Ada Konflik Iran-Israel, Dirut BRI Usul Bentuk Banking Crisis Center

25 April 2024 11:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Sunarso, dalam konferensi pers paparan kinerja keuangan kuartal I tahun 2024, Kamis (25/4/2024).  Foto: Dok. BRI
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Sunarso, dalam konferensi pers paparan kinerja keuangan kuartal I tahun 2024, Kamis (25/4/2024). Foto: Dok. BRI
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Sunarso, menyampaikan strategi perseroan menghadapi tantangan geopolitik, termasuk adanya konflik Iran-Israel.
ADVERTISEMENT
Sunarso mengatakan situasi global saat ini memicu potensi inflasi di Amerika Serikat (AS) dan direspons oleh penyesuaian suku bunga oleh The Fed. BRI juga harus melakukan penyesuaian suku bunga itu.
Sunarso mengungkapkan bank harus menyiapkan stress test untuk memitigasi risiko yang datang dari global maupun domestik. Bahkan menurut Sunarso, apabila stress test biasanya dilakukan per tiga bulan, maka dengan munculnya sentimen geopolitik ini bisa dilakukan secara harian.
“Bahkan yang paling penting adalah menurut saya sudah perlu mungkin bank membentuk namanya unit yang temporary, ad hoc gitu. Unit yang namanya banking crisis center,” ujar Sunarso dalam konferensi pers paparan kinerja keuangan kuartal I tahun 2024 virtual, Kamis (25/4).
“Untuk apa? Untuk melakukan dan menguji stress test ini, simulasi-simulasi ini, bukan lagi mingguan tapi harian. Bahkan dalam situasi yang sangat mendesak, butuh kita melakukan evaluasinya, itu mungkin sekian jam sekali gitu,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Sunarso, simulasi tersebut sangat penting untuk memonitor peluang pasar menghadapi gejolak. Sebab, bank memiliki risiko yang tinggi.
“Bagi manajemen bank adalah kesediaan data untuk dianalisa, dibuat simulasinya, dan periode simulasinya makin krisis makin sering kita lakukan stress test. Makin normal kondisinya, makin santai kita melakukan stress test. Itu yang harus kita lakukan,” jelas Sunarso.
Sunarso menilai risiko yang paling dekat terpengaruh adalah risiko likuiditas, sehingga dapat menimbulkan biaya tinggi dari sisi biaya dana (cost of fund/CoF). Tingginya biaya tersebut akan berdampak terhadap kualitas kredit.
Stress test yang dilakukan terkait kemampuan bank dalam menyalurkan kredit, mengumpulkan likuiditas, dan menyiapkan cadangan. Jika terjadi risiko geopolitik maupun global, perbankan sudah mengalokasikan biaya dalam cadangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Perbankan Indonesia harus mempunyai kemampuan untuk melakukan simulasi dengan adanya risiko-risiko yang datang dari global maupun domestik.
“Kekuatannya terletak di kemampuan kita melakukan simulasi dan stress test. Dan hasil simulasi dan stress test itulah kita tetapkan strategi yang pas untuk menjawabnya,” terang Sunarso.
Sunarso menuturkan ekonomi Indonesia paling kuat korelasinya dengan ekonomi di China karena kekuatan korelasi antara ekonomi Indonesia dengan Amerika menurun.
“Jadi sekarang kalau terjadi korelasi di China, itu justru lebih berpengaruh,” tutur Sunarso.