Bank Dunia Kucurkan Rp 10,5 Triliun ke Sri Lanka untuk Atasi Krisis

29 Juni 2023 18:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Bank Dunia. Foto: REUTERS/Johannes P. Christo
zoom-in-whitePerbesar
Logo Bank Dunia. Foto: REUTERS/Johannes P. Christo
ADVERTISEMENT
Bank Dunia atau World Bank akhirnya menyetujui pinjaman dana sebesar USD 700 juta atau setara dengan Rp 10,5 triliun (Kurs Rp 14.988) ke Sri Lanka. Hal tersebut dilakukan untuk membantu Sri Lanka keluar dari krisis ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Bank Dunia menyetujui pembiayaan sebesar USD 700 juta guna membantu Sri Lanka," kata Dewan Direksi Bank Dunia dalam keterangan di laman resminya, dikutip Kamis (29/6).
Dari total USD 700 juta, USD 500 juta di antaranya atau sekitar Rp 7,5 triliun akan digunakan untuk mendukung reformasi yang membantu meningkatkan tata kelola ekonomi, meningkatkan pertumbuhan dan daya saing, serta melindungi kaum miskin dan rentan.
Sementara sisanya USD 200 juta atau sekitar Rp 3 triliun akan digunakan untuk mendukung Sri Lanka dalam memberikan peluang pendapatan dan penghidupan. "Ini ditargetkan dengan lebih baik kepada orang miskin dan rentan serta meningkatkan daya tanggap sistem perlindungan sosial," imbuhnya.
Seorang pria menarik kereta dengan gulungan kain pakaian impor di pasar utama saat Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengumumkan anggaran 2023 di tengah krisis ekonomi negara itu, di Kolombo, Sri Lanka, Senin (14/11/2022). Foto: Dinuka Liyanawatte/REUTERS
Sebelumnya pada September 2022, International Monetary Fund (IMF) akan memberikan bantuan keuangan bersyarat sebesar USD 2,9 miliar atau sekitar Rp 43 triliun kepada Sri Lanka.
ADVERTISEMENT
Selama berbulan-bulan, Sri Lanka kekurangan bahan makanan, bahan bakar, dan obat-obat. Pemadaman listrik berkepanjangan serta inflasi yang tidak terkendali juga melanda negara tersebut.
Kondisi tersebut merupakan akibat krisis valuta asing. Inflasi di Sri Lanka menunjukkan kenaikan harga rata-rata hingga 64,3 persen.
Krisis akhirnya membuat protes besar pecah di Sri Lanka pada Juli lalu. Saat itu, massa yang marah menyerbu kediaman resmi Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa.
Protes tersebut membuat Presiden Sri Lanka melarikan diri ke Singapura dan mengundurkan diri dari jabatannya. Masyarakat menumpahkan kemarahannya lantaran kebijakan pemotongan pajak yang tidak berkelanjutan membuat utang pemerintah dan krisis valuta asing tercipta.
Lantaran Sri Lanka sudah berada dalam kondisi bangkrut, IMF akhirnya memberikan dana talangannya. Salah satu faktor pendorong lainnya utang Sri Lanka sudah menyentuh angka USD 51 miliar atau setara Rp 759 triliun.
ADVERTISEMENT
"Sri Lanka telah menghadapi krisis akut ditanggung secara tidak proporsional oleh orang miskin dan rentan," kata IMF dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh AFP.
Tujuan pemberian bantuan ini yaitu guna memulihkan stabilitas makroekonomi dan keberlanjutan utang. Pernyataan IMF juga menjelaskan keberlanjutan utang dan perjanjian itikad baik dengan kreditur swasta, diperlukan sebelum pemberi pinjaman dapat memberikan dukungan.
Sri Lanka juga akan menaikkan harga bahan bakar dan listrik lebih dari tiga kali lipat serta menghapus subsidi energi sebagai prasyarat utama dari bantuan IMF.