Bank Sentral AS Ragu Naikkan Suku Bunga dalam Tempo Cepat

8 Desember 2018 17:56 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Federal Reserve atau Eccles Building. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Federal Reserve atau Eccles Building. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, mendukung adanya kenaikan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR). Namun bank sentral menjadi ragu terkait seberapa cepat mereka perlu menaikkan suku bunga tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal itu disinyalir sebagai titik balik kebijakan moneter bank sentral AS. Pihak The Fed pun menyatakan ingin terlebih dulu menilai bagaimana perekonomian berjalan dari kebijakan yang telah dibuat.
Gubernur Federal Reserve Lael Brainard mengatakan, pihaknya menilai perekonomian global masih positif. Namun masih ada sejumlah risiko di beberapa negara dan utang korporasi di AS. Ditambah lagi dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang diprediksi melambat, likuiditas keuangan mengetat, hingga dorongan fiskal yang cenderung moderat.
"Peningkatan suku bunga The Fed secara bertahap telah membantu kami, yakni memberi waktu untuk menilai efek dari kebijakan yang kami lakukan," ujar Brainard seperti dilansir Reuters, Sabtu (8/12).
Dia pun menegaskan, kebijakan yang akan dilakukan bank sentral akan bergantung pada perkembangan global.
ADVERTISEMENT
"Pendekatan itu tetap tepat dalam waktu dekat, meskipun jalur kebijakan semakin tergantung pada bagaimana prospek berkembang," katanya.
Presiden and CEO Bank St Louis Federal Reserve James Bullard mengimbau The Fed untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga acuannya saat ini. Dia menilai, bank sentral sudah mengetahui bahwa inflasi AS berada di bawah ekspektasi.
"Kami berada di persimpangan kebijakan moneter," kata Bullard.
Jerome Powell (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Jerome Powell (Foto: Flickr)
Berdasarkan perkembangan akhir-akhir ini, kenaikan suku bunga yang diharapkan lebih lanjut berarti akan ada "risiko nyata", yakni kurva imbal hasil surat utang pemerintah AS yang menurun di bulan ini.
Sementara itu, market terus bertaruh pada kenaikan suku bunga The Fed dalam dua minggu ini, ketika para pembuat kebijakan akan bertemu dan merilis perkiraan laju ekonomi di tahun depan dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Seperti beberapa bulan yang lalu, pembuat kebijakan The Fed telah mengindikasikan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali pada 2019.
Tapi dengan data terbaru yang menunjukkan pasar perumahan melambat, peningkatan pekerjaan stagnan, dan inflasi yang tak menunjukkan tanda-tanda naik di atas 2 persen, The Fed diprediksi akan melakukan jeda pada kebijakannya pada Maret mendatang.
"Ada banyak alasan untuk mengisyaratkan jeda pada Maret," kata ekonom Cornerstone, Roberto Perli.
Sejak pertengahan bulan lalu, pembuat kebijakan The Fed telah menunjukkan perlunya mempertimbangkan kembali kenaikan suku bunga acuan selama dua tahun terakhir.
Hal itu dipertegas dengan pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell kepada Kepala The Fed Dallas Robert Kaplan, yakni pembuat kebijakan mungkin perlu memperlambat kebijakan di tengah meningkatnya ketidakpastian.
ADVERTISEMENT