Bahlil Heran RI Mayoritas Impor BBM dari Singapura: Tanda Tanya Besar Buat Saya

20 Desember 2024 20:28 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat mengunjungi SPBUN di Kota Ambon, Provinsi Maluku, Rabu (18/12/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat mengunjungi SPBUN di Kota Ambon, Provinsi Maluku, Rabu (18/12/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengaku heran Indonesia mayoritas mengimpor BBM dari Singapura, berkontribusi sekitar 60 persen dari total impor.
ADVERTISEMENT
Bahlil mengatakan Indonesia masih bergantung pada impor komoditas energi. Misalnya LPG, Indonesia mengimpor 6-7 juta ton LPG per tahun, karena hanya bisa memproduksi sekitar 1,6 juta ton saja.
Untuk mengimpor LPG tersebut, lanjut dia, memakan subsidi energi hingga Rp 87 triliun per tahun. Sama halnya dengan BBM, yang saat ini mayoritas kebutuhan masyarakat dipenuhi dari impor.
"Saya mengecek lagi, ini kenapa begini? Ini ada yang salah. Tahu enggak? 55 sampai 60 persen impor LPG kita dari Amerika dan 60 persen impor minyak kita dari Singapura," katanya saat CNN Business Summit, Jumat (20/12).
Namun demikian, Bahlil heran kenapa Indonesia bisa lebih banyak mengimpor BBM dari Singapura yang notabene merupakan negara kecil yang otomatis sumber daya alamnya jauh lebih sedikit dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kalau Amerika masih masuk akal, dia punya minyak, dia punya gas. Di Singapura apa minyaknya? Kenapa kita impor di sana? Maka kemudian timbul tanya, pertanyaan besar bagi saya. Kok apa negara ini enggak bisa melakukan sebuah perubahan?" kata Bahlil.
Ilustrasi kilang minyak Foto: Reuters/Todd Korol
Terkait dengan impor LPG, Bahlil menjelaskan biang keroknya adalah tidak tersedianya bahan baku LPG di Indonesia, yakni Propane (C3) dan Butane (C4). Saat ini, Indonesia baru menemukan penambahan 1,7 juta dari cadangan gas yang bisa dikonversi ke LPG.
Sementara sisanya agar bisa mengisi jarak antara kebutuhan dan produksi LPG di dalam negeri yang masih sangat lebar, Bahlil akan mendorong pengembangan jaringan gas (jargas).
"Kalau ini mampu kita lakukan, berarti kita melakukan efisiensi terhadap subsidi dan perputaran uang dalam negeri. Ini yang bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi untuk menuju kepada 8 persen," ujar Bahlil.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan kumparan, Indonesia lebih banyak mengimpor BBM daripada minyak mentah, yakni impor minyak mentah kurang lebih 240 ribu barel per hari, sementara impor BBM sekitar 600 ribu barel per hari berasal dari kilang Singapura, Malaysia, dan India.
Beberapa negara pemasok minyak mentah dan produk BBM untuk Indonesia, khususnya kepada PT Pertamina (Persero), yakni di antaranya Saudi Arabia dan Nigeria menjadi pemasok utama.
Sementara untuk produk BBM, negara pemasok utama bagi Indonesia adalah Singapura. Selain itu, Indonesia juga mengimpor BBM dari Malaysia dan India. Lalu sumber utama impor LPG yaitu Timur Tengah dan Amerika Serikat (AS).