Konten dari Pengguna

Question Trap Gibran

Konfridus R Buku
Dosen Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM) Santa Ursula Ende
27 Desember 2023 12:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Konfridus R Buku tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi question trap. Foto:Drimestime.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi question trap. Foto:Drimestime.com
ADVERTISEMENT
Debat kedua Pilpres 2024 telah diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 22 Desember 2023 bertempat di Jakarta Convention Center (JCC). Debat kedua ini menghadirkan ketiga calon wakil presiden yakni Muhaimin Iskandar cawapres nomor urut 1, Gibran Rakabumingraka cawapres nomor urut 2, Mahfud MD cawapres nomor urut 3. Debat kedua pilpres 2024 ini menjadi moment pertama bagi para cawapres beradu argumentasi mengenai visi misi di bawah tema "Ekonomi (ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital), Keuangan, Investasi Pajak, Perdagangan, Pengelolaan APBN-APBD, Infrastruktur, dan Perkotaan".
Cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka, cawapres nomor urut 01 Muhaimin Iskandar, dan cawapres nomor urut 03 Mahfud MD usai debat calon wakil presiden Pemilu 2024 di JCC, Jakarta, Jumat (22/12/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka, cawapres nomor urut 01 Muhaimin Iskandar, dan cawapres nomor urut 03 Mahfud MD usai debat calon wakil presiden Pemilu 2024 di JCC, Jakarta, Jumat (22/12/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Debat cawapres kali ini menghadirkan hal-hal yang menarik untuk ditelaah lebih jauh terutama berkaitan dengan metode dan strategi-strategi yang digunakan dalam mengcounter lawan debat dari masing-masing kandidat. Muhaimin Iskandar misalnya hadir dengan gimik 'slepetnomicnya' yang menjadi branding khusus cawapres nomor urut 1. Slepetnomic ini menjadi strategi Cak Imin dalam usaha menarik minat para pemilih agar mudah diingat dan dipahami. Atau semisalnya juga Mahfud MD yang tampil dengan gaya 'kemaduraanya' yang khas dan menjadi strategi yang digunakan untuk menarik suara pemilih Jawa Timur terutama dalam melawan rivalnya Cak Imin. Hal yang berbeda dan menjadi kejutan politik dalam debat kedua kali ini terutama datang dari cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka. Gibran tampil begitu apik, penuh strategis dan begitu agresif. Gimik politik Gibran ini kemudian menjadi viral dan menjadi tranding topic dalam berbagai linimasa.
ADVERTISEMENT
Gibran dinilai cukup memukau dan tampil sangat prima dalam debat cawapres kali ini. Gibran seringkali harus berhadapan dengan sejumlah stereotipe yang dilayangkan kepadanya mulai dari pencalonannya sebagai hasi dari 'mahkamah keluarga', hingga ia sering dicap 'planga-plongo' serta dianggap masih 'ingusan'. Gibran juga bahkan sempat dianggap tidak layak menjadi cawapres, misalnya hasil survei Charta Politika pada 26-31 Oktober 2023 menunjukkan, hampir separuh responden atau 48,9 persen responden menganggap Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka tidak pantas untuk menjadi calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2024 (kompas.com, 6 November 2023). Dalam debat kali ini Gibran seakan-akan berusaha mematahkan sejumlah stereotipe yang dilayangkan kepadanya. Gibran tampil dengan sejumlah data yang, penuh intrik, percaya diri serta mampu menguasai materi debat dengan baik. Penampilan apik Gibran merupakan pukulan keras Gibran bagi sejumlah kritikus yang menganggap Gibran tidak mampu berdebat atau takut berdebat dengan para seniornya. Hal ini yang sempat dikaitkan dengan pro kontra formasi debat yang dikeluarkan oleh KPU beberapa waktu yang lalu di mana debat cawapres harus didampingi oleh capres.
Gibran Rakabuming Raka Cawapres nomor urut 2 saat mengajukan pertanyaan kepada Muhaimin Iskandar cawapres nomor urut 1 dalam debat cawapres, Jumad (22/12/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Dari sejumlah hal menarik dari penampilan Gibran dalam debat cawapres nampak bahwa Gibran beberapa kali seakan-akan memberikan sejumlah statement atau pertanyaan yang kontroversial dan menimbulkan perdebatan. Moment menarik itu misalnya ketika Gibran bertanya kepada Cak Imin mengenai langkah-langkah meningkatkan peringkat Indonesia di SGIE. "Gus Muhaimin Ketua Umum dari partai PKB, saya yakin sekali Gus Muhaimin paham sekali untuk masalah ini. Bagaimana langkah Gus Muhaimin untuk menaikkan peringkat Indonesia di SGIE ? tanya Gibran kepada Cak Imin (kompas.com, 23 Desember 2023).
ADVERTISEMENT
Cak Imin tidak memahami dan tidak menangkap maksud pertanyaan yang dilontarkan Gibran mengenai SGIE. Cak Imin mengaku kebingungan dengan pertanyaan yang dilontarkan cawapres nomor urut 2 itu. "Terus terang saya tidak paham SGIE itu apa?" (kumparan.com, 23 Desember 2023). Selanjutnya Gibran menjelaskan bahwa SGIE merujuk pada "State of Global Islamic Economy,". Saat ini kata Gibran, Indonesia tengah fokus mengembangkan ekonomi syariah, terutama dalam sektor fashion, skin care, dan makanan halal. Setelah mendapatkan informasi tersebut, Cak Imin pun menyampaikan penjelasanya tentang "State of Global Islamic Economy".
Mahfud MD Cawapres nomor urut 3 saat debat cawapres mengenakan pakaian ada Madura. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Gibran juga melontarkan pertanyaan mengenai regulasi dalam bidang teknologi CCS kepada cawapres nomor urut 3, Mahfud MD. Gibran kembali tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai istilah atau singkatan CCS. Mahfud MD menjawab dengan merinci proses regulasi pembuatan undang-undang yang dilengkapi dengan naskah akademik. Gibran kemudian menilai bahwa jawaban Mahfud tidak relevan dengan pertanyaannya. Hal tersebut menyebabkan ketidaknyambungan dalam perdebatan keduanya (antaranews.com, 23 Desember 2023). CCS merupakan salah satu teknologi mitigasi pemanasan global dengan cara mengurangi emisi CO2 ke atmosfer. Teknologi tersebut merupakan rangkaian pelaksanaan proses yang terkait satu sama lain, mulai dari pemisahan dan penangkapan (capture) CO2 dari sumber emisi gas buang (flue gas).Begitu pula dengan pengangkutan CO2 tertangkap ke tempat penyimpanan (transportation), dan penyimpanan ke tempat yang aman (storage) (CNN Indonesia, 23 Desember 2023).
ADVERTISEMENT
Pertanyaan dan pernyataan Gibran kepada kandidat lainnya oleh banyak kalangan dinilai sebagai jebakan atau question trap. 'Question trap' Gibran ini menuai pro dan kontra dari sejumlah kalangan. Banyak kalangan menilai bahwa question trap yang digunakan oleh Gibran merupakan taktik yang juga pernah digunakan oleh Joko Widodo sang ayah dalam pemilu 2014 dan 2019. Hal tersebut terutama dinyatakan oleh Hasto Kristiyanto Sekjen PDIP bahwa Gibran mengulangi strategi Jokowi saat debat capres di 2014 dan 2019 saat berhadapan dengan Prabowo yakni memberi question trap atau pertanyaan menjebak. Ia menilai hal itu tak menunjukkan iktikad baik dalam debat. "Ya sebenarnya kalau mau melihat niat baik, tidak ada question trap, itu sebenarnya bisa dijelaskan di depan tentang singkatan-singkatan seperti itu," kata Hasto "Tapi, ini kan suatu pengulangan dari apa yang dilakukan Pak Jokowi pada tahun 2014 ke Pak Prabowo dan Hatta," lanjut Hasto (kumparan.com, 23 Desember 2023).
ADVERTISEMENT
Pada debat Pilpres 2014 Jokowi sempat bertanya ke Prabowo soal langkahnya meningkatkan peran TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah), tanpa menjabarkan lebih jauh singkatan TPID. Akibatnya Prabowo pun saat itu bertanya balik ke Jokowi soal kepanjangan TPID dan mengakui ia tidak hafal setiap singkatan. Sedangkan pada Pilpres 2019 Jokowi juga melakukan modus yang sama. Dia menanyakan kepada pasangan Prabowo bagaimana cara menumbuhkan star-up unicorn di Indonesia, juga tanpa didahului oleh penjelasan. Hal itu telah membuat Prabowo kesulitan menjawabnya.
Andi Widjajanto Deputi 5.0 TPN Ganjar-Mahfud juga menyinggung bahwa sejumlah istilah yang dipakai Gibran dalam debat cawapres merupakan teknik yang sama yang pernah dipakai Jokowi ketika debat capres pada 2014. Andi Widjajanto saat itu tergabung dalam tim sukses Jokowi ketika mencalonkan diri sebagai presiden. “Dulu teknik itu dipakai Pak Jokowi memang di debat. Itu membuat kami timnya trauma sebetulnya ketika teknik itu dipakai pak Jokowi,” (kumparan.com, 23 Desember 2023).
ADVERTISEMENT
Banyak pihak yang kemudian sepakat dengan Hasto Kristiyanto dan Andi Widjajanto bahwa Gibran rupanya meniru taktik yang pernah digunakan Jokowi terutama dalam upaya mengcounter lawan debatnya. Entah ini merupakan taktik warisan Jokowi atau Gibran hanya secara spontan berupaya menguasai panggung debat, namun pada prinsipnya bahwa question trap sangat tidak etis dalam sebuah debat politik. Ketika seseorang mengajukan pertanyaan yang berbentuk singkatan tanpa menjelaskan kepanjangannya maka hal tersebut bisa dikatakan sebagai jebakan yang merugikan dan menjatuhkan lawan debatnya. Dikutip dari Tempo.co question trap merupakan strategi manipulatif yang menggunakan pertanyaan untuk mengarahkan merusak reputasi seseorang. Ini menjadi sorotan dalam dinamika komunikasi kontemporer. Dalam dunia media sosial dan debat, question trap sering digunakan untuk menciptakan kontroversi atau menarik perhatian dengan cara yang merugikan. Question trap juga dapat menghambat dialog. Ketika pertanyaan digunakan tidak untuk mencari pemahaman, tetapi untuk menyerang atau memojokkan, ruang bagi perdebatan yang produktif menjadi terbatas (Tempo.co, 26 Desember 2023). Question trap dalam debat merupakan pertanyaan atau pernyataan yang berusaha mengarahkan lawan debat untuk terperangkap dalam jebakan-jebakan statement atau pertanyaan dengan tujuan untuk menjatuhkkan lawan debat.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks teori komunikasi politik, pertanyaan atau pernyataan yang menggunakan singkatan tanpa penjelasan detailnya dapat menyebabkan interpretasi yang beragam atau penafsiran yang subjektif. Orang dapat menafsirnya secara variatif bahkan tidak mampu menafsirnya. Konsep ini dapat dipahami melalui lensa komunikasi simbolik dan bagaimana pesan politik dapat bervariasi dalam pemahaman dan interpretasi oleh masyarakat. Dalam teori komunikasi politik, penting untuk memahami bahwa komunikasi bukan hanya tentang apa yang disampaikan oleh pengirim pesan, tetapi juga tentang bagaimana pesan itu diterima dan diinterpretasi oleh penerima pesan. Jika singkatan digunakan tanpa penjelasan yang memadai, hal itu dapat menciptakan ketidakjelasan dan ketidakpastian bahkan menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif.
Komunikasi politik juga menjadi sebuah kunci kesuksesan dalam kegiatan politik. Salah satu bentuk komunikasi politik ialah retorika politik. Sejalan dengan hal di atas Aristoteles dalam teori retorika politik menyatakan bahwa retorika politik terdiri atas tiga komponen yaitu Ethos, Logos, dan Pathos. Ethos adalah karakter, intelegensi, dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara. Pathos adalah bukti emosional atau emosi yang dimunculkan dari para anggota khalayak. Logos adalah bukti logis atau penggunaan argumen dan bukti dalam sebuah pidato. Ketiga komponen tersebut yang akan mempengaruhi dan menjadi tonggak keberhasilan retorika dari seseorang. Retorika Aristoteles berbicara mengenai kredibilitas, citra, integritas, niat baik, dan pesan dari seorang komunikator politik yang akan menentukan apakah masyarakat pemilih akan terpengaruh atau tidak (Umboh dkk, 2020). Debat menjadi media komunikasi politik yang mana melaluinya komunikator tidak hanya menebarkan janji manis dan berusaha menguasai lawan debatnya melainkan komunikator harus memiliki ethos, pathos dan logos. Debat bukan saran menjatuhkan lawan melainkan sarana membangun citra, integritas dan niat baik agar pesan tersampaikan dengan baik kepada khalayak.
ADVERTISEMENT
Debat sejatinya merupakan wahana bagi setiap kandidat mendalami dan menguji kadar kedalaman visi misi masing-masing kandidat. Moment debat menjadi moment untuk menarik hati pemilih melalui penyampaian visi dan misi yang terukur. Esensi debat sendiri merupakan media untuk menyampaikan ide dan gagasan secara logis dalam bentuk pendapat disertai bukti–bukti yang mendukung dari masing–masing pihak yang berdebat. Ketika debat hanya dipenuhi dengan intrik dan trik-trik hanya untuk menjatuhkan lawan maka esensi debat menjadi hilang maknanya. Question trap atau jebakan dapat menurunkan kualitas debat karena paslon disibukkan untuk menghafal singkatan dibanding substansi tema debat. Debat harus menjadi medan ilmiah bagi para kandidat untuk secara etis menyampaikan dan mempertahankan visi dan misi. Debat bukan soal kalah dan menang melainkan tentang bagaimana substansi tema debat dapat sampai secara efektif kepada para pemilih.
ADVERTISEMENT