang tak terhindarkan.
Namun, Sisifus juga menjadi gambaran dari absurditas dalam usaha manusia selama hidup di dunia ini. Apapun manfaat, fungsi, dan akibat dari kehidupan manusia, pada akhirnya manusia akan menghadapi kematian yang membuktikan bahwa hidup manusia memang disesaki ke-absurditas-an.
Namun, menurut Camus, kisah Sisifus tidak semata-mata kesia-siaan tanpa nilai. Ia justru mengajak kita untuk melihat Sisifus sebagai sosok yang bahagia dalam perjalanan menuju puncak gunung. Bagi Sisifus, mengangkat batu itu adalah sebuah dunia tak terbatas yang tak pernah habis dijelajahi manusia.
ADVERTISEMENT
Sisifus selalu kembali mengambil batu, dan hal ini bisa diartikan sebagai manusia yang kembali kepada dunianya. Tindakan Sisifus dalam mengangkat batu juga bisa diartikan sebagai konfrontasi manusia dengan absurditas dalam hidupnya.
Meski konfrontasi itu penuh dengan kesedihan, perjuangan, kerinduan, dan pemberontakan, namun itulah yang membuat manusia hidup. Dalam proses konfrontasi itulah manusia menemukan kesakitan dan nilai utama dari kesakitan itu, yang Michaelangelo sebut sebagai agony and ecstasy.
Dalam hal ini, Sisifus bukan hanya menjadi raja dan terkutuk, tapi juga menjadi legenda yang menginspirasi kita untuk menemukan makna hidup dalam ke-absurditas-an.
Dalam beberapa hal, absurditas dalam hidup dapat membawa dampak positif dalam hidup kita. Sebagai contoh, seringkali kita dapat belajar hal-hal baru atau melihat sisi lain dari suatu masalah melalui pengalaman hidup yang terasa absurd. Melalui pengalaman-pengalaman ini, kita dapat memperluas wawasan kita dan memperkaya kehidupan kita.
ADVERTISEMENT
Di akhir, absurditas adalah sebuah konsep yang seringkali ditemukan dalam hidup kita. Meskipun hidup terkadang terasa tidak masuk akal atau tidak memiliki makna yang jelas, kita harus selalu berusaha untuk mencari makna dan tujuan dalam hidup kita. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup dengan lebih berarti dan bahagia.