Bahlil Minta RUU EBET Dipercepat, Penggunaan Bioenergi Jadi Prioritas

20 Agustus 2024 19:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (kiri) usai pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Senin (19/8/2024). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (kiri) usai pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Senin (19/8/2024). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Bahlil Lahadalia melakukan rapat pimpinan di hari pertama menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Selasa (20/8). Pada rapat perdana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengaku dirinya mendapat arahan dari Bahlil untuk mempercepat realisasi Rancangan Undang-Undang Energi Baru Energi Terbarukan (RUU EBET).
ADVERTISEMENT
"RUU (EBET) ini harus segera diselesaikan. Ini masih belum terjadwalkan untuk sidang lagi kan, itu yang tadi beliau juga meminta itu dipercepat,” ujar Eniya di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (20/8).
Selain itu, dirinya juga mendapat arahan terkait bioenergi yang menjadi prioritas utama untuk segera diselesaikan. Salah satu yang harus dipercepat dari bioenergi yaitu penerapan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan campuran minyak sawit dengan konsentrasi 40 persen atau B40.
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, Senin (12/8/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
"Bioenergi akan menjadi prioritas juga, mungkin bukan hanya B50, kita lagi mempersiapkan B40 untuk mandatori. Mandatori ini nanti saya akan keluarkan Insya Allah sudah settle 1 Januari 2025," ujarnya
Saat ini Kementerian EBTKE sedang menyiapkan sejumlah infrastruktur pendukung seperti pelabuhan, pengiriman, dan logistik untuk kelancaran penerapan mandatory bioenergi. Targetnya selesai Desember 2024.
ADVERTISEMENT
Mereka juga tengah mengkaji terkait dengan pengaplikasian bahan Biodiesel dengan kadar 50 persen atau B50. Targetnya pencampuran minyak sawit dengan BBM dengan kadar 60 persen atau B60.
“Kajian teknis harus ada. Jadi kajian teknis performa di engine itu yang paling penting,” kata Eniya.