Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ada Konflik Global, Erick Thohir Sebut Kontrak Kerja Defend ID Meningkat
20 April 2024 13:40 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Eskalasi geopolitik terus meningkat, baik antara Rusia dan Ukraina, hingga Iran dengan Israel. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan eskalasi geopolitik dunia yang memanas turut berdampak pada kontrak kerja Defend ID, Holding BUMN industri pertahanan.
ADVERTISEMENT
Holding Defend ID terdiri dari 5 perusahaan, yaitu PT Len Industri (Persero), PT Dahana, PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, dan PT PAL Indonesia.
"Pasti Defend ID akan mendapat tadi, peningkatan dari kontrak kerja. Apakah itu di maintenance, apakah itu di pengadaan," kata Erick Thohir saat media gathering di Jakarta, Sabtu (20/4).
Salah satunya adalah kesepakatan antara PT Len dengan perusahaan multinasional Prancis di bidang kedirgantaraan, pertahanan, keamanan, dan transportasi, Thales Group.
"Tapi detailnya saya enggak tahu itu dicek ke Pak Bobby (Dirut Defend ID). Saya dapat laporan juga kan Thales itu sign agreement dengan LEN untuk transfer technology dan juga perawatan maintenance macam-macam radar," kata Erick.
Pengeluaran negara-negara global untuk sektor industri pertahanan mulai meningkat di tengah banyak konflik yang memanas. Dari data Bloomberg per 16 April 2024, negara dengan estimasi persentase pengeluaran untuk sektor pertahanan di tahun 2023 lalu paling besar adalah Rusia, mencapai 4,4 persen dari PDB mereka, disusul Amerika Serikat dengan persentase 3,3 persen.
ADVERTISEMENT
Sementara di urutan ketiga dan seterusnya adalah Korea Selatan dengan estimasi 2,8 persen terhadap PDB, Inggris 2,6 persen, Iran 2,2 persen, Australia 2 persen, India 1,9 persen, Jerman 1,6 persen, Prancis 1,6 persen, Italia 1,5 persen, China 1,3 persen, Jepang dan Spanyol 1,2 persen, hingga Kanada 0,9 persen.
Sementara di Indonesia, Kementerian Pertahanan mengumumkan pembelian dua kapal perang Pattugliatore Polivante d’Altura (PPA) Paolo Thaon di Revel class. Kapal tersebut merupakan jenis kapal Offshore Patrol Vessel (OPV) atau kapal patroli lepas pantai.
Berdasarkan keterangan resmi dari Fincantieri, perusahaan yang memproduksi kapal tersebut, harga yang disepakati atas pembelian dua kapal ini senilai 1,18 miliar euro atau sekitar Rp 20,4 triliun.
"Saya yakin di pemerintahan hari ini Pak Jokowi dan Pak Prabowo pasti mereka tetap terapkan pengelolaan anggaran yang lebih baik. Saya yakin. Toh persentase dalam budget defense itu sama seperti pendidikan, ada persentase dari GDP," kata Erick.
ADVERTISEMENT
Erick juga berkomentar soal pembelian kapal perang yang dilakukan oleh Kementerian Pertahanan. Menurutnya pengadaan kapal tersebut sudah memperhatikan kebijakan TKDN yang diterapkan di Indonesia.
"Jadi jangan hanya dilihat misalnya transaksi kemarin beli kapal itu kan begini, itu bukan one time. Dan kapalnya belum datang sekarang. Itu bisa saja datang 3-4 tahun lagi. Pembayaran bisa dicicil beberapa tahun," kata Erick Thohir.
Sebelumnya, Direktur Utama (Dirut) holding BUMN Industri Pertahanan Defend ID, Bobby Rasyidin, mengatakan produk alat utama sistem pertahanan (alutsista) buatan perusahaan BUMN digemari pasar global.
"Seperti PT Dirgantara Indonesia itu CN-235 dan NC-212 sudah di mana-mana, di Afrika, di Midle East, baik di negara Asia sendiri. Lebih dari 200 unit pesawat yang kita ekspor, (tipe) 235 dan 212," kata Bobby dalam Ngopi Bareng BUMN di Kantor Kementerian BUMN, Selasa (10/10/2023).
ADVERTISEMENT
Selain itu, PT PAL juga akan mengekspor kapal LPD 163 ke Uni Emirates Arab yang kini produksinya sedang berjalan. Bobby juga mencontohkan negara Filipina yang juga banyak mengekspor alutsista berupa amunisi produksi dari PT Pindad.
"Bahkan pasukan PBB itu menggunakan kendaraan taktis yang namanya Anoa itu buatan PT Pindad," kata Bobby.