Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ada Program 3 Juta Rumah, Seperti Apa Peluang Industri Semen di RI?
18 Desember 2024 11:35 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Utilitas industri semen di Tanah Air yang berada di angka sekitar 60 persen masih menjadi tantangan. Sebab, dengan angka utilitas tersebut, setiap tahunnya industri semen di Indonesia hanya mampu memproduksi 60 juta ton hingga 72 juta ton semen per tahun dari total kapasitas produksi mencapai 120 juta per tahun.
ADVERTISEMENT
Menurut Putu Nadi, pada umumnya kebutuhan semen dari proyek-proyek pembangunan infrastruktur hanya memiliki porsi 30 persen dari total produksi semen Tanah Air. Sisanya, penggunaan semen oleh masyarakat, seperti untuk pembangunan dan perbaikan rumah.
“Kebutuhan semen itu infrastruktur untuk proyek itu hanya sekitar 30 persen, yang banyak pengaruh akan semen itu adalah yang dibeli oleh masyarakat (untuk) rumah dan lain sebagainya itu mencapai 70 persen,” kata Putu di Yogyakarta, Selasa (17/12)..
ADVERTISEMENT
Menurut dia, industri semen akan semakin menggeliat dengan adanya target pemerintah bangun 3 juta rumah per tahun yang merupakan program dari Presiden Prabowo. Angka produksi saat ini dinilai masih bisa mengakomodir kebutuhan program tersebut.
Tidak hanya itu, berlanjutnya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada tahun 2025 dengan alokasi anggaran Rp 15 triliun dan proyeksi akan adanya kenaikan investasi infrastruktur sosial seperti rumah sakit dan sekolah juga digadang-gadang bisa mengerek pertumbuhan sektor ISKPBGNL.
Dari sisi tantangan, sektor ini menghadapi pelemahan ekonomi dan daya beli China berpotensi menimbulkan dumping ISKPBGN ke Indonesia. Selain itu, rencana pengurangan subsidi BBM juga dapat mempengaruhi kinerja sektor ini.
Lalu, suku bunga tinggi dan akses modal asing sulit diperoleh pelaku industri, penurunan daya beli masyarakat dan melemahnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan tingginya cost yang dikeluarkan industri untuk bahan baku/penolong juga mempengaruhi kinerja sektor ini.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, lanjut Putu, saat ini Direktorat Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin tengah mengusulkan agar ada aturan mengenai ketentuan pembangunan industri semen di daerah yang membutuhkan infrastruktur. Sebab, biaya logistik industri ini cukup diperhitungkan.
Sehingga mendekatkan industri semen kepada konsumen diharapkan bisa memangkas biaya logistik sektor ini.
“Saat ini di Maluku itu belum ada industri semen, kalau di Papua ada tapi terbatas, dan di sana juga perlu ada pembangunan-pembangunan infrastruktur, dan lain sebagainya,” terangnya.
“Sehingga kami mengusulkan supaya pembangunan pabrik semen itu hanya dapat dilakukan di wilayah Maluku dan juga di Papua,” katanya.