Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Bank Dunia Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 2,6 Persen
12 Juni 2024 10:17 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2024 menjadi 2,6 persen. Angka ini naik 0,2 persen dari perkiraan Bank Dunia pada Januari lalu.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters pada Rabu (12/6), Bank Dunia menyatakan bahwa kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan telah mendorong mereka untuk sedikit menaikkan prospek ekonomi pertumbuhan global 2024. Meski demikian, Bank Dunia memperingatkan bahwa output ekonomi global akan bertahan di bawah tingkat yang terlihat sebelum pandemi hingga tahun 2026.
Adapun ketahanan ekonomi AS yang kuat juga menjadi salah satu alasan merevisi angka proyeksi tersebut. Bahkan, Bank Dunia juga sekarang memproyeksikan pertumbuhan AS sebesar 2,5 persen untuk 2024 atau naik dari perkiraan Januari sebesar 1,6 persen.
Bank Dunia juga meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk 2024 menjadi 4,8 persen dari 4,5 persen pada Januari, sebagian besar karena adanya peningkatan ekspor yang mengimbangi permintaan domestik yang lemah. Namun, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan China akan turun menjadi 4,1 persen pada 2025 di tengah investasi yang lemah, kepercayaan konsumen yang rendah, dan penurunan sektor properti yang sedang berlangsung.
ADVERTISEMENT
India juga mengalami peningkatan angka proyeksi untuk tahun 2024 menjadi 6,6 persen dari 6,4 persen pada Januari lalu, di tengah permintaan domestik yang kuat.
Di sisi lain, Bank Dunia memotong proyeksi pertumbuhan ekonomi Jepang untuk 2024 menjadi 0,7 persen dari 0,9 persen karena pertumbuhan konsumsi yang lemah, ekspor yang melambat, dan permintaan untuk pariwisata yang stabil. Bank Dunia memperkirakan tahun 2024 untuk zona euro tidak berubah di angka 0,7 persen di tengah kesulitan blok tersebut dengan biaya energi yang tinggi dan output industri yang lebih lemah.
Ke depan, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,7 persen pada 2025 dan 2026. Angka ini jauh di bawah rata-rata global 3,1 persen dalam dekade sebelum COVID-19. Bank Dunia juga memperkirakan bahwa suku bunga dalam tiga tahun ke depan akan tetap dua kali lipat dari rata-rata tahun 2000 hingga 2019 yang dapat menghambat pertumbuhan dan meningkatkan beban utang bagi negara-negara berkembang.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, sebagian besar negara di dunia yang mewakili 80 persen populasi dan PDB global akan mengalami pertumbuhan yang melambat hingga tahun 2026 jika dibandingkan dengan sebelum pandemi.
"Prospek untuk ekonomi termiskin di dunia bahkan lebih mengkhawatirkan. Mereka menghadapi tingkat layanan utang yang sangat tinggi, kemungkinan perdagangan yang semakin terbatas, dan peristiwa iklim yang mahal," kata Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill.
Menurutnya, negara-negara tersebut akan terus memerlukan bantuan internasional untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Bank Dunia juga mengingatkan adanya konflik di Gaza dan Ukraina yang dapat berdampak pada perekonomian global. Adapun konflik yang lebih luas di Timur Tengah dapat menyebabkan gangguan lebih lanjut pada pengiriman dan mendorong harga minyak dan inflasi lebih tinggi. Demikian juga, ketidakpastian lebih lanjut terkait jalur invasi Rusia di Ukraina yang juga dapat mengganggu pasar minyak dan biji-bijian hingga menghentikan investasi ke negara-negara tetangga.
ADVERTISEMENT
Adanya pembatasan perdagangan dan meningkatnya proteksionisme dapat semakin memperlambat pemulihan perdagangan global, yang diperkirakan akan pulih menjadi 2,5 persen pada tahun 2024.
Di samping itu, potensi AS untuk terus melampaui ekspektasi pertumbuhan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi global jika dapat meningkatkan produktivitas dan imigrasi yang menyebabkan adanya peningkatan pasokan tenaga kerja dan inflasi yang lebih rendah.
Sementara inflasi yang lebih rendah secara global yang didukung oleh peningkatan produktivitas, rantai pasokan yang membaik, dan penurunan harga komoditas, dapat mendorong bank sentral untuk memotong suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan saat ini, serta meningkatkan pertumbuhan kredit.