Aprindo Ungkap Penyebab Harga Beras Dijual di Atas HET

11 Februari 2024 12:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Aprindo, Roy Mande. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Aprindo, Roy Mande. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy N Mandey, mengakui saat ini pihaknya mulai kesulitan mendapatkan suplai beras, khususnya untuk tipe premium lokal kemasan 5 kilogram. Keterbatasan ini disebabkan karena masa panen diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Maret 2024.
ADVERTISEMENT
Selain itu, belum masuknya beras tipe medium (SPHP) yang diimpor pemerintah juga menjadi penyebab kelangkaan dan tingginya harga beras atau di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara suplai dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern dan pasar rakyat," kata Roy dikutip dari Antara, Minggu (11/2).
Memulai tahun 2024, harga beras medium Januari 2024 mencapai Rp 13.310 per kg dan beras premium menembus Rp 15.110 per kg. Harga beras melonjak kembali di Februari 2024, harga beras medium Rp 13.600 per kg dan beras premium Rp 15.490 per kg.
Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan HET beras. HET beras dibagi berdasarkan zonasi wilayah yakni zona 1 untuk Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi. Untuk zona 2 untuk Sumatra selain Lampung, Sumsel, NTT, dan Kalimantan. Sementara zona 3 untuk Maluku dan Papua.
ADVERTISEMENT
Untuk HET beras medium zona 1 Rp 10.900, untuk zona 2 Rp 11.500, zona 3 Rp 11.800. Selain itu, HET beras premium zona 1 Rp 13.900, zona 2 Rp 14.400, dan zona 3 Rp 14.800 per kg.
Aprindo meminta pemerintah untuk merelaksasi HET dan harga acuan lainnya agar peritel dapat membeli bahan pokok dari produsen. Relaksasi ini pun bertujuan untuk mencegah kekosongan dan kelangkaan bahan pokok. Terlebih pada Februari ini, para peritel mulai melakukan pembelian dari produsen untuk persiapan pasokan Ramadan dan Idul Fitri di gerai ritel modern.
Warga membeli beras saat Gerakan Pangan Murah di Pasar Kebon Kembang Blok F Trade Center, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/1/2024). Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Selain itu, kata Roy, para peritel terpaksa menjual komoditas bahan pokok seperti beras, gula, dan minyak goreng di atas HET karena mendapat harga yang tinggi dari produsen.
ADVERTISEMENT
Roy mengatakan para para produsen telah menaikkan harga beli (tebus) sebesar 20 sampai 35 persen di atas HET sejak sepekan terakhir. Sehingga peritel juga harus menaikkan harga jual.
"Faktanya saat ini kami tidak ada pilihan dan harus membeli dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal, bagaimana mungkin kami menjual dengan HET," ujar Roy.
Roy menyampaikan, Aprindo tidak memiliki wewenang untuk mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan oleh produsen bahan pokok.
Harga yang ditetapkan oleh produsen sebagai sektor hulu selanjutnya mengalir kepada peritel di sektor hilir melalui jaringan distribusi. Kemudian dibeli atau dibelanjakan oleh masyarakat pada gerai ritel modern.
Kenaikan harga dari produsen dapat menyebabkan kekosongan atau kelangkaan bahan pokok di gerai ritel modern Indonesia. Menurutnya, kelangkaan yang terjadi di kemudian hari mampu menimbulkan panic buying atau pembelian secara berlebihan karena takut kekurangan stok.
ADVERTISEMENT