Antisipasi Krisis Pangan, PTPN III-Perhutani Luncurkan Bibit dan Produk Unggulan

21 September 2022 14:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury bersama Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani di Agro Plaza, Rabu (21/9). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury bersama Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani di Agro Plaza, Rabu (21/9). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III bersama Perum Perhutani meluncurkan bibit dan produk unggulan perkebunan dan perhutanan hasil riset Indonesia Plantation & Forestry Research Institute (IP-FRI) hari ini, Rabu (21/9) di Agro Plaza. Peluncuran tersebut dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi demi menjawab ancaman krisis energi dan krisis pangan.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan, produk unggulan tersebut untuk meningkatkan produksi gula, kelapa sawit dan kayu. Untuk itu, Ia berharap dengan adanya produk unggulan yang diluncurkan dapat menutupi berbagai kebutuhan pangan dan industri yang masih impor.
"Ke depannya tantangan food security dan juga energy security yang kita hadapi saat ini bisa menjadi solusi bagi Indonesia harapannya ada pada Perhutani dan PTPN Group," ujar Pahala dalam launching produk unggulan Indonesia Plantation & Foresty Research Institute di Agro Plaza, Rabu (21/9).
Menurut Pahala, kebijakan etanol sudah ada sejak tahun 2015, yaitu kebijakan kandungan 5 persen etanol (E5) pada bensin hingga 10 persen etanol (E10) ke depannya. Kendati demikian, sampai saat ini kebijakan tersebut belum diterapkan akibat produksi etanol dalam negeri yang belum mencukupi.
ADVERTISEMENT
"Kebijakan etanol, E5 dan E10 yang sudah diterbitkan sejak 2015 belum bisa kita terapkan, karena Indonesia belum memiliki produksi etanol yang cukup ," kata dia.
Ilustrasi Perkebunan PTPN III Foto: PTPNIII.co.id
Hal ini sejalan dengan tantangan food security di mana Indonesia masih impor gula sebanyak 4 juta ton per tahun untuk konsumsi dan industri. Padahal, Ia berharap Indonesia mampu melakukan swasembada gula konsumi dalam 5 tahun mendatang.
"Dan sebagian daripada kebutuhan industri sudah bisa dipenuhi," ungkapnya.
Pahala menjelaskan bahwa kuncinya adalah pada upaya untuk bisa tidak business as usual. Di mana kegiatan atau perilaku normal terlepas dari keadaan saat ini, terutama dalam keadaan diluar kebiasaan atau saat terjadi suatu kejadian sulit yang berpotensi menimbulkan dampak negatif.
ADVERTISEMENT
"Bagaimana kita bisa melahirkan inovasi-inovasi baru, pengembangan-pengembangan baru tadi sudah disampaikan di bidang tebu," tambah Pahala.
Ia berharap, Indonesia mampu membuat varietas baru untuk tebu demi memastikan peningkatan produktivitas gula dan tebu di masa depan. Hal ini tentu tidak terlepas dari kemampuan melakukan riset.
Saat ini banyak perusahaan agro dan industri lainnya yang memiliki posisi strategis untuk riset. Adapun perusahaan yang memiliki direktur riset secara tersendiri.
"Di perusahaan-perusahaan agro, riset menempati posisi strategis bahkan beberapa perusahaan lain memiliki direktur riset sendiri mengingat bahwa penting dan strategis daripada fungsi riset tersebut," pungkasnya.
IP-FRI dibentuk pada Juli 2021 oleh Holding Perkebunan PTPN III bersama Perum Perhutani yang bertujuan untuk melakukan riset dan inovasi terkait perkebunan dan perhutanan dalam upaya meningkatkan daya saing perusahaan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro menuturkan pihaknya telah mengembangkan klon pohon jati dengan pertumbuhan lingkar batang dua kali lebih cepat dibandingkan jati pada umumnya. Mereka telah mengembangkan pohon jati yang bisa memiliki lingkar batang selebar 40 cm dalam kurun waktu 20 tahun.
"Pertumbuhan lingkar batang tersebut hanya memakan waktu separuhnya dari pertumbuhan pohon jati pada umumnya yang hanya bertambah 1 cm setiap tahunnya," tandas Wahyu.