Awal Tahun 2025, BI Bakal Beri Insentif Likuiditas Rp 290 Triliun ke 124 Bank

18 Desember 2024 17:00 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Aditia Noviansyah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Aditia Noviansyah
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) melaporkan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang akan dimulai pada Januari 2025 nilainya mencapai Rp 290 triliun.
ADVERTISEMENT
Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menuturkan angka ini naik Rp 39 triliun dari insentif yang diterima perbankan pada Desember 2024 yaitu Rp 251 triliun.
"Kami sudah coba melakukan simulasi ini sebagai informasi bahwa total insentif likuiditas yang akan diterima bank kami perkirakan sebesar Rp 290 triliun. Jadi naik dari total yang diterima oleh bank di bulan Desember Rp 251 triliun. Ada kenaikan tambahan likuiditas sebesar Rp 39 triliun, dari Rp 251 ke Rp 290 triliun," tuturnya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Bank Indonesia pada Rabu (18/12).
Nantinya insentif tersebut diberikan ke 124 bank yang terdiri dari bank BUMN, bank nasional swasta, bank daerah sampai kantor cabang bank asing. Porsi terbesar akan disalurkan ke bank nasional swasta yang berjumlah 73 bank sebanyak Rp 129 triliun.
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Aditia Noviansyah
"Bank BUMN ada 5 bank, BUMN akan menerima Rp 126 triliun. Bank BUSN, bank swasta nasional, ada 73 bank swasta nasional, itu akan menerima Rp 129 triliun. Kemudian BPD (Bank Pembangunan Daerah) 39 bank akan menerima Rp 30 triliun dan KCBA, kantor cabang bank asing ada 7 bank akan menerima Rp 4,9 triliun. Totalnya jadi 124 bank, artinya semua bank akan menerima," kata Juda.
ADVERTISEMENT
Insentif ini nantinya akan berlaku mulai 1 Januari. Nantinya insentif ini akan berfokus pada pembiayaan beberapa sektor mulai pertanian, perdagangan, perumahan, pengolahan dan beberapa industri lainnya yang menyerap lapangan kerja.
"Bahwa mulai tanggal 1 Januari 2025, Bank Indonesia akan memberlakukan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial, KLM, yang baru yang difokuskan pada sektor-sektor yang menyerap lapangan kerja. Ada pertanian, ada perdagangan, ada perumahan, kemudian ada industri pengolahan, dan sebagainya," ujar Juda.