Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Baju Bekas Impor Masih Diburu Masyarakat, Murah dan Trendi
7 Juli 2024 19:46 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di lantai dasar Blok 1 dan 2 bahkan menjadi lantai khusus pakaian bekas impor. Total ada 150-an kios yang buka.
Dwi, seorang ibu berusia 53 tahun, mengaku rajin berburu pakaian bekas impor di Pasar Senen. Selain untuk kebutuhan diri sendiri, dia juga membelikan baju untuk anak-anaknya. Menurutnya, baju bekas di Pasar Senen lebih berkualitas daripada toko grosir asli lokal.
"Tetap layak tapi lebih fashionable, lebih murah juga, sudah pasti kalau lebih murah karena namanya juga thrifting. Tapi lebih bagus model-modelnya dibanding kita ke Tanah Abang," ungkapnya saat ditemui kumparan di Pasar Senen Jaya, Minggu (7/7).
Senada dengan Dwi, Rasyid, pemuda berumur 23 tahun asal Cempaka Putih Jakarta Pusat, juga hobi mencari baju bekas di sini karena harganya cenderung lebih murah. Alasan lainnya adalah demi mengurangi peredaran fast fashion.
ADVERTISEMENT
"Karena yang pasti buat ramah lingkungan juga, selain itu emang harganya pasti jauh lebih murah dan kita juga bisa lebih mengkreasikan outfit jadi lebih bisa mix and match lebih gampang," ujarnya.
Rasyid yang sudah rutin thrifting sejak 2020 ini belum memiliki kekhawatiran semakin maraknya baju impor dan mengancam produsen tekstil dalam negeri. Dia menilai, konsumen cenderung peduli kepada harga.
"Kalau dari perspektif konsumen sih ya kita tidak ada masalah (soal impor), ya cuma aku belum terlalu concern sih soal itu," tuturnya.
Sementara itu, salah satu penjual baju bekas impor di Pasar Senen Jaya, Noah, mengungkapkan para konsumen biasanya tertarik thrifting karena model pakaian yang trendi namun masih layak pakai.
Noah menambahkan, para penjual baju bekas impor di Pasar Senen Jaya utamanya mengimpor dari Korea Selatan dan Jepang. Dia mencatat kios di sana kurang lebih ada 150 unit.
ADVERTISEMENT
"Kebanyakan kita (impor) memang dari luar, kita barang dari luar semuanya dan yang minat juga banyak, beda sama barang lokal," katanya.
Sebelumnya, Zulhas mengungkapkan ada 7 komoditas yang akan dikenakan bea masuk 200 persen antara lain produk tekstil, pakaian jadi, keramik, elektronik. Kemudian kosmetik, barang tekstil sudah jadi lainnya, dan alas kaki.
“Rapat itu memutuskan ada tujuh komoditas yang harus mendapatkan perhatian khusus. Jadi tujuh itu, tentu kita Kemendag akan melakukan segala upaya sesuai dengan ketentuan dan aturan kita nasional maupun yang sudah disepakati lembaga dunia," kata Zulhas kepada wartawan di kantor Kemendag, Jumat (5/7).
Zulhas melanjutkan pihaknya masih mengkaji besaran biaya masuk yang akan dikenakan untuk produk asal China tersebut. “Nanti dihitung, bisa 50 persen, 100 persen sampai 200 persen, tergantung,” ujar Zulhas.
ADVERTISEMENT