Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Arus Kas Bermasalah, Rasio Utang PT Timah Melonjak di 2023
2 April 2024 16:32 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Timah, Ahmad Dani Virsal, mengatakan interest bearing debt perseroan mencapai Rp 3,5 triliun di tahun 2023, naik 26 persen dari tahun 2022 sebesar Rp 2,7 triliun.
"Karena ini mengalami kesulitan cash flow, jadi kita memperbesar pinjaman dan akibatnya juga kita mengalami peningkatan suku bunga dari kegiatan perbankan," ungkapnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR, Selasa (2/4).
Ahmad melanjutkan, kenaikan interest bearing debt ini juga disebabkan anjloknya nilai aset dan ekuitas yang dimiliki PT Timah dalam 3 tahun terakhir. Hal ini diakibatkan berkurangnya stok logam timah perusahaan.
Pada tahun 2021, PT Timah mencatat nilai aset mencapai Rp 14,6 triliun, sementara tahun 2022 turun menjadi Rp 13 triliun, lalu di tahun 2023 turun lagi menjadi Rp 12,85 triliun.
ADVERTISEMENT
"Stok kita juga berkurang dan nilai stok logam kita juga berkurang, jadi memang dari sisi aset di 2023 itu sebesar Rp 12,85 triliun turun 1,6 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2022," tutur Ahmad.
Sementara dari sisi ekuitas, lanjut Ahmad, pada tahun 2021 tercatat Rp 6,3 triliun di tahun 2021, lalu naik menjadi Rp 7 triliun di tahun 2022, namun menurun lagi di tahun 2023 menjadi Rp 6,2 triliun.
Adapun PT Timah mengalami rugi bersih senilai Rp 449,69 miliar di tahun 2023. Penurunan laba bersih disebabkan pendapatan anjlok 32,88 persen menjadi Rp 8,39 triliun.
Penurunan volume penjualan logam timah sebesar 6.420 metrik ton dan penurunan harga jual rerata logam timah sebesar USD 4.891 per metrik ton dari tahun 2022 berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perseroan.
ADVERTISEMENT
Perseroan mencatat posisi liabilitas sebesar Rp 6,6 triliun di 2023, naik 9,7 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp 6 triliun. Di samping itu, pinjaman bank dan utang obligasi pada akhir tahun 2023 menjadi Rp 3,5 triliun, naik dari sebelumnya Rp 2,8 triliun.